Review Buku Gilded - Marissa Meyer
#1 New York Times Bestseller
A New York Times Best Children's Book of 2021
Judul : Gilded
Penulis : Marissa Meyer
Jenis Buku : Teen & YA Fairy Tale & Folklore Adaptations, Teen & YA Epic Fantasy, Teen & YA Sword & Sorcery Fantasy
Penerbit : McMillan
Tahun Terbit : November 2021
Jumlah Halaman : 512 halaman
Dimensi Buku : 13 x 19,7 x 3,5 cm
Harga : Rp. 189.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780571371587
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Serilda dikutuk oleh dewa kebohongan, dia kemudian terlahir menjadi storyteller yang ahli memutar cerita menjadi kisah yang fantastis dan memukau. Orang-orang tentu saja menganggap cerita-cerita itu hanya karangan belaka, namun lebih jauh lagi mereka akhirnya tidak percaya apapun yang Serilda katakan.
Ketika salah satu kisah aneh Serilda menarik perhatian Erlking yang jahat, Serilda mendapati dirinya tersapu ke dunia yang suram di mana hantu dan mayat hidup berkeliaran di bumi dan gagak bermata cekung melacak setiap gerakannya. Raja memerintahkan Serilda untuk menyelesaikan tugas yang mustahil untuk memintal jerami menjadi emas, atau dibunuh karena berbohong. Dalam keputusasaannya, Serilda tanpa sadar memanggil seorang anak laki-laki misterius untuk membantunya. Dia setuju untuk membantu Serilda dengan imbalan sebagai gantinya. Namun cinta tidak dimaksudkan untuk menjadi bagian dari tawar-menawar.
Segera Serilda menyadari bahwa ada lebih dari satu rahasia yang tersembunyi di dinding kastil, termasuk kutukan kuno yang harus dipatahkan jika dia berharap untuk mengakhiri tirani raja dan perburuan liarnya selamanya.
Sumber: Amazon
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca young adult yang mencari novel dark fantasy retelling sebuah dongeng. Kekuatan buku ini terutama di narasinya yang rinci, baik latar situasi maupun suasana. Dunia fiksinya terbangun dengan baik. Tentunya ada perbedaan antara novel ini dengan versi dongengnya, dan ini membuat jalan cerita Gilded menjadi menarik buat disimak. Di buku pertama ini kita belum akan menemukan sisi epic dari cerita, ending novel ini memang menggantung.
Noted: blood, murder, premarital sex, wickedness. *Baca sesuai usia.
This Book Review Might Have Spoiler!
Tokoh dan Karakter
Serilda
Gild
Erlking
Anna, Nickel, Fricz, Hans
Parsley dan Meadowsweet
Lorraine dan Leyna
Thomas lindbeck
Madam Sauer
Shrub Grandmother
dll
Selayaknya genre fantasy yang biasanya banyak tokoh ceritanya, begitupun dengan Gilded. Tapi di sini kita punya tiga tokoh utama, yakni Serilda, Gild, dan Erlking. Serilda, gadis yang sebenarnya baik hati, hanya saja karena penduduk mencapnya sebagai "pembohong" lantaran cerita-ceritanya yang fantastis itu membuatnya menjadi terisolasi. Secara fisik Serilda juga mengundang kecurigaan karena matanya yang keemasan. Tokoh ini rasanya memang mewakili orang-orang yang merasa tidak bisa berbaur secara sosial, merasa tidak fit it, dan karenanya punya kekosongan di dalam jiwa dan insecure. Patut ditiru memang, bahwa Serilda seolah tak ambil peduli dengan perlakuan penduduk, dan mempertahankan bagian otentik yakni tetap menjadi dirinya sendiri. Kata-katanya memang jadi cenderung tajam dalam upayanya melindungi hatinya yang rapuh. Serilda mencintai anak anak kecil karena mereka memperlakukannya dengan tulus, juga karena cerita-ceritanya selalu membuat anak-anak antusias mendengarkan. Serilda berjiwa bebas, petualangan, berani, penuh keingintahuan, namun kadang ceroboh. Kepandaiannya bercerita memang membawa masalah. Di buku pertama ini, tokoh Serilda memang diekspos menjadi pusat cerita. Sedangkan Gild, ini tokoh yang misterius. Karakternya terasa samar-samar, sejalan dengan kisahnya sendiri yang tidak ingat masa lalunya. Berharap banget di buku kedua, tokoh Gild bisa memiliki porsi yang lebih banyak di dalam plotnya.
