Review Buku Freakonomics - Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner
International Bestseller
Judul : Freakonomics – A Rogue Economist Explores The Hidden Side of Everything
Penulis : Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner
Jenis Buku : Non Fiksi - Ekonomi
Penerbit : Harper
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 336 halaman
Dimensi Buku : 17.02 x 10.67 x 2.54 cm
Harga : Rp. 115.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780061856270
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at Periplus Bandung Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Mana yang lebih berbahaya, senjata atau kolam renang?
Apa kesamaan guru sekolah dan pegulat sumo?
Seberapa penting orang tua dalam perkembangan anak?
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak terdengar seperti pertanyaan umum bagi seorang ekonom. Tetapi Steven D. Levitt bukan ekonom yang tipikal. Dia mempelajari teka-teki kehidupan sehari-hari — mulai dari perselingkuhan dan kejahatan hingga bagaimana menjadi orangtua dan hal-hal seputar olahraga — yang lalu berujung pada kesimpulan yang mengubah kearifan konvensional atau paradigma lama yang ada.
Freakonomics adalah kolaborasi inovatif antara Levitt yang seorang ekonom kenamaan dengan Stephen J. Dubner, seorang penulis dan jurnalis pemenang penghargaan. Mereka bekerjasama mengeksplorasi cara kerja geng narkoba, rahasia Ku Klux Klan, dan masih banyak lagi.
Melalui data dan fakta yang ada, mereka menunjukkan bahwa ekonomi, pada dasarnya, adalah studi tentang insentif — yakni bagaimana cara orang-orang mendapatkan apa yang mereka inginkan atau butuhkan, terutama ketika orang lain menginginkan atau membutuhkan hal yang sama.
Mari kita intip daftar isinya:
An Explanation Note
In which the origins of this book are clarified
Introduction: The Hidden Side of Everything
In which the book’s central idea is set forth: namely, if morality represents how people would like the world to work, then economics shows how it actually does work.
Chapter 1
What do Schoolteachers and Sumo Wrestlers Have in Common?
In which we explore the beauty of incentives, as well as their dark side – cheating
Chapter 2
How is the Klu Klux Klan Like a Group of Real-Estate Agents?
In which it is argued that nothing is more powerful than information, especially when its power is abused.
Chapter 3
Why do Drug Dealers Still Live with Their Moms?
In which the conventional wisdom is often found to be a web of fabrication, self-interest, and convenience.
Chapter 4
Where have All The Criminals Gone?
In which the facts of crime are sorted out from the fictions.
Chapter 5
What Makes a Perfect Parent?
In which we ask, from a variety of angles, a pressing question: do parents really matter?
Chapter 6
Perfect Parenting, Part II; or: Would a Roshanda by Any Other Name Smell as Sweet?
In which we weigh the importance of a parent’s first official act naming the baby
Epilogue: Two Paths to Harvard
In which the dependablity of data meets the randomness of life
Bonus Matter
“The Probabiliy That a Real-Estate Agent is Cheating You
Selected “Freakonomics” Colums From The New York Times Magazine
A Q&A with The Author
Notes
Acknowledgements
Index
Freakonomics adalah sebuah buku yang membedah lapisan demi lapisan permukaan kehidupan modern dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di lapisan terbawah. Jawaban atas pertanyaan yang diajukan mungkin tampak aneh tetapi juga masuk akal. Jawaban ini diperoleh dari pengujian data - apakah data tersebut datang dalam bentuk nilai ujian anak sekolah atau statistik kejahatan Kota New York, bahkan catatan keuangan pengedar narkoba. Hasil pengujiannya seringkali berupa wawasan baru yang mengejutkan.
Moralitas bisa diperdebatkan karena moralitas mewakili cara orang-orang ingin dunia bekerja seperti apa. Tapi ekonomi tidak demikian, karena ekonomi mewakili bagaimana dunia sebenarnya bekerja.
