0

Review Buku The Fifth To Die - J.D. Barker

Published: Tuesday, 21 July 2020 Written by Dipidiff

 

Judul : The Fifth To Die

Penulis : J.D. Barker

Editor : Ani Nuraini Syahara

Jenis Buku : Psychological Thriller

Penerbit : Bhuana Sastra

Tahun Terbit : 2019

Jumlah Halaman :  740 halaman

Dimensi Buku :  13.5 x 20 cm

Harga : Rp. 173.000

ISBN : 9786232160927

Edisi Terjemahan

Alih Bahasa : Endang Sulistyowati

  

Sekelumit Tentang Isi

Seorang gadis yang telah menghilang selama tiga minggu ditemukan tewas di bawah permukaan laguna beku. Pertanyaannya, bagaimana dia bisa berada di situ sementara laguna itu membeku berbulan-bulan lalu? Lebih membingungkan lagi, gadis itu ternyata mengenakan pakaian gadis lain, yang menghilang dua hari sebelumnya.

Nahasnya, selama masa penyelidikan, para ayah korban juga tewas dengan dugaan dibunuh. Selagi detektif lain mencoba memahami kasus tersebut, Detektif Porter diam-diam melanjutkan pengejaran Pembunuh Empat Monyet. Hingga pada satu titik, ia menyadari, yang lebih menakutkan daripada pikiran seorang pembunuh berantai adalah pikiran ibu sang pembunuh.

 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

Picture: cover versi terjemahan

Picture: cover - English version

 

Ternyata sama-sama biru ya cover terjemahan dengan versi Inggrisnya. Secara pribadi, saya lebih suka versi Inggrisnya kalo urusan disain sampul. Mungkin kalau punya english version saya juga akan bilang akan lebih suka baca yang buku berbahasa Inggrisnya mengingat kadang terjemahan ga begitu dapet feel-nya. Tapi berhubung yang saya punya dan baca adalah versi terjemahan, ya tetap senang sih hehe. Dan terjemahannya pun menurut saya asyik.

 

Tokoh dan Karakter

Tokoh-tokoh di buku kedua ini sebagian ada yang baru (tidak ada di buku pertamanya). Karakter tokohnya clear, jelas dan unik dengan gaya masing-masing sehingga meskipun sudut pandang cerita berganti-ganti tokoh, tapi pembaca tidak akan bingung karena tokohnya punya masing-masing kekhasan. Dialognya hidup dan ceritanya pun mengalir.

Sam Porter mengundang empati yang dalam di situasinya yang masih berduka karena kematian istrinya lalu dicabut dari penyelidikan karena conflict interest. Lalu ada Poole, penyelidik dari FBI yang juga protagonis, cukup mencuri perhatian saya di sekuel yang ini.

Anson Bishop masih psikopat yang sama tapi dengan misteri yang lebih pelik lagi sebagai latar belakang konfliknya. Tokoh antagonis yang satu ini memang mengerikan dan mencengangkan.

 

Deskripsi fisiknya cukup detail. Misalnya deskripsi fisik sipir penjara di bawah ini.

Sipir itu lebih pendek beberapa sentimeter daripada Porter, sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter. Rambutnya sudah beruban sejak lama, dan sipir itu memotongnya cepak. Mata kecilnya hampir berdempetan di atas hidung yang kelihatannya pernah patah dan diperbaiki berulang kali. Ada bekas luka di lehernya, tipis dan berwarna merah muda. Bekas luka itu menghilang di balik kerah kemeja birunya. Sipir itu bertubuh gemuk dan percaya diri, tatapannya tidak...

Halaman 255

 

Alur dan Latar

Alur cerita kombinasi maju mundur, dengan konflik pembunuhan dan misteri tokoh antagonis dan protagonis yang semakin memuncak. Endingnya cliff hanger alias menggantung. Catatan buat teman-teman yang ga suka jenis ending ini, mungkin akan tergoda banting buku, meski ada juga kemungkinan tergoda untuk cepat-cepat beli buku lanjutannya biar penasaran ga sampe kebawa mimpi. ^^

Ceritanya juga kelam, dan dengan ending yang menggantung demikian, saya saran buat temen-temen yang ga kuasa baca buku model beginian mending bacanya nanti pas buku ketiganya udah diterjemahin, kecuali bersedia beli buku ketiga english version-nya.

Alurnya cepat dan intens. Ketegangannya memang seolah tak ada jeda, totally thriller genre. Sudut pandang ceritanya berganti-ganti, tapi kita tidak akan bingung karenanya. Plot berlapisnya rumit, tidak tertebak hingga akhir. Ceritanya memang seperti jaring laba-laba yang hanya si laba-labanya sendiri yang nantinya bisa mengaitkan satu helai jaring dengan yang lainnya *artinya hanya J.D. Barker yang tau :D.

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Tokohnya yang 'hidup' bukan cuma fisik tapi juga karakter, emosi, dan latar belakang kehidupannya, tergambarkan salah satunya dari tokoh Porter ini. Benar-benar memunculkan empati tersendiri.

Bulan November lalu, Porter kembali lebih awal dari cuti yag dipaksakan saat istrinya terbunuh dalam perampokan toko kelontong. Porter ingin tetap bekerja, karena bekerja bisa mengalihkan pikirannya, membuatnya lupa pada apa yang telah terjadi.

Hari-hari setelah kematian Heather, saat Porter mengurung diri di apartemen mereka, itulah masa paling buruk dalam hidupnya. Pengingat ada di mana-mana.

Wajah Heather seperti mengamatinya dari foto yang ada di hampir semua rak. Wangi tubuh Heather tercium di udara – pada minggu pertama, Porter tidak bisa tidur kecuali dia membentangkan pakaian Heather di tempat tidur. Dia duduk di apartemen itu hanya memikirkan tentang lelaki yang membunuh Heather, pikiran yang tidak ia inginkan ada dalam kepalanya.

Halaman 19

 

 

Kadang emosinya terasa begitu sedih, misalnya,

Aku tidak peduli kau sudah senior atau sebagus apa pun rekam jejakmu, bagiku kau hanyalah pencuri, pencuri dan peretas yang ikut campur dengan penyelidikan federal. Sekaranglah kesempatanmu untuk mengakuinya, jika ada yang belum kau beritahukan kepadaku; sekarang atau tidak sama sekali. Aku memberimu waktu satu jam, dan kau tamat. Kau mengerti?”

“Tidak ada lagi yang lain.”

Hurless menghela napas.

Mata Porter terus menatap lelaki itu.

Saat akhirnya Hurless berbalik dan melintasi ruangan untuk memeriksa kamar gantinya, Porter mendapati dirinya menatap foto Heather  di atas lemari, Heather yang sedang tersenyum ceria, dan Porter tidak pernah merasa begitu kesepian.

Halaman 132

 

 

Bagaimana Barker berhasil mengolah proses investigasi ke arah yang lebih menyentuh emosi juga mengagumkan.

Porter melintasi ruangan menuju dua papan tulis dan mengamati foto korban yang tertempel di sana. Wