Review Buku Yuko-Chan and The Daruma Doll - Sunny Seki + Insight
2012 Creative Child Magazine Book of the Year Award Winner
Judul : Yuko-chan and the Daruma Doll:
The Adventures of a Blind Japanese Girl Who Saves Her Village
Penulis : Sunny Seki (Story and Illustration)
Jenis Buku : Children's Asia Books, Children's Asian Fairy Tales, Folk Tales & Myths
Penerbit : Tuttle Publishing
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 32 halaman
Dimensi Buku : 8.5 x 0.4 x 11 inchi
Harga : Rp. 293.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9784805311875
Paperback
Edisi Bilingual Bahasa Inggris - Japanese
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore
Sekelumit Tentang Isi
Yuko-chan, seorang yatim piatu buta yang suka berpetualang, mampu melakukan hal-hal menakjubkan. Ia menghadapi pencuri di tengah malam dan melintasi jalur pegunungan yang berbahaya untuk mengantarkan makanan bagi orang-orang yang kelaparan. Selama perjalanannya, Yuko-chan tersandung dan jatuh dari tebing bersalju. Ia menemukan hal aneh saat menunggu pertolongan: labu tehnya, terlepas dari bagaimana ia menjatuhkannya, selalu jatuh dengan posisi yang benar. Teh telah membeku di dasar labu! Terinspirasi oleh hal ini, ia menciptakan mainan boneka Daruma yang terkenal, yang dapat berdiri tegak saat dijungkirkan—simbol ketahanan sejati.
Berkat penemuan Yuko-chan, penduduk desa dapat mencari nafkah dan memberi makan diri mereka sendiri dengan menjual boneka-boneka tersebut. Yuko-chan tidak pernah menyerah, tidak peduli rintangan apa pun yang dihadapinya, dan boneka Daruma adalah pengingat yang hebat akan kekuatan ketekunan.
Source: Amazon.com
Author
Sunny Seki adalah penulis/ilustrator empat buku anak-anak Jepang: Yuko-chan and the Daruma Doll, yang memenangkan penghargaan dari Paper Tigers dan juga dari Creative Child Magazine; The Last Kappa of Old Japan; The Little Kokeshi Doll from Fukushima; dan The Tale of the Lucky Cat, yang memenangkan penghargaan dari NAPPA Parenting Publishing dan Creative Child Magazine.
Lahir di Tokyo pada tahun 1947, Sunny lulus dari Nihon Daigaku dengan gelar di bidang fotografi. Ia kemudian datang ke Amerika Serikat, tempat ia belajar ilustrasi di Pasadena Art Center of Design. Selama 32 tahun berikutnya ia mengelola Sunny Seki Photography di Rosemead. Sekarang ia mempersembahkan buku-bukunya dan cerita rakyat Jepang lainnya di acara-acara komunitas. Pada tahun 2009 ia tampil di The Disney Channel, sebuah iklan berdurasi dua menit yang dapat ditonton di YouTube.
Sunny dan istrinya Judy memiliki sembilan orang anak, dan mereka tinggal di San Gabriel.
Sunny juga merupakan guru dari kelompok puisi senryu Jepang di California Selatan. (Senryu memiliki format haiku 5-7-5, tetapi bertemakan komentar lucu tentang situasi manusia.) Pada tahun 2007, ia menerbitkan Gardeners’ Pioneer Story, sebuah kisah tentang sejarah 100 tahun tukang kebun Jepang melalui puisi senryu sensitif yang diciptakan oleh kelompok imigran. Pada tahun 2010, ia menerbitkan koleksi puisi beranotasi lainnya, Hokubei Senryu Michi Shirube, yang menceritakan perjalanan orang Jepang-Amerika di Amerika Utara.
Pada bulan April 2016, cerita Sunny, Yuko-chan and the Daruma Doll, dikoreografi dengan indah dan dibawakan oleh Valley Dance Ensemble di Logan, Utah.
Source: Amazon
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca semua usia, khususnya yang menyukai cerita yang memiliki pesan wisdom of life, cerita rakyat dari negara Jepang yang berlatar jaman dulu, dan buku dengan ilustrasi yang sangat indah dan mencirikan jamannya.
This Book Review Might Have Spoiler!
Tema dan Gaya Penulisan
Yuko-chan and The Daruma Doll mengeksplorasi tema perjalanan hidup, tantangan, dan pembelajaran. Ide ini menarik dan relevan sampai kapanpun mengingat semua manusia akan mengalami hal-hal tersebut terlepas dari dimana dan tahun berapa ia hidup. Banyak orang membutuhkan inspirasi agar bisa melewati beragam kejatuhan, salah satunya dari buku-buku seperti Yuko-chan and Daruma Doll. Selain itu, orang dewasa dapat menggunakan cerita Yuko-chan untuk mengedukasi anak-anak lewat diskusi yang konstruktif.
Gaya penulisan Sunny Seki mengalir dan mudah dipahami membuat kisah Yuko-chan enak dibaca, menarik, dan berkesan.
Review & Insight
Bahkan dari halaman sampul awalnya vibes buku anak ini sudah mencirikan pesan wisdom of life, sesuatu yang belum tentu ada di buku-buku anak. Disebutkan di bagian ini bahwa kisah Yuko-chan akan "mengajarkan" kita seperti apa kekuatan optimisme dan semangat bertahan hidup meskipun rintangan besar maupun kecil terus datang menghantam. Artinya, meski buku ini masuk kategori Children Book, tapi pembaca usia berapapun akan bisa mengambil hikmah dari cerita Yuko-chan.
Memasuki halaman cerita, saya sudah terpukau dengan ilustrasinya yang 'stunning', goresannya khas, warnanya hidup, apalagi buku cetakan Tuttle Publishing ini berkertas tebal glossy yang mewah yang menunjang tampilan keindahan gambar dan story Sunny Seki.
Saya juga menyukai edisi istimewa buku ini yang bilingual bahasa, Inggris dan Jepang. Saya tidak paham bahasa Jepang, tapi buku-buku yang berformat khusus seperti ini selalu mendapat tempat khusus di hati saya.
Picture: Beberapa halaman pilihan buku Yuka-chan.
Pemilihan nama tokoh Yuka-chan sangat sesuai juga dengan vibes dan pesan cerita, Yuko-chan artinya Warm Water Girl, dinamakan demikian karena kepribadiannya yang hangat dan lembut. Dengan caranya sendiri Yuko-chan menjadi seseorang yang memberikan kedamaian bagi orang-orang di sekelilingnya, termasuk kepala biksu, Osho-san, dan tetua wakil desa Takasaki. Dikisahkan saat pertemuan para tetua untuk mencari solusi perbaikan dari bencana, Yuko-chan membawakan teh hijau agar mereka merasa tenang dan tidak panik karena sulitnya menemukan jalan keluar. Di momen yang sama ia juga melontarkan lelucon tak terduga, sehingga suasana menjadi cair.
Semangat Yuko-chan belajar sangat luar biasa. Ini sebuah inspirasi hidup bahwa kekurangan yang dimiliki tidak menjadi penghalang besar jika yang bersangkutan memiliki kemauan dan tekad, seperti Yuko-chan yang menyimak pelajaran dari guru selagi dia membersihkan koridor kelas. Yuko-chan anak yang bertalenta, tapi Osho-san yang bijak mampu menempatkannya dengan baik, bahwa bakat tidak ada manfaatnya jika melanggar aturan yang sudah diterapkan. Poin ini juga membuat saya merenung, good point of view, right?
Tentu saja, buku ini memuat wawasan tentang Daruma-san. Dulu saya pernah membaca buku anak bertema Daruma-doll juga, tapi wawasan yang saya dapatkan berbeda dengan yang ada di buku ini. Di sini disebutkan bahwa Daruma adalah seorang biksu yang mengajarkan Budha dari India hingga Cina selama 9 tahun. Biksu Daruma sangat sabar dan ikhlas melakukan bakti tersebut. "If you fall seven times, you must pick yourself up eight times! You need strong faith, and the belief that you can accomplish your goals," merupakan kalimat bijak Daruma yang sangat menginspirasi Yuko-chan. Teman-teman mungkin pernah mendengar kalimat ini atau yang persis seperti ini, tentang ujian kehidupan yang akan terus datang tapi kita harus bangkit dan terus bangkit dari jatuh yang berungkali itu. Inilah spirit semangat dan keyakinan pada kehidupan dan optimisme yang sesungguhnya.
Suatu hari kotak amal di kuil dicuri. Yuko-chan dan anjingnya, Shiba, memergoki pelakunya, Kenta. Namun karena iba, ia melepaskan si pencuri. Alih-alih marah, kepala biksu Osho-san malah menghela napas sedih melihat orang yang tidak berpunya harus mencuri untuk bertahan hidup. Beberapa hari kemudian saat mengumpulkan dan membagikan makanan ke penduduk yang miskin, Yuko-chan mengenali suara Kenta, tapi ia tidak mengatakannya pada kepala biksu. Di kemudian hari kebaikan hati Yuko-chan dibalas Kenta dengan menolongnya dari kecelakaan.
Bagian menarik dari buku ini adalah bagaimana sebuah kemalangan ternyata menyimpan hikmah dan peluang besar. Ini tergambarkan dari episode Yuko-chan yang tersesat di hutan dan jatuh sehingga wadah tehnya yang berbentuk seperti labu menggelinding. Yuko-chan yang memperhatikan wadah teh ini jadi mendapatkan ide untuk membuat Daruma-doll yang kemudian laris dijual. Dalam kesengsaraan, banyak orang yang tenggelam dalam emosi negatif begitu dalam dan lupa untuk melihat situasi secara keseluruhan. Bersama kesulitan ada kemudahan. Kisah Yuko-chan menjadi salah satu refleksi yang tepat untuk itu. Disebutkan juga di akhir cerita, jika gunung berapi tidak meletus maka tidak akan ada Daruma-doll. "What started as a disaster has turned into a golden opportunity for everyone." page 32. Love it.
Daruma-doll juga bukan mainan biasa karena selain filosofi semangat bangkit dari kejatuhan juga dikaitkan dengan impian. "People darken the left pupil when they make a wish, and the right pupil when the wish comes true." page 28. Kabarnya hingga saat ini Daruma doll dari Takasaki tetap menjadi yang paling terkenal di Jepang. Apakah teman-teman memiliki Daruma doll?
Bagi pembaca yang tertarik fakta-fakta terkait budaya, ada halaman khusus Cultural Notes yang bisa kita simak di akhir buku. Isinya menjelaskan tentang siapa Daruma (Father or Zen Buddhism), sepotong percakapan Daruma dengan Raja Cina (dasar Zen teaching), Daruma Doll Festival (diadakan tiap tahun di Shorinzan Temple), Daruma Toys and Games, Daruma Doll (bentuknya memang seperti biksu Daruma, simbol kesuksesan setelah melewati kemalangan, juga simbol penetapan tujuan, dan sering dihadiahkan untuk menyemangati mereka yang sedang down), dan wadah teh berbentuk labu yang menjadi inspirasi Yuko-chan (ternyata wadah ini dianggap sebagai simbol keberuntungan sebelum 1600).
- More Detail -
Tokoh dan Karakter
Yuko-chan merupakan tokoh utama cerita yang likeable, dengan sifatnya yang penuh kasih, otaknya yang cerdas, dan keberaniannya yang luar biasa. Tokoh-tokoh seperti Yuko-chan memang biasanya ada di cerita-cerita anak dan kisah rakyat untuk menjadi panutan karakter yang hendak disampaikan-ditanamkan ke pembaca. Ini juga berarti relatable tokoh Yuko-chan kelihatannya akan rendah jika dicerminkan ke dunia nyata. Rasanya tidak mudah mencari manusia yang sikapnya seindah Yuko-chan.
Pengembangan karakter yang kerap diharapkan pembaca juga tidak ada di sini, Yuko-chan dari awal hingga akhir senantiasa hangat dan baik hati. Tidak ada sisi negatif yang ditampakkan, sehingga kurang manusiawi dan tidak multidimensi rasanya. Mungkin ini akan dilihat sebagai kelemahan cerita, tapi personally saya tetap suka Yuko-chan yang diciptakan Sunny Seki ini. Biarlah Yuko-chan demikian, menjadi oase tersendiri di dalam hati saya saat membacanya.
Ketiadaan positive arc (alur positif) dari character development Yuko-chan digantikan dengan tipe flat arc dimana tokoh Yuko-chan yang meskipun sebagian besar tidak berubah tapi ia memengaruhi orang lain di sekitarnya. Tampaknya Yuko-chan mendapatkan motivasi hidupnya dari nilai-nilai yang ia percayai, khususnya kalimat ajaran biksu Daruma. Dari nilai-nilai inilah Yuko-chan membentuk tujuan dalam hidupnya. Cerita di buku ini memang singkat, tapi in my opinion bisa mengantarkan sebab akibat yang logis antara motivasi tokoh, personality, dan latar belakang cerita.
Dari Yuko-chan, pembaca dapat menemukan sifat-sifat positif keberanian, kecerdasan, kasih sayang, ketahanan, dan ketekunan yang menarik dan penting untuk dimiliki di kehidupan nyata.
Tokoh pendamping seperti kepala biksu Osho-san dan Kenta juga membentuk jalan cerita, dan menguatkan karakter utama. Dari kepala biksu ada hubungan antara murid dan guru, dan Kenta yang tadinya orang asing (pencuri) kemudian berubah menjadi sosok yang berarti dalam hidup Yuko-chan. Ada inspirasi tersendiri juga yang bisa pembaca dapatkan dari kepala biksu yang bijaksana dan Kenta si pencuri. Sesuai dengan genre bukunya, hubungan antar karakter cerita tidak berat dan sesuai porsinya.
Cerita anak berlatar kisah rakyat yang singkat memang sulit untuk menghadirkan latar belakang cerita dan konteks yang mendalam, ini tentu berbeda dengan format novel. Tapi untuk sebuah kisah sesingkat Yuko-chan and Daruma Doll, konflik utama dan penyelesaiannya dibangun dari backstory dan konteks yang memadai. Misalnya, bencana alam meletusnya gunung dan situasi warga yang bingung, ditambah karakter Yuko-chan yang cerdas dan baik hati, memberikan dasar yang logis untuk hal-ikhwal ide Daruma Doll dan dampaknya terhadap masyarakat sekitar.
Dari sebuah tulisan yang saya simak, juga ada menyebutkan ilustrasi di buku ini mencerminkan kondisi sosial kultural masyarakat Jepang kala itu, tepatnya pedesaan Jepang sebelum Perang Dunia II yang memperlihatkan interior rumah pertanian, kuil dengan taman batu dan ruang sekolah, serta festival desa (Publishers Weekly). Dialog antar tokoh meski singkat tapi mengalir secara alami. As a hero, percakapan Yuko-chan yang berusia 10 tahun memang agak sulit diterima ketika berkata bijak dan bercakap-cakap, namun mungkin secara budaya ini bisa jadi masuk akal jika dikembalikan ke konteks Jepang. Saya sendiri bukan ahli di bidang ini sehingga tidak mengomentari lebih banyak.
Meskipun tidak diceritakan secara detail, tapi tokoh Kenta yang berubah dari pencuri menjadi tokoh yang positif membangkit empati tersendiri. Manusia tidak selamanya jahat, dan sebaliknya. Latar sikap jahat Kenta juga diceritakan di sini, sehingga pembaca bisa memahami alasannya. Justru oleh Sunny Seki, Kenta diciptakan lebih manusiawi ketimbang Yuko-chan. Dari Kenta, pembaca bisa berkaca tentang sikap-sikap dan keputusan-keputusan hidup yang dapat berubah dari negatif menjadi positif seiring berjalannya waktu. Satu orang seperti Yuko-chan hadir dalam hidup seseorang, dapat membawa takdir yang berbeda bagi seseorang yang lain.