Untuk antagonis, kita punya Erlking yang kejam, licik, dan jahat. Namun, entah kenapa saya teringat Darkling saat menyimak deskripsi fisik Erlking. Jenis tokoh jahat yang tampan dan kharismatik :D. Coba cek deskripsi fisik Erlking di bawah ini,
Its rider was cast in moonlight, beautiful and terrible at once, with silver-tinted skin and eyes the color of thin ice over a deep lake and long black hair that hung loose around his shoulders. He wore fine leather armor, with two thin belts at his hips holding an assortment of knives and a curved horn. A quiver of arrows jutted over one shoulder. He had the air of a king, confident in his control of the beast beneath him. Sure in the respect he commanded from anyone who crossed his path.
He was dangerous.
He was glorious.
He was not alone. There were at least two dozen other horses, each one black as coal, but for their lightning-white manes and tails. Each bore a rider - men and women, young and old, some dressed in fine robes, others in tattered rags.
Some were ghosts. She could tell from the way their silhouettes blurred against the night sky.
Others were dark ones, recognized by their unearthly beauty. Immortal demons who had long ago escaped from Verloren and their once master, the god of death.
Page 30
dan ini deskripsi fisik Gild. By the way, penggunaan kata a boy untuk Gild membuat saya menarik kesimpulan usianya yang di bawah 18 tahun.
A man.
Or... a boy. A boy about her age, she guessed, with copper hair that hung in wild tangles to his shoulders and a face that was covered in both freckles and dirt. He wore a simple linen shirt, slightly old-fashioned with its generous sleeves, which he d left untucked over emerald-green hose. No shoes, no tunic, no overcoat, no hat. He might have been getting ready for bed, except he looked wide-awake.
Page 85
Alur dan Latar
Alurnya maju lumayan cepat dan makin lama saya juga makin mengapresiasi narasi ceritanya yang detail, meski memang membuat plotnya jadi maju lebih pelan.
Cerita dibagi menjadi beberapa bagian yang uniknya mengambil pola fase bulan. Tiap chapternya dilayout dan diilustrasikan khusus seperti foto di bawah ini.
Picture: Halaman Chapter pada buku
Pov orang ketiga dengan Serilda sebagai pusat cerita.
Untuk konflik cerita, masalah yang dihadapi Serilda kelak jadi berlipat-lipat di akhir cerita karena bukan hanya ingin bebas dari cengkraman Erlking, tapi ia juga ingin membebaskan anak-anak yang ditawan, mengurai misteri Gild, menghentikan kejahatan Erlking, menemukan ibunya, dll. Kalo teman-teman suka dengan tipe konflik kebenaran melawan kejahatan dengan pahlawan wanita sebagai main character, Gilded termasuk kategori itu. Hanya, saya sendiri belum bisa menyatakan apakah hingga akhir kisah akan tetap demikian, mengingat ending novel ini yang menggantung. Yes, ini buku pertama dari seri. Endingnya bikin greget dan penasaran.
Latar tempat cerita di Marchenfeld, Adalheid Castle (Gravenstone Castle), Adalheid City, Aschen Wood, terus terang deskripsinya selalu sangat rinci. Satu ruangan di dalam kastil bisa menghabiskan 1 atau lebih halaman. Berikut saya kutipkan sebagian kecil deskripsi fisik Adalheid Castle yang awalnya dikira Serilda sebagai Gravenstone Castle.
The Aschen Wood was the territory of the dark ones and the forest folk. She had always pictured Gravenstone Castle standing dark and ominous somewhere deep in the forest, a fortress of slim towers taller than the most ancient trees. No stories had ever mentioned a lake... or a city, for that matter.
As the carriage passed along the main thoroughfare of the town, the castle loomed back into view. It was a handsome building, stalwart and commanding, with a bevy of turrets and towers surrounding a large central keep.