Tujuan buku Freakonomics adalah mengeksplorasi sisi tersembunyi dari banyak hal. Idenya adalah melihat sebanyak mungkin skenario yang berbeda dan memeriksanya dengan cara yang berbeda dan tak biasa. Pendekatan yang digunakan sangat terbuka pada berbagai kemungkinan hasil, bahkan yang teraneh sekalipun. Maka buku ini disebut Freakonomics. Buku ini tidak memiliki tema tertentu, topik bahasan tiap babnya beragam. Meski topik bahasan tiap bab dalam buku ini seolah berbeda satu sama lain, tapi Levitt dan Dubner berpegang pada ide-ide yang mendasar dan perspektif tertentu. Hal ini jelas mereka tuliskan dalam bab Introduction, yakni:
"This book has been written from a very spesific world-view, based on a few fundamental ideas:
(1) Incentives are the cornerstone of modern life.
(2) The conventional wisdom is often wrong.
(3) Dramatic effects often have distant, even subtle, causes.
(4) “Experts” – from criminologist to real-estate agents – use their informational advantage to serve their own agenda.
(5) Knowing what to measure and how to measure it makes a complicated world much less so."
Page 12
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Jarang-jarang saya menyukai disain cover yang berlatar warna putih. Tapi cover buku Freakonomics benar-benar mencuri hati saya. Kombinasi warnanya sangat cocok, bahkan menonjolkan judul, penulis, dan gambar ilustrasinya. Gambar apel yang terbelah lalu ternyata berisi jeruk jelas menggambarkan dengan tepat seperti apa isi Freakonomics.
Opini - Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Saya teringat bagaimana pandainya Yuval Noah Harari (buku seri Sapiens) dalam merangkai berbagai teori dan fakta yang tidak hanya berasal dari pemikirannya sendiri tapi juga fakta ilmiah milik tokoh lain. Ternyata tak cuma Harari yang sepandai itu tapi juga Levitt dan Dubner. 'Cerita' tentang tokoh-tokoh terkenal, mulai dari ekonom populer hingga tokoh bidang lainnya ada di buku ini berikut kaitannya dengan topik yang sedang dibahas.
Subject was the friction between individual desire and societal norms. The economic historian Robert Herilbroner, writing in The Wordly Philosopher, wondered how Smith was able to separate the doings of man...
Page 14
Thomas Jefferson noted this while reflecting on the tiny incentive that led to the Boston Tea Party and, in turn, the American Revolution...
Page 20
Salah satu inti dari bahasan buku ini adalah tentang bagaimana insentif mempengaruhi kehidupan manusia modern. Dan untuk orang awam yang tidak begitu paham bidang ekonomi, Levitt dan Dubner berhasil menyederhanakan penjelasan mereka lewat narasinya yang simple dan sistematis.
Ecoomics is, at root, the study of incentives: how people get what they want, or need, especially when other people want or need the same thing. Economists love incentives...
Page16
Data statistik menjadi bagian yang hampir selalu ada di tiap bab. Semua kesimpulan yang Levitt dan Dubner lakukan memang berdasarkan hasil pengujian data. Untuk pembaca yang tidak begitu suka sajian data atau bingung cara membacanya, tak usah khawatir juga karena Levitt dan Dubner selalu memberikan penjelasan di bawah sajian data dengan cara yang tidak hanya membuat kita paham tapi juga penasaran. Misalnya data hasil test siswa di Chicago School System di bawah ini yang dari pengujian tertentu membuktikan adanya indikasi ketidakjujuran guru-guru yang terlibat karena pengaruh insentif sejak diberlakukan regulasi dari pemerintah setempat. Dalam regulasi itu ditentukan bahwa tersedia bonus sebesar $25,000 untuk guru-guru yang berhasil 'mencetak' lulusan dengan nilai yang tinggi, sebaliknya suatu sekolah bisa saja di-suspend jika nilai tes siswanya di bawah standar yang telah ditentukan pemerintah.
Picture: Data hasil ujian siswa sekolah
If you guessed that classroom A was the cheating classroom, congratulations. Here again are the answer strings from classroom A, now reordered by a computer that has been asked to apply the cheating algorithm and seek out suspicious patterns.
Page28
Take a look at the answers in bold. Did fifteen out of twenty two students somehow manage to reel off the same six consecutive correct answers (the d-a-d-b-c-b string) all by themselves?
Page 29
Di tiap akhir bab selalu diakhiri dengan sebuah kesimpulan, sebuah wawasan baru yang tak pelak menjadi bahan renungan dan pikiran kita. Sebagai contoh kasus para guru di Chicago yang melakukan tindakan curang demi bonus uang pasti terasa memalukan dan sangat tidak terhormat mengingat profesi guru adalah profesi mulia yang sangat dekat dengan profesi pembentukan karakter individu masyarakat. Namun faktanya memang itulah yang terjadi dan dengan mengetahui kemungkinan ini ada sebuah tekad yang bisa kita ambil pula bahwa karakter manusia adalah hal yang utama yang berperan dalam berbagai tindakan salah satunya mempertahankan kejujuran dalam situasi apapun juga. Nilai-nilai ini penting kiranya untuk terus kita pertahankan.
If it strikes you as disgraceful that Chicago schoolteachers and University of Georgia professors will cheat – a teacher, after all, is meant to instill values along with the facts – then the thought of cheating among sumo wrestlers may also be deeply disturbing. In Japan, sumo is not only the national sport but also a repository of the country’s religion, military, and historical emotion.
Page 36
Topik yang dibahas tiap babnya tidak berkaitan satu sama lain. Tapi bukan berarti juga tidak menarik untuk dibaca. Sebaliknya hal ini justru membuat bab-bab nya ada bisa dibaca terpisah dan acak urutannya. Ada bab yang membahas insentif dan ada bab yang membahas kekuatan informasi, misalnya bab tentang Klu Klux Klan dan agen real estat. Di bab ini dibuka informasi rahasia yang luar biasa, mulai dari kode rahasia hingga misi Klu Klux Klan yang penuh kedok kebaikan sesama. Hal ini lah yang membuat buku ini menjadi kontroversial di masanya. Bagaimana Klu Klux Klan yang kemudian hancur akibat sebuah acara di radio, ide Stetson Kennedy yang sebenarnya sempat berputus asa karena semua usahanya untuk menyabotase organisasi ini tidak berhasil, diceritakan dengan gamblang di bab 2 How is the Klu Klux Klan Like a Group of Real-Estate Agents?
It did not come about because Stetson Kennedy was courageous or resolute of unflappable, even though he was all of these. It happened because he understoof the raw power of information. The Klu Klux Klan – much like politicians or real-estate agents or stockbrokers – was a group whose power was derived in large part from the fact that it hoarded information. Once the information falls into the wrong hands (or, depending on your point of view, the right hands), much of the group’s advantage disappears.
Page 62
Fakta bahwa data yang ada untuk diolah pada nyatanya kadang tidak sesuai dengan fakta di lapangan juga ada di buku ini. Contohnya data pada sebuah situs jodoh yang diungkap Levitt dan Dubner dalam salah satu babnya. Lalu, seberapa jauh sebenarnya kita bisa mengandalkan hasil survey, database, dan hasil pengujian data (?). Kadang beberapa bab bahasan Freakonomics akhirnya berujung pada pertanyaan baru, bukan kesimpulan.
So there are two massive layers of data to be mined here: the information that people include in their ads and the level of responce gleaned by any particular ad. Each layer of the data can be asked its own question. In the case of the ads, how forthright (and honest) are people when it comes to sharing their personal information? And in the case of the responses, what kind of information in personal ads is considered the most (at least) desirable?
Page 78
The gulf between the information we publicly proclaim and the information we know to be true is often vast. (Or, put a more familiar way: we say one thing and do another.) this can be seen in personal relationships, in commercial transactions, and of course in politics.
Page 82
What the link between abortion and crime does say is this: when the goverment gives a woman the opportunity to make her own decision about abortion, she generally does a good job of figuring out if she is in a position to raise the baby well. If she decides she cant, she often chooses the abortion.
But once a woman decides she will have her baby, a pressing question arises: what are parents supposed to do once a child is born?
Page 145
Personally, bab yang paling menarik buat saya adalah bab tentang hubungan orangtua dan perkembangan anak. Beberapa faktanya sangat mengejutkan saya. Misalnya fakta bahwa banyaknya buku di rumah berpengaruh terhadap kemajuan awal anak di sekolah tapi membacakan buku untuk anak ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap kemajuan awal anak di sekolah yang dilihat dari hasil-hasil tes sekolahnya.