Adegan paling berkesan ada pada peristiwa kecelakaan yang menimpa Yuko-chan, karena dari musibah itu, ternyata Yuko-chan bisa mendapatkan keuntungan. Sesuatu yang didukung oleh karakter Yuko-chan berupa keberanian, ketahanan, kecerdasan, dan optimisme. Bagian ini memberikan perenungan tersendiri secara emosional dan intelektual.
Kutipan penting ada pada kalimat bijak biksi Daruma. Kalimat ini sejak awal menggarisbawahi seperti apa personality tokoh utama. Gadis kecil yang bersemangat dan pantang menyerah.
"If you fall seven times, you must pick yourself up eight times! You need strong faith, and the belief that you can accomplish your goals."
Plot
Plot cerita beralur maju dengan pola tradisional yang terdiri dari perkenalan latar, karakter, dan situasi awal. Dengan singkat namun jelas, kita berkenalan dengan tokoh utama yang spesifik, bahwa ia seorang gadis berusia 10 tahun dengan ketidakmampuan melihat karena matanya yang buta, namun memiliki banyak kekuatan dan kelebihan dari sikap dan intelektual. Poin-poin ini segera menjadi titik perhatian pembaca.
Selain tradisional structure, meski tidak detail, cerita juga memiliki sisi inciting incident dimana cerita dibangun dari sebuah peristiwa yang memicu konflik utama, dalam hal ini bencana alam gunung berapi Asama yang menimpa desa Takasaki yang lalu membuat masyarakat serba kekurangan dan pemimpin desa bingung mencari solusinya. Konflik yang serius ini tentu saja tidak ditekankan secara emosional dan menghindari beban yang berat untuk pembaca mengingat kategori buku yang ada di ranah usia anak.
Ini juga berarti tidak ada klimaks yang jelas, a.k.a samar saja, penekanan lebih ke unsur antiklimaks yang dipegang perananannya oleh Yuko-chan. Plot yang predictable namun dimaafkan. Tidak ada alur cerita tambahan (subplot).
Cerita ditutup dengan akhir yang menyentuh hati, sesuai dengan nada cerita dari awal hingga akhir. Ending yang tertutup ini memberikan solusi untuk semua konflik yang ada.
Tipe konflik yang ada di buku ini adalah Man vs. Nature dimana manusia berusaha melawan kondisi alam. Ancaman akibat bencana alam ini sebenarnya terasa mendesak dan relate dengan kondisi kehidupan nyata kita. Namun, sekali lagi, karena Yuko-chan adalah buku cerita anak, tentunya sisi ini dijaga ringan, disamping plot cepat khas buku anak bergambar. Kaitan antara konflik dan tokoh juga mencerminkan tantangan yang bisa menunjukkan kepribadian tokoh. Baik bencana di desa, maupun kecelakaan pribadi yang menimpanya, tokoh Yuko-chan menghadapinya dengan berani, tangguh, dan cerdas. Konflik terselesaikan, dan resolusinya meskipun predictable, namun memuaskan.
Cerita berjalan cepat sesuai porsinya (tipe fast pace), cenderung sama dari awal hingga akhir, seimbang dari sisi keringkasan dan kejelasan.
Dengan caranya sendiri, kisah Yuko-chan menggugah emosi dan dapat membuat pembaca peduli dengan apa yang terjadi selanjutnya, misalnya saat Yuko jatuh dan tersesat ketika badai salju melanda.
Alur tidak menghadirkan sesuatu yang baru pada genrenya dan mengandalkan pola yang sudah dikenal, namun elemen-elemen cerita yang unik berlatar Jepang jaman dulu dan kekhususan tokoh membuat cerita ini tetap menarik dibaca.