It wasnt until the carriage turned away from the last row of houses and began crossing over a long, narrow bridge that Serilda realized the castle was not built at the edge of the town, but on an island out in the lake itself. The ink-black water reflected its moonlit stonework. The wheels of the carriage clattered loudly on the cobblestone bridge, and a chill enveloped Serilda as she craned her neck to see the imposing watchtowers flanking the barbican.
They passed over a wooden drawbridge, under the arched gateway, and into the courtyard. the mist hung cloyingly to the surrounding buildings, so that the castle was never revealed in its entirety, but shown only in glimpses before being shrouded once more.
Page 64
Universe yang dibangun oleh Marissa Meyer terbentuk dengan baik. Dunia fantasinya juga mudah dimasuki, tidak terlalu berat, seolah-olah bisa melebur begitu saja dalam imajinasi. Dongeng asli tahun 1889 ini berlatar jadul, sama kesannya dengan versi retellingnya. Old but new karena Meyer berhasil memberikan kesan fresh pada cerita.
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Teman-teman mudik bawa buku apa? Sedikit cerita, saya baca buku Gilded waktu kemarin libur mudik. Kita sesama pecinta buku begitu ya, kemana-mana bawa buku :D.
Btw, novel Gilded direkomendasikan oleh adikku Sherry, rencananya kami akan iglive bahas buku ini juga nantinya. Ini genre dark fantasy dengan bumbu romance. Kategorinya juga masuk bacaan fiksi YA.
Cerita Gilded unik karena re-telling dari Rumpelstiltskin, tentang seorang gadis yang dikutuk oleh dewa kebohongan hingga pandai mendongeng, saking pandainya orang-orang tidak ada lagi yang percaya pada apa yang ia ceritakan. Hingga suatu malam, dalam upayanya menyelamatkan dua makhluk hutan yang berada dalam kejaran Erkling yang kejam, Serilda berdalih sedang mengumpulkan jerami untuk diubah menjadi emas. Raja lalu menguncinya di dalam penjara bawa tanah kastil dan memerintahnya untuk mengubah jerami menjadi emas atau dibunuh karena berbohong. Dalam keputusasaan Serilda tanpa sadar memanggil seseorang. Seorang pemuda datang dan setuju membantunya dengan syarat. All magic comes at a price, but love was never part of the bargain. Marissa Meyer adalah penulis terlaris #1 di New York Times dari Renegades Trilogy, seri The Lunar Chronicles, novel grafis Wires and Nerve, dan The Lunar Chronicles Coloring Book. Novel solo pertamanya, Heartless, juga menjadi bestseller #1 di New York Times.Teman-teman ada yang sudah baca buku ini juga kah? Atau familiar dengan dongeng Rumpelstiltskin?
Kira-kira apa ya yang kita harapkan dari sebuah novel retelling? Mungkin alur ceritanya yang berbeda atau endingnya yang lebih mengejutkan yang ditunggu oleh kita. Seperti Gilded yang merupakan retelling dari sebuah dongeng German berjudul Rumpelstiltskin (*dan dongeng negara lainnya yang ceritanya mirip-mirip), ada perbedaan di antara keduanya, misalnya di Gilded yang bilang Serilda bisa mengubah jerami jadi emas adalah Serilda sendiri, sedangkan di versi aslinya justru ayahnya. Si cowok tampan dalam novel Gilded adalah setan di versi dongengnya, dan lain-lain. Rame ya :D, dan yang pasti romancenya manis.
Selain Serilda, the King, dan Gild, ada juga tokoh-tokoh cerita lain yang beragam, mulai dari hantu, mayat hidup, binatang buas, dll. Banyaknya hewan-hewan fantastis yang dideskripsikan di dalam cerita membuat saya teringat pada Fantastic Beast-nya J.K. Rowling, hanya yang masih membingungkan buat saya di buku ini adalah ketiadaan peran buat si hewan-hewan tersebut. Mungkin nanti di buku kedua ya.
The carriage-cage was being drawn by two bahkauw. They were miserable-looking beasts, bull-like, with horns that twisted in corkscrews from their ears and massive hunched backs that forced their heads to hang awkwardly toward the ground. Their tails were long and serpentine, their mouths wrapped around ill-fitting teeth. They waited motionless for the coachman, for as there was no one atop the driver s seat, she thought this ghost must be the one who would be driving them.
