0

Review Buku We Hunt The Flame - Hafsah Faizal

Published: Wednesday, 01 July 2020 Written by Dipidiff

 

A Bustle's Most Anticipated 2019 YA Release
A Barnes & Noble Top 2019 YA Fantasy Release
Paste Magazine's Top 10 Most Anticipated YA Novels of 2019
"Lyrical and spellbinding" --Marieke Njikamp, #1 New York Times Bestselling Author

A BuzzFeed Pick for "YA Books You Absolutely Must Read This Spring"
Bustle's Most Anticipated 2019 YA Release
A Paste Magazine's Top 10 Most Anticipated YA Novels of 2019
A Paste Magazine Best YA Book of 2019
A PopSugar Best YA Book of 2019

 

Judul : We Hunt The Flame

Book 1 of 2 in the Sands of Arawiya Series

Penulis : Hafsal Faizal

Jenis Buku : Fantasy

Penerbit : Square Fish

Tahun Terbit : 2020

Jumlah Halaman :  480 halaman

Dimensi Buku :  5.4 x 8.2 inchi

Harga : Rp. 209.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 9781250250797

Paperback

Edisi Bahasa Inggris

Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)

 

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Zafira sang Pemburu, menyamar menjadi laki-laki dan menantang hutan terkutuk Arz demi memberi makan rakyatnya. Nasir si Pangeran Maut, membunuh mereka yang cukup bodoh untuk menentang Sultan, ayahnya, yang otokratis. Jika Zafira terekspos sebagai seorang gadis, semua upayanya akan dikecam; jika Nasir menunjukkan belas kasih, ayahnya akan menghukumnya dengan cara yang paling brutal. Baik Zafira dan Nasir adalah legenda di kerajaan Arawiya. Lalu perang pun terjadi. Ketika Zafira berusaha mengungkap artefak yang hilang yang dapat mengembalikan sihir jahat dan menghentikan Arz, Nasir dikirim oleh sultan untuk misi yang sama tapi juga berbeda: yaitu mengambil artefak dan membunuh sang pemburu. Tapi tentu saja iblis tidak tinggal diam dalam misi tersebut ― dan apa yang Zafira dan Nasir cari dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar daripada yang bisa dibayangkan.⁣ Terutama ketika jati diri Silver Witch dan The Lion of The Night terungkap.

 

 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

Kalau menilai disain cover, buku ini sebenarnya cukup manis. Huruf judulnya yang meliuk-liuk dan ilustrasi gambarnya seketika mengingatkan saya pada fantasi berlatar ketimur-tengahan. Bahkan pikiran saya sempat melenceng ke film Aladdin dan jinnya.

Dan tentu saja seperti buku bergenre fantasi umumnya, ada peta yang disajikan di awal bagian buku.

⁣⁣

Tokoh dan Karakter

Zafira

Nasir

Ghameq

Silfer Witch

Yasmine

Altair

Kulsum

Deen

Misk

The Lion of The Night

 

Para tokoh utamanya berkarakter, dan tiap tokoh memiliki ketakutan dan luka hati yang terungkap seiring berjalannya cerita. Mereka dinamis dan manusiawi.

 

Deskripsi tokoh di dalam cerita detail, terutama menyangkut fisik.

She was tall and broad-shouldered, both featured that would have helped her facade of masculinity. She carried two satchels, her sirwal tucked into supple boots, leather sheaths hoisted on either leg. Her loose qamis was cinched with a sash of black, obscured by her cloak when she dropped her fist.

He had met Demenhune before, but none like her. Everything about her was harsh, from her cheekbones and the cut of her lips to the point of her nose and the starkness of the dark hair crowned in a hurried plait around her head. A profile of angles, a study of ice. Even her gaze was hard to hold, pale blue shards, cold and unfeeling, fringed with lashes that feathered her pale cheeks.

 

Alur dan Latar

Alur cerita maju dan mengalir. Cerita disampaikan dari sudut pandang orang ketiga yang fokusnya berganti-ganti di beberapa tokoh utama. Konflik pencarian artefak kedengarannya tidak baru ya, tapi ternyata ceritanya tetap menarik untuk disimak.