Matters: The child has many books in his home.
Doesn't: the child’s parents read to him nearly every day.
As noted earlier, a child with many books in his home as indeed been found to do well on school tests. But regurarly reading to a child doesn't affect early childhood test scores.
Page 175
Dan buku ini kemudian ditutup dengan penekanan yang jelas dari Levitt dan Dubner bahwa membaca Freakonomics akan membuat kita bukannya mendapatkan jawaban atas pertanyaan tapi mendapatkan sebuah wawasan atau perpektif baru yang seringnya aneh atau mencengangkan dan mendapatkan lebih banyak lagi pertanyaan untuk direnungkan dan pada gilirannya harus ditemukan jawabannya.
The most likely result of having read this book is a simple one: you may find yourself asking a lot of questions. Many of them will lead to nothing. But some will produce answers that are interesting, even surprising.
Page 210
Seperti umumnya yang terjadi pada buku yang kontroversial, ulasan para pembaca terhadap buku ini sangat beragam, baik dari kalangan ekonom maupun masyarakat awam. Tidak sedikit di antara ekonom yang mendebat, mempertanyakan isi buku ini, bahkan Levitt dan Dubner sampai harus berhadapan dengan hukum untuk mengahadapi beberapa gugatan serius. Beberapa ekonom menganggap penilaian data yang dilakukan pasangan penulis ini tidak cukup valid. Beberapa kesimpulan dan pertanyaan akhir yang mereka paparkan di bab buku ini juga tidak berguna karena tidak disertai tools atau solusi yang lebih terarah. Namun tidak sedikit juga pembaca yang sangat menyukai buku ini. Mereka menyukai insight yang terkandung di dalam bahasan, mereka tercengang pada fakta yang diungkapkan, dan buku ini membantu orang-orang untuk melihat seperti apa fungsi dan cara kerja ekonomi dalam kehidupan sosial masyarakat.
Apapun itu saya secara pribadi mendapatkan banyak pengetahuan, wawasan, bahkan perspektif baru dari proses membaca buku ini. Ekonomi tadinya adalah bidang yang sangat abstrak, tapi tidak lagi setelah saya membaca buku ini. Hal-hal yang menjadi perdebatan banyak orang perihal isi buku saya anggap wajar. Bentuk feed back banyak sekali ragamnya. Justru karena beragamnya respon atas buku inilah yang membuat Freakonomics menjadi bacaan yang makin menarik bukan hanya untuk dibaca dan dipahami, tapi juga direnungkan filosofinya sedalam-dalamnya.
Siapa Steven D. Levitt
Steven D. Levitth (lahir 9 Mei 1967) adalah seorang ekonom asal Amerika Serikat yang dikenal atas karyanya di bidang kriminal, terutama hubungan antara aborsi legal dan tingkat kejahatan. Ia dianugerahi John Bates Clark Medal pada tahun 2003. Ia kini berperan sebagai Guru Besar Luar Biasa Ekonomi William B. Ogden (William B. Ogden, Profesor Layanan Ekonomi Terhormat) di Universitas Chicago, dan direktur Becker Center tentang Teori Harga Chicago di Universitas Chicago Booth Sekolah Bisnis. Ia penyunting Jurnal Ekonomi Politik yang dikeluarkan oleh University of Chicago Press hingga Desember 2007. Bersama jurnalis Stephen J. Dubner, ia menulis buku laris Freakonomics (2005) dan sekuelnya, SuperFreakonomics (2009), Think Like a Freak (2014), dan When to Rob a Bank (2015). Pada tahun 2009, Levitt mendirikan TGG Group, perusahaan konsultasi bisnis dan ffilantropi. Times memasukkan Levitt ke daftar "100 Orang Yang Membentuk Dunia Kita" tahun 2006. Menurut survei profesor ekonomi tahun 2011, Levitt adalah ekonom yang paling menjanjikan di bawah umur 60 tahun setelah Paul Krugman, Greg Mankiw, dan Daron Acemoglu.