POV
Cerita disampaikan dari sudut pandang ketiga (POV 3) tipe limited third-person yakni fokus pada satu karakter yakni Yuko-chan. Kelemahan pov ini biasanya terletak pada ketiadaan kedalaman pikiran karakter utama. Namun, untuk cerita Yuko sendiri, hal ini tidak membuat saya merasa terbatasi. Peralihan antar karakter juga mulus, dan tidak ada kesan informasi yang terlalu banyak. Satu-satunya yang menjadi catatan adalah dialog yang seolah tidak ada bedanya antara Yuko-chan yang masih kecil dengan biksu Osho-san yang bijak atau dengan Kenta yang pemuda dewasa di desa. Namun tidak perlu khawatir karena hal ini tidak merusak pesan inti yang disampaikan karena ceritanya juga yang singkat dan to-the-point. Distant/Objective POV juga menempatkan kita sebagai pembaca untuk memandang cerita secara lebih luas dan terpisah. Jika dilihat dari sisi ini, sebenarnya sangat baik karena pembaca tidak akan merasa digurui oleh pesan yang disampaikan. POV ini juga sesuai untuk ragam cerita anak dengan nilai kebijaksanaan.
Latar
Latar disusun dengan baik tidak hanya menggambarkan waktu dan tempat tapi membentuk suasana hati, memengaruhi perilaku karakter, dan meningkatkan kedalaman tema. Latar cerita Yuko-chan berlangsung di masa lalu, tidak ada kejanggalan terkait latar dan cerita. Justru dari karya yang sudah mendapatkan pengakuan penghargaan ini saya belajar tentang konteks budaya dan sejarah dengan normal sosial dan tindakan orang-orang saat itu.
Cerita Yuko-chan terjadi di pedesaan yang disebutkan namanya secara spesifik dan bukan karangan semata, desa Takasaki. Di masa itu para biksu memegang peranan penting sebagai pemuka agama dan masyarakat, yang bekerjasama dengan tokoh-tokoh di desa. Kemiskinan tampaknya menjadi permasalahan sosial saat itu yang mendorong tindakan kriminal. Sesuatu yang masih relevan sampai sekarang.
Adegan salju dan badai yang turun sempat memberikan suasana yang "dingin" namun cocok untuk adegan selanjutnya yang terjadi pada Yuko-chan. Situasi ini menguatkan kemalangan dan musibah yang terjadi, yang juga dapat dialami oleh siapapun tanpa diduga, sekaligus memberikan gap yang diperlukan untuk menguatkan karakter Yuko-chan dalam menghadapi situasi kriris. Dari adegan berlatar cuaca bersalju yang keras ini, tampak situasi yang umumnya membuat panik ternyata bisa diperkecil dengan EQ yakni ketenangan, jiwa petualang, keberanian, kreatifitas, dan keyakinan.
Konflik
Konflik pada cerita Yuko-chan awalnya tercipta karena bencana gunung berapi Asama sehingga rakyat korban bencana menjadi terdampak kemiskinan. Konflik ini mendorong alur cerita, mengembangkan karakter, dan mengeksplorasi tema yang akan dibawakan oleh tokoh Yuko-chan. Selain konflik pengawal, cerita ini punya konflik utama yang menjadi fondasi solusi cerita. Meskipun konflik tidak ditampilkan dengan grafik yang memuncak tapi saya tetap merasakan tarikan kengintahuan yang kuat untuk mengetahui kelanjutan adegan. Saya merasa tertarik untuk menyimak akhir cerita.
Meskipun kisah Yuko-chan ini singkat, namun jika direnungkan lebih dalam, ada dua tipe konflik yang dimunculkan baik tersorot maupun tidak, yakni konflik manusia vs manusia (Kenta dan Yuko) dan konflik manusia vs alam (bencana alam, skenario penyelamatan). Pada tokoh Kenta tampaknya juga ada pergolakan emosi yang mungkin menandakan konflik internal selain konflik eksternal. Konflik-konflik ini berhasil mengeksplorasi sisi filosofis cerita dan menggarisbawahi karakter tokoh yang membawa value positif untuk pembaca.