Page 57
It was serpentine, with two crests of small pointed thorns curving across its brow and needlelike teeth set into rows along its protruding mouth. Slitted green eyes were ringed with what appeared to be gray pearls embedded in its skin, and a single red stone sparkled in the center of its brow, a cross between a pretty bauble and a watchful third eye. An arrow with black fletching still protruded from beneath one of its bat-like wings, so small it seemed impossible that it could have been a killing strike. In fact, the beast hardly looked dead at all. the way it had been preserved and mounted, it looked ready to jump off the fireplace and snatch Serilda up in its jaws. As she drew closer, she wondered if she was only imagining the warm breath, the throaty purr, leaking out from the creature s mouth.
"Is that a...?" she started, but words failer her. "What is that?"
"A rubinrot wyvern," came the answer from behind her. ..
Page 72
The dark ones frightened her more. Unlike the ghosts, they were as solid as she was. Almost elflike in appearance, with skin that shimmered in tones of silver and bronze and gold. Everything about them was sharp. Their cheekbones, the jut of their shoulders, their fingernails. They were the king s original court, had been at his side since the before times, when they had first escaped from Verloren. They watched her now with keen, malicious eyes.
There were creatures, too. Some the size of cats, with black-taloned fingers and small pointed horns. Others the size of Serilda s hand, with batlike wings and sapphire-blue skin. Some might have been human, if it werent for the scales on their skin or the mop of dripping seaweed that clung to their scalps. Goblins, kobolds, fairies, nixes. She could not begin to guess at them all.
Page 69
In one cage, an elwedritsch, a plump birdlike creature covered in scales instead of feathers, with a rack of slender antlers sprounting from its head. There was its cousin, the rasselbock, a rabbit in size and form, but also sporting antlers like a roebuck. In the next cage, a bargeist, and enormous black bear with glowing red eyes. And there were creatures she had no names for. A six-legged oxlike creature that bore a protective shell on its back. A beast the size of a boar, covered in shaggy fur that, on closer examination, might not have been fur at all, but sharp porcupine-like quills.
A sound almost like a gasp, almost a laugh, escaped her as she spotted what appeared at first to be an average mountain goat. But as it hobbled closer to its food dish, she saw that the legs on the left side of its body were significantly shorter than the legs on the right side. A dabut. The creature whose fur Gild had said was his favorite to use for spinning.
Page 365
Juga disinggung di sini tentang dewa-dewa. Saya penasaran sih sebenarnya karena di buku satu ini tokoh dewa-dewanya belum terlihat ada peran yang mencolok, namun terus terasa membayang-bayangin ide cerita. Mungkinkah akan ada perubahan di buku keduanya (?)
Serilda shut the book and leaned forward to inspect their work. For Eostrig's Day, the schoolchildren were traditionally tasked with making the effigies that would symbolize the seven gods at the festival. Over the past two days, they had completed the first three: Eostrig, god of spring and fertility; Tyrr, god of war and hunting; and Solvide, god of the sky and sea. Now they were working on Velos, who was the god of death, but also of wisdom.
...
Supposedly, the ceremony was meant to ensure a good harvest, but Serilda had lived through enough disappointing harvest to know that the gods probably weren't listening that closely. There were many superstitions associated with the equinox, and she placed little trust in any of them. She doubted that to touch Velos with one's left hand would bring a plague to the household in the following year, or that to give Eostrig a primrose, with its heart-shaped petals and sunshine-yellow middles, would later make for a fertile womb.
Page 174
Hal lain yang saya suka dari novel ini adalah diksi (bahasa Inggrisnya) yang berasa dongeng banget, sesuai dengan ekspektasi saya. Ga heran juga sih karena Marissa Meyer memang tumbuh bersama dongeng sejak masa kecilnya. Ide buku Gilded sendiri berasal dari rasa frustasinya yang besar saat ia membaca dongeng Rumpelstiltskin untuk yang pertama kalinya saat remaja. Meyer merasa dongeng tersebut banyak lubang pada plotnya dan ia benar-benar ingin tahu detail beberapa bagian dalam cerita.
Baca novel ini ada sensasi petualangannya juga ternyata, karena Serilda memang melakukan perjalanan bolak-balik ke beberapa kota dan kastil.
Sekali lagi, buku ini detail sekali deskripsi universenya, salah satu bagian yang saya ingat adalah salah satu ruangan di dalam kastil yang pintu masuknya diapit dua patung anjing pemburu yang sangat besar yang terbuat dari perunggu. Pintunya dari kayu berukuran besar dan kuno, dengan engsel logam hitam. Ada lampu gantung yang terbuat dari besi, tanduk dan tulang. Pilarnya diukir dengan desain semak berduri dan kuntum mawar yang rumit polanya. Lalu ada aula dengan dua tangga lebar melengkung ke atas dan satu set pintu yang mengarah ke koridor. Lampu gantung tergantung di langit-langit, karpet dan bulu binatang menutupi lantai. Permadani menghiasi dinding. Koleksi hewan dipajang, dengan kepala tanpa tubuh, dari basilisk kecil hingga babi hutan, dan ri naga tanpa sayap hingga ular bermata permata. Detail sekali kan ya. Ini baru sebagian kecil saja yang saya kutipkan. Sayangnya, buku ini tidak ada map-nya. Saya berharap ada peta universe padahal.
The entrance to the keep was flanked by two enormous bronze statues of hunting hounds - so lifelike Serilda shied away as she passed them. Ducking into the keep s shadow, she had to jog to catch up with the king s long strides. She wanted to pause and marvel at everything - the enormous and ancient wooden doors with their black metal hinges and raw chiseled bolts. The chandeliers crafted of iron and antlers and bone. Stone pillars carved with intricate designs of brambles and rosebuds.
They had entered into an entry hall, with two wide staircases curving upward and a set of doors leading into opposing corridors to Serilda s left and right, but the king led them straight ahead. Through an arched doorway, into what must be the great hall, lit with candlelight at every turn. Sconces on the walls, tall candelabras in the corners, while more chandeliers, some as big as the carriage she d ridden in, hung from the raftered ceiling. think carpets and animal pelts covered the floors. Tapestries decorated the walls, but they did little to add vibrancy to a space that was as eerie as it was majestic.
The decor was all reminiscent of a hunting lodge, with an impressive collection of taxidermied beasts. disembodied heads on the walls and whole stuffed bodies ready to pounce from the corners. from a small basilisk to an enormous boar, a wingless dragon to a gem-eyed serpent. ..
Page Chapter 9
Dark fantasy memang sesuai untuk genre novel ini karena tragedinya yang terus-terusan terjadi. Ibu yang hilang, ayah yang mati, anak yang disekap, dan tokoh-tokoh yang terbunuh. Ada tipu daya, kelicikan, ketamakan, cinta yang tidak menemukan jalan, dan lain-lain. Cocok pula untuk sebuah cerita yang bertokohkan raja kegelapan sebagai antagonisnya.
Gilded bukan cerita yang epic karena dua tokoh utamanya belum ditampilkan powerful dan konflik puncaknya sendiri belum terlihat jelas. Kekuatan Serilda dalam hal storytelling dan Gild yang bisa mengubah sesuatu menjadi emas belum membuka peluang sebuah plot heroic dan bertwist. Sepertinya Marissa Meyer memang menyimpan itu buat buku kedua. Personally, segala sesuatu di buku ini terasa "serba nanggung" tapi cukup bikin penasaran buat baca buku keduanya.
Untuk pesan ceritanya sendiri, saya banyak mengambil refleksi dari tokoh Serilda yang tangguh meski mendapatkan perlakuan tidak adil dan tuduhan tidak berdasar dari penduduk. Alih-alih membalas dengan berbuat jahat atau menjadi orang jahat sesungguhnya, Serilda tetap tumbuh menjadi gadis yang baik hati dan memiliki nilai-nilai positif dalam hidupnya. Lidahnya yang tajam bisa saya pahami sebagai salah satu cara yang dia miliki untuk bertahan dari lingkungan sosial yang tidak mendukung.
Siapa Marissa Meyer
Marissa Meyer adalah penulis buku terlaris New York Times dari sejumlah buku untuk remaja, termasuk The Lunar Chronicles, the Renegades Trilogy, dan Heartless.
Sumber: Buku Gilded
Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.
Donasi dapat ditransfer ke:
BCA 740 509 5645
Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros
14-09-2023 Dipidiff
An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...
Read moreReview Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff
National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff
Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read more