Plot twist-nya bagus meski di buku ini tidak begitu dijelaskan secara detail awal mula perkaranya, mungkin karena ini buku pertama dari seri yang ada.

Ending-nya tertutup untuk konflik utama, tapi terbuka untuk konflik lanjutan di buku kedua.⁣

 

Latar suasana dan lokasi di suatu kekhalifahan bernama Demenhur dan ketika menjelang akhir porsi latar dan suasana ada di hutan Arz. Di beberapa adegan ada lokasi kesultanan. Deskripsinya cukup detail.

The homes on the outskirts of Sultan’s Keep were cobbled together with tan stone and flat roofs, doors of dark wood with copper-accented arches desperately shrouding the truth of the slums. The inhabitants had flocked here to Arawiya’s grand capital for a better life chose to the sultana, the immortal safi who had saved Arawiya from collapsing after the Sisters disappeared.

The sultana was dead now, and her husband – Nasir’s father – was a monster. He was now a monster.

Closer to the palace, the houses were fewer and larger, sprawling with their own minarets and pointed copper domes, latticed stone leading to immaculate courtyards. Nasir doubted the people who lived in them were any happier than those in the slums.

...

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini 

We Hunt The Flame menjadi buku yang berbeda buat saya begitu terbaca nama penulisnya yang islami - Hafsah Faizal. Selama ini novel impor genre fantasi yang saya baca memang didominasi penulis barat sana. Saya jadi penasaran siapakah Hafsah Faizal ini. Ternyata setelah mencari info di beberapa situs buku, Faizal lahir di Florida dibesarkan di California, dan tinggal di Texas. Jadi masih penulis barat juga ya sebenarnya.⁣
 ⁣

Dulu saya pernah terpesona pada tokoh Katniss Everdeen di seri The Hunger Games, dan kini di We Hunt The Flame saya ternyata menemukan pesona yang sama pada tokoh utamanya, yang seorang gadis, ahli berburu, dengan busur panah sebagai 'senjata' utamanya. Mungkin kesukaan saya pada olahraga panahan mempengaruhi image terhadap tokoh-tokoh cerita ini. Tapi yang pasti, kecakapan Hafsah Faizal dalam membentuk karakter tokoh protagonisnya membuat saya antusias menyimak jalan cerita yang ada.

Belum lagi soal romance-nya yang samar-samar muncul di sepertiga bagian awal buku, membuat saya penasaran pada siapakah akhirnya hati Zafira berlabuh. ⁣

Latar cerita dan beberapa istilahnya yang 'ketimur-timuran' memang membuat novel fantasy ini jadi berbeda. Sayangnya entah kenapa tidak diberi catatan kaki, padahal saya membutuhkan sekali detail penjelasannya.⁣

Sihir tentunya ada dalam cerita, bahkan kritik terhadap jenis pemerintahan yang diktator juga cukup kental sebenarnya.

Dum sihr. Blood magic, punishable by death and forbidden by the Sisters, for it allowed a person to practice magic of their choosing with the price of blood. Without it, the masses were restricted to the one affinity they were born with. But Ghameq was the sultan. He could do as he wished. What Nasir didn't understand was how he could use magic if it no longer existed.

He knew the Silver Witch was somehow involved- that woman who frequented the palace as if she were a sultana herself. She was the one who provided Ghameq with the strips of papyrus wrought with blood. Blood that somehow played the part of both wielder and vessel itself.

Ada isu kesetaraan gender yang diangkat

As she and Sukkar crested the last hill that stood between her village and the Arz, she wished, more than anything, that she could be herself. That women didn't have to be the incapable creatures the men of Demenhur claimed them to be. The one solace she had was knowing that not all of the five caliphates held the same twisted views. In Zaram, women could fight in arenas, equal beside men. In Pelusia, a calipha governed alone, surrounded by her Nine Elite.

Zafira fingered her hood. If she escaped the confindes of her cloak and the masquerade of a man, Demenhur would not praise her. Her accomplishements would shift into a cause of blame. A twisted foreboding of a predicament to come.