Ending
Akhir cerita disusun dengan baik dan menyatukan benang-benang yang lepas, secara emosional memuaskan dan tidak meninggalkan tanda tanya yang mengganggu. Perenungan yang ada lebih bersifat kontemplasi pesan cerita dan filosofi kehidupan bukan karena ketidaknyamanan karena plot yang terputus atau kurang baiknya unsur-unsur dalam cerita.
Tokoh utama mencapai tujuannya, dan konflik diselesaikan secara positif. Kebahagiaan yang dialami Yuko-chan dan masyarakat desa bersifat aspirasi dan inspirasi, sesuatu yang pembaca tahu butuh effort untuk mencapai yang serupa, namun tetap menyukainya karena banyaknya pesan dan energi positif yang ditonjolkan. Meskipun mungkin pembaca merasakan peningkatan kecepatan menuju akhir dan irama yang mengarah terasa teralu cepat, namun tetap menciptakan dampak respon emosional yang kuat ketika telah tiba di akhir cerita, ada perasaan bahagia, lega, semangat, dan perenungan. Ending yang memang diharapkan dari genre ini.
Kisah Yuko-chan sangat beresonansi dengan saya pribadi. Banyak nlai-nilai positif kebaikan yang saya dapatkan, juga inspirasi dan aspirasi.
Insight
Tokoh Yuko-chan mengajarkan kepada saya tentang ketahanan dan keteguhan dalam mencapai tujuan. Keterbatasan fisik bukan faktor penghalang untuk mewujudkan impian maupun melakukan kebaikan-kebaikan. Siapa pun dapat berhasil dalam hidup, apa pun keadaannya.
Yuko-chan juga memberikan insight tentang kekuatan kecerdasan emosional yang dapat menghindarkan kita dari kepanikan dan bahaya yang lebih besar. Alih-alih panik, fokuslah pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan menciptakan peluang.
Buku Yuko-chan and Daruma Doll mengajarkan anak-anak tentang disabilitas dan bagaimana disabilitas merupakan kekuatan, bukan beban. Buku ini mengajarkan bahwa ketahanan dan sikap positif dapat menghasilkan hal-hal hebat.
Tokoh biksu kepala Osho-san mengajarkan kebijaksanaan yang menekankan kecerdasan tidak banyak manfaatnya tanpa karakter dan penempatan yang pas sesuai konteksnya.
Tokoh Kenta mengajarkan transformasi diri dari negatif menjadi positif.
Secara keseluruhan, buku ini memberikan insight kehidupan sosial dan budaya Jepang, khususnya terkait biksu Daruma, ajaran yang ia bawa, festival Daruma Doll, dan filosofi Daruma doll. Buku ini juga bermanfaat bagi mereka yang baru mulai membaca kanji karena ditulis dalam dua bahasa, Inggris dan Jepang.
Referensi
www. readingresistance. com/post/curriculum-for-yuko-chan-and-the-daruma-doll
www. amazon. com
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - SELF EDUCATION
Cara Mewujudkan Impian dengan Manifestas…
03-11-2024 Dipidiff

Updated 24 Februari 2025 I think human beings must have faith or must look for faith, otherwise our life is empty, empty. To live and not to know why the cranes...
Read moreMengapa Ringkasan Buku Itu Penting?
19-06-2022 Dipidiff

Pernah ga sih teman-teman merasakan suatu kebutuhan yang sebenarnya mendesak namun seringkali diabaikan? Mungkin karena rasanya kebutuhan ini sepele, atau mungkin dia tidak terasa mendesak sampe ketika waktunya tiba mendadak...
Read more10 Tips Mengatasi Kesepian
05-12-2021 Dipidiff

Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...
Read moreTentang Caranya Mengelola Waktu
11-08-2021 Jeffrey Pratama

“Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...
Read moreCara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…
25-09-2020 Dipidiff

Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...
Read more