Levitt lahir dari keluarga Yahudi pada tahun 1967, dan bersekolah di St. Paul Academy and Summit School di St. Paul, Minnesota. Dia lulus dari Universitas Harvard pada tahun 1989 dengan gelar B.A. dalam ilmu ekonomi summa cum laude, ia kemudian bekerja sebagai konsultan di Corporate Decisions, Inc. (CDI) di Boston menjadi penasehat perusahaan-perusahaan Fortune500. Ia menerima gelar Ph.D. dalam bidang ekonomi dari MIT pada tahun 1994. Pada April 2005 Levitt menerbitkan buku pertamanya, Freakonomics (yang didampingi oleh Stephen J. Dubner), yang menjadi buku terlaris New York Times. Levitt dan Dubner juga memulai sebuah blog yang ditujukan untuk Freakonomics.
Siapa Stephen J. Dubner
Stephen J. Dubner (lahir 26 Agustus 1963) adalah penulis, jurnalis, dan pembawa acara podcast dan radio yang memenangkan penghargaan. Dia adalah penulis bersama seri buku Freakonomics yang populer dan pembawa acara Freakonomics Radio, yang mendapat 15 juta unduhan bulanan global dan didengar oleh jutaan orang lebih di stasiun radio publik di seluruh Amerika Serikat
Dilahirkan pada tahun 1963 di Duanesburg, New York dari Solomon Dubner dan Florence Greenglass, Dubner tumbuh sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya, yang meninggal pada tahun 1973 ketika Dubner berusia 10 tahun, bekerja sebagai copy editor di Troy Record. Dubner tumbuh dalam rumah tangga Katolik Roma yang taat, orang tuanya telah berpindah dari Yudaisme ke Katolik sebelum kelahirannya. Sebagai seorang dewasa, Dubner sendiri memeluk agama Yahudi, sebuah pengalaman yang ia kronik dalam buku pertamanya, Turbulent Souls: Seorang Anak Katolik yang Kembali ke Keluarga Yahudi-Nya.
Pada 1984, Dubner lulus dari Appalachian State University di North Carolina, tempat ia belajar di College of Fine and Applied Arts. Di sana, Dubner bermain dalam band rock, The Right Profile, yang kemudian menandatangani kontrak dengan Arista Records sesaat sebelum dia memutuskan untuk tidak berkarir di bidang musik. Pada tahun 1990, Dubner meraih gelar Master of Fine Arts in Writing dari Universitas Columbia, di mana ia juga mengajar bahasa Inggris.
Karya pertama yang diterbitkan Dubner muncul di Highlight for Children, ketika berusia 11 tahun. Sejak itu, karya jurnalismenya telah diterbitkan di The New York Times, The New Yorker, dan Time, dan telah di-antologi dalam The Best American Sports Writing, The Best American Crime Writing, dan di tempat lain.
Pada tahun 1998, Dubner menulis buku pertamanya, Turbulent Souls: Kembalinya Seorang Anak Katolik ke Keluarga Yahudi-Nya, di mana Dubner dinobatkan sebagai finalis untuk Koret Jewish Book Award. Dubner melanjutkan menulis Confessions of a Hero-Worshiper (2003) dan buku anak-anak, The Boy With Two Belly Buttons (2007).
Buku Seri Freakonomics:
Dubner bertemu Steven Levitt, seorang profesor ekonomi di University of Chicago, ketika editornya memintanya untuk menulis profil di Levitt untuk The New York Times Magazine. Pada saat itu, Dubner sedang menulis buku tentang psikologi uang dan tidak memiliki minat banyak untuk bertemu dengan ekonom muda dari Chicago yang baru saja memenangkan Medali Clark, hadiah yang diberikan setiap tahun oleh Asosiasi Ekonomi Amerika kepada ekonom paling menjanjikan di bawah usia 40 tahun. Demikian juga, Levitt tidak begitu tertarik dengan profil itu, tetapi setuju untuk wawancara dua jam karena ibunya menyukai The New York Times Magazine.
Setelah bertemu Levitt, Dubner memperpanjang wawancara dua jam menjadi tiga hari.
Setelah publikasi artikel Majalah Times 2003 milik Dubner, Dubner dan Levitt diminta untuk menulis buku, yang memperkuat kemitraan mereka. Pada tahun 2005, William Morrow menerbitkan Freakonomics: sebuah buku tentang guru-guru yang curang, nama-nama bayi yang aneh, agen penjual mandiri, dan kekuatan informasi. Freakonomics akan terus diterjemahkan ke dalam 40 bahasa dan menjual 5 juta kopi di seluruh dunia.