 
Buat pembaca pecinta 'quote', bolehlah coba baca novel ini juga karena narasi Hafsah Faizal cukup mendalam emosinya dan sebenarnya cukup berfilosofi juga.

Fear breeds death. Confidence breeds freedom.


Untuk sebuah novel debutan, We Hunt The Flame adalah sebuah novel yang berhasil. Saya suka ide latar lokasi dan suasananya yang ketimuran. Beberapa kata dipertahankan seperti aslinya misalnya, 'habibi', 'sayyidi', bahkan ada ifrit di sini yang mengingatkan saya pada jenis jin jahat yang memiliki kekuatan hebat.

She was saved from an explanation when a horn disrupted the silence; ululating and chanting soon followed as a caravan approached with half of dozen camels draped in wool, tan coats spotted with snow.

Zafira made sense of the chanting: Sayyidi. Sayyidi. Sayyidi.

The Caliph of Demenhur had come.



Sekali lagi romance-nya memang bergejolak, manis getir, dan intens. No content warning untuk bagian ini tapi lebih tepat untuk pembaca dewasa muda. Kalau teman-teman pernah baca The Crawdads Sing yang romance-nya unggul karena sisi emosionalnya yang terolah dengan baik, novel ini pun demikian.⁣

Buat kita yang suka cerita fantasy yang epic, ada adegan action, dan punya unsur petualangan, We Hunt The Flame juga memenuhi ekspektasi ini.⁣

Metal swung for Nasir’s head, and he focused on his attacker again, his reciprocating strie barely scuffing the safi’s bare arm. However one of the Pelusian calipha’s own elite warriors had gotten here, it seemed she would be an ally in this battle. To his right, the Huntress pulled back her bowstring, breathing down the shaft of a white-tipped arrow, the bottom half of her face tucked beneath her scarf.

Her aim was low, unfatal. Rimaal, this girl.

“Ogle later, princeling,” Altair shouted in his ear.

Nasir hurled another blade and then caught sight of the Huntress, who was ....

Running?

Nasir swerved from the safi’s blade. She is going to get herself killed. He gritted his teeth and lunged. Swift, precise. He plunged his scimitar through the safi’s chest with a sickening crunch of bone and shoved him to the ground. The immortal choked, sputtered, and then breathed no more.

One down.

Nasir darted past the twin hisses of Altair’s scimitars and found the Pelusian locked in a losing battle.

 

Secara keseluruhan saya menyukai novel We Hunt The Flame. Percintaannya-page turner, adegan actionnya hidup, latarnya berbeda, hanya endingnya yang sedikit mengganggu buat saya yang tidak begitu suka hatred dan kemunduran karakter tokoh yang tadinya likeable sekali.

Pesan cerita novel ini terutamanya adalah tentang keberanian dan juga pengorbanan.

 

 

Siapa Hafsah Faizal

Hafsah Faizal adalah seorang Muslim Amerika dan desainer merek. Dia adalah pendiri IceyDesigns. Faizal lahir di florida dan besar di California, ia sekarang tinggal di Texas bersama keluarganya. We Hunt The Flame adalah karya pertamanya yang mendapatkan apresiasi dan pengkuan.

Sumber: Buku We Hunt The Flame

 

Rekomendasi

Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca remaja dan dewasa yang menyukai genre fantasi. Para tokoh utamanya berkarakter, dan tiap tokoh memiliki ketakutan dan luka hati yang terungkap seiring berjalannya cerita. Tokoh utamanya seorang gadis yang jago memanah dan seorang pemburu hebat. Latar cerita dan beberapa istilahnya yang ‘ketimur-timuran’ menjadi keunikan novel ini. Tidak ada catatn kaki di buku. Ada sihir dalam cerita dan isu ketidaksetaraan gender diselipkan di dalamnya juga kritik terhadap jenis pemerintahan yang diktator. Romancenya bergejolak, manis getir dan intens.

Plot twistnya bagus meski di buku ini tidak begitu dijelaskan secara detail awal mula perkaranya. Cerita fantasinya epic, ada adegan action, dan punya unsur petualangan. Endingnya tertutup untuk konflik utama, tapi terbuka untuk konflik lanjutan di buku kedua.

 

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more