0

Mencari Panutan

Published: Saturday, 24 July 2021 Written by Jeffrey Pratama

 

Gue nge-fans sama Michelle Obama.” Kata seorang sahabat saya beberapa waktu lalu ketika mantan Ibu Negara Amerika Serikat itu meluncurkan bukunya yang berjudul Becoming.

“Kalau gue baca bukunya Michelle karena pengen tahu perspektifnya tentang Barack. Soalnya gue justru mengidolakan Barack Obama” timpal saya waktu itu.

Ini hanya sebuah percakapan sederhana antara dua orang mengenai tokoh yang menjadi idola mereka. Hm… idola… Mungkin lebih tepat bila kata yang digunakan adalah panutan, yang merupakan terjemahan bebas saya terhadap Role Model.

Barack Obama adalah panutan saya. Meskipun kami tidak pernah bertemu muka apalagi bertegur sapa, tetapi diam-diam saya mengikuti sepak terjangnya baik sebelum, pada saat, maupun jauh setelah dia selesai menjadi presiden. Dari Barack, saya belajar tentang cara berkomunikasi, penggunaan intonasi dan pemilihan kata-kata untuk menekankan sebuah persoalan tertentu, ketenangannya dalam berargumen, pilihan waktu yang digunakan untuk marah, diam, dan melontarkan lelucon-lelucon untuk menghangatkan suasana. Banyak sekali wawasan yang saya dapatkan hanya dengan menonton youtube dan membaca artikel-artikel tentangnya.

Tetapi sekarang kita tidak sedang membahas tentang Barack Obama. Kita akan berdiskusi tentang panutan.

 

Semua orang ingin memiliki panutan. Ini lumrah. Kita membutuhkan panutan karena kita tumbuh dengan lingkungan yang penuh dengan perbandingan. Orang tua kita menempatkan diri mereka sebagai panutan terawal kita, ditunjukkan dengan bagaimana cara mereka merawat kita, dan bagaimana mereka menampilkan diri mereka sendiri di hadapan kita. Sedikit banyak ini pun berpengaruh kepada cara kita berpikir. Kita kerap menganggap orang tua kita – minimal salah satu diantara mereka – sebagai pahlawan kita, yang terkadang justru terbawa sampai usia dewasa, dimana kita tidak jarang mencari pasangan yang memiliki sifat “mirip orang tua”.

Nah. Ketika umur kita semakin matang, katakanlah memasuki usia produktif, maka kriteria “panutan” pun berkembang. Di saat memasuki dunia remaja, kadang kita menempatkan salah satu siswa paling populer, yang belum tentu kita kenal, sebagai tolok ukur kita. Siswa paling ganteng, paling cantik, paling punya banyak pengikut di media sosial, paling digilai lawan jenis, dan seterusnya. Bagi yang mainstream, bisa juga kita menempatkan siswa paling rajin, pintar, juara kelas, jawara olimpiade sains, atau yang sejenisnya, menjadi panutan kita.

Ketika kita memasuki dunia produktif, yang saya letakkan dalam konteks bekerja secara profesional, sosok panutan kita kembali berubah. Kita memalingkan pandangan kita kepada tokoh-tokoh seperti Steve Jobs, Elon Musk, Bill Gates, atau tokoh lokal seperti Nadiem Makarim, William Tanuwijaya, Belva Devara, dan segudang tokoh inspiratif lainnya. Siapapun itu, yang menjadi panutan kita adalah seseorang yang dalam bayangan kita memiliki apa yang dibutuhkan untuk sukses seperti apa yang kita mau, dan darinya-lah kita bisa belajar untuk meraih kesuksesan tersebut.

Memiliki panutan selalu merupakan hal yang baik. Namun yang menjadi masalah adalah apabila kita salah memilih panutan. Mungkin tidak akan terlalu menjadi soal, bila orang tersebut hanya sekedar idola saja. Akan tetapi ketika kita menjatuhkan pilihan kita kepada seseorang untuk mengisi peran panutan dalam hidup kita, artinya kita akan mempelajari dia dan berusaha untuk sedekat mungkin menjadi seperti orang tersebut. Runyam ketika ternyata orang yang selama ini menjadi panutan kita ternyata tidak sebaik itu.

Kita dapat saja berargumen, “ya saya kan ngga goblok juga yaa…. Yang bagus ya saya ambil, yang tidak bagus ya saya ngga ikutin. Kan gitu aja.”

Tidak semudah itu, kawan.

Tidak semua orang paham apa yang baik dan benar. Ini bukan persoalan pintar atau bodoh. Analoginya begini. Seorang balita yang baru belajar berjalan dan memiliki orang dewasa untuk mendampinginya, memberikan contoh cara berjalan yang baik, mengkoreksi kesalahan si balita, memberikan pujian ketika langkahnya benar, akan memiliki peluang lebih besar untuk bisa berjalan dengan benar, ketimbang bila anak tersebut hanya memiliki binatang peliharaan disampingnya. Bukan karena anak itu pintar atau bodoh, tetapi karena pada saat dia sedang belajar berjalan, kognitifnya belum berkembang sampai pada kondisi dia bisa memahami mana yang benar dan mana yang tidak benar.