Dubner dan Levitt lalu menulis tiga buku lain: SuperFreakonomics (2009), Think Like a Freak (2014), dan When to Rob a Bank (2015). Dalam semua buku mereka, Dubner dan Levitt menggunakan ide-ide ekonomi untuk mengeksplorasi fenomena dunia nyata menjawab pertanyaan membingungkan, dan menawarkan analisis yang tidak konvensional.
Buku Freakonomics mendapatkan rating 4.4 di situa Amazon dan 3.96 di Goodreads.
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca yang menyukai bidang ekonomi dan fakta kehidupan manusia modern, yang membahas topik yang tidak umum untuk sebuah kajian bidang ekonomi, yang mengaitkan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Pembahasannya menarik, narasi dan argumentasinya solid, fakta-faktanya konkret, dilengkapi pengujian data, hasilnya mencengangkan dan bukan hanya berujung pada kesimpulan yang sederhana tapi juga berakhir pada pertanyaan lainnya. Buku ini kontroversial di jamannya, bahkan menyebabkan penulisnya harus berhadapan dengan hukum karena topik dan rahasia yang diungkap di buku mereka bukan topik dan rahasia yang biasa saja. Buku ini bukan untuk pembaca yang ingin mempelajari ilmu ekonomi dan teorinya.
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Dipi has been being a reader since she was a little kid, 5 or 6 yo. Her favorite reading time was bed-time with Mom and Bobo magazine. She loves reading fiction and non fiction. Books help her a lot during her teenager and her other struggling period of life. Once a week, she announced for streaming radio nbsradio.id (alliance with VOA), she has a book program named NBS Book Review, and a self improvement program named Positive Vibes. Dipi collaborates with her partner, Andri Irawan, create book podcast (Spotify Bookita, Instagram @bookita.podcast. Now she has her own podcast (Anchor & Spotify DipidiffTalks; Instagram @dipidiff_talks @dipidiffofficial). Her other passions link to education and entrepreneurship. That's why she is nurturing her own small business, Dipidiff Official Store (instagram @dipidiffofficialstore , Tokopedia Dipidiff Official Store), and her personal branding Dipidiff, while keeping busy being a mom of one and coaching for some teenagers and young - adults at Growth Tracker Program, it is a private program - special purpose, which help (especially) teen and young adult to find their passion and unleash their potential. Dipi retired from working at university and enjoy her time at training institution. Right now, she is an educator and Periplus Bandung Ambassador (occasionally alliance with Periplus Indonesia). She is getting older, she dreams a quiet life and contributing as best as she can for community.
Contact Dipidiff at This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it..
TERBARU - Review Buku
Review Buku Gilded - Marissa Meyer
13-05-2022 Dipidiff

Editors' Pick Best Young Adult on Amazon #1 Indie Bestseller#1 New York Times BestsellerA New York Times Best Children's Book of 2021 In Gilded, #1 New York Times-bestselling author Marissa Meyer returns...
Read moreReview Buku Atlas of The Heart - Brené B…
12-05-2022 Dipidiff

#1 New York Times Bestseller Judul : Atlas of The Heart Penulis : Brené Brown Jenis Buku : Self-help book Penerbit : Random House Tahun Terbit : November 2021 Jumlah Halaman : 336 halaman Dimensi Buku : 25,91 x...
Read moreReview Buku Reminders of Him - Colleen H…
09-05-2022 Dipidiff

Amazon Charts #7 This Week A trouble young mother yearns for a shot at redemption in this heartbreaking yet hopeful story from #1 New York Times Bestselling Author Colleen Hoover. Judul : Reminders...
Read moreReview Buku Misi - Asmayani Kusrini
08-05-2022 Dipidiff

Judul : Misi Penulis : Asmayani Kusrini Jenis Buku : Sastra Fiksi Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : November 2021 Jumlah Halaman : 332 halaman Dimensi Buku : 13 x 19 cm Harga : Rp. 98.000*harga sewaktu-waktu...
Read more