Ketika kita menempatkan orang yang salah sebagai panutan kita, kadang kita tidak sadar dan mencoba untuk ikut semua nasihat atau pelajaran hidupnya, termasuk hal-hal yang tidak benar. Sayangnya, tidak jarang ketika kita akhirnya menyadari, segala sesuatunya sudah terlambat.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk bisa memilih panutan-panutan yang tepat. Apalagi saat ini dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dan media sosial yang mengambil porsi besar keseharian kita, kita akan sangat mudah sekali terekspos kepada tokoh-tokoh tertentu yang terkesan mulia, namun sejatinya tidak demikian. Orang-orang seperti ini menggunakan istilah trendi “personal branding” sebagai senjata andalan mereka untuk menggaet pengikut, padahal di luar dari yang mereka tampilkan di media, banyak juga yang payah.

 

Lalu, Apa sih Kriteria Panutan yang tepat?

Sebenarnya tidak ada patokan baku mengenai siapa yang boleh – atau tidak boleh – menjadi panutan kita. Tokh itu adalah urusan kita, dan kita yang tahu apa yang kita mau.

Meskipun demikian, ada baiknya sebelum kita memutuskan mau mengidolakan siapa lalu kemudian membuat dia menjadi suri tauladan kita, kita lihat dulu beberapa hal ini. Pertama, karakter. Pelajarilah karakter orang yang kita pikir pantas jadi panutan kita. Apabila kita kenal langsung orang tersebut, akan jauh lebih mudah. Kita bisa ngobrol dengannya, menggali lebih dalam apa nilai-nilai dan prinsip hidupnya, mengetahui latar belakang perjalanan kesuksesan (serta kegagalan)-nya, dan lain-lain. Bila kita tidak punya kesempatan untuk mengenalnya, maka kita selalu dapat menggunakan jemari kita untuk mencari di google. Jika dia adalah seorang tokoh terkenal, harusnya ada banyak artikel yang dapat kita kulik tentang sosok orang tersebut.

Kedua, lihat reputasinya. Reputasi disini termasuk karya-karyanya, dan juga kegagalan-kegagalannya. Caranya pun sama seperti di atas, bila kenal langsung orangnya, galilah orang tersebut. Bila tidak kenal, gunakan keajaiban teknologi masa kini, pelajari media sosialnya, artikel-artikel publikasi tentang dia, apapun itu. Jangan hanya menggali yang baik-baik saja, tetapi cobalah cari semuanya. Ingat untuk tetap memiliki pemikiran yang terbuka, objektif, dan fokus pada fakta yang ada. Sebuah informasi tentang kejelekan seseorang bukan berarti bahwa orang tersebut jelek seluruhnya, tetapi minimal kita memiliki pandangan yang lebih menyeluruh terkait orang tersebut.

Ketiga, tanyakan kepada orang lain. Seseorang yang pantas menjadi panutan, biasanya akan memiliki “penggemar” yang tidak cuma seorang-dua orang. Bila itu orang yang kita kenal, biasanya kita akan mudah melihat siapa penggemarnya, karena penggemar tidak akan berada jauh-jauh dari idolanya. Mestinya ada di sekitar situ. Sebaliknya, bila kita tidak mengenal orang tersebut secara langsung, seorang idola harusnya punya basis penggemar yang mudah dicari dimana-mana. Cobalah cari basis penggemarnya. Pastikan juga kita yakin akan reputasi dan latar belakang orang yang kita tanyakan. Jangan sampai kita bertanya kepada orang yang sama tidak pahamnya dengan kita.

Jika ketiga hal tersebut sudah kita lakukan, dan kita yakin akan keputusan kita, maka ya sudah. Akhirnya kita punya seseorang yang dapat kita anggap sebagai panutan kita. Meskipun demikian, jangan mengikuti seseorang dengan gelap mata. Sekarang saatnya membuktikan kalau kita tidak “goblok”. Ujilah setiap nasihat, saran, masukan, atau apapun dari tokoh panutan kita, sebelum kita menjalankannya di dunia nyata. Jangan terima mentah-mentah segala hal yang terilhami darinya. Gunakan akal sehat kita, tanyakan kepada orang-orang yang lebih ahli atau berpengalaman daripada kita, dan biasakan diri untuk juga bertanya secara kritis: “kalau bukan begitu, apakah masih bisa?”

Memiliki panutan selalu menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan pribadi kita, entah itu karakter, kematangan berpikir, atau kesuksesan. Dengan adanya panutan yang tepat, kita seakan memiliki mercusuar yang menyinari kita untuk menembus kabut lautan dan menuju tujuan akhir kita. Oleh karena itu, memiliki panutan yang tepat menjadi hal yang sangat penting. Ujilah segala sesuatu. Jangan pernah menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu kita saring, termasuk saat kita menyaring panutan. Lakukan itu seperti seakan-akan hidup kita akan benar-benar diubahkan olehnya.

 

 

About Jeff:

Jeffrey Pratama adalah seorang praktisi Human Resource yang telah 15 tahun berkarir di beberapa perusahaan terbaik di Industrinya. Selain sebagai seorang Executive Professional, Jeffrey juga merupakan seorang Coach yang tersertifikasi, dengan passion yang mendalam di bidang pengembangan diri dan karir, khususnya bagi anak-anak muda. Penggemar music jazz dan klub sepakbola Manchester United ini juga penikmat setia buku-buku, khususnya yang terkait dengan pengembangan diri dan bisnis.

--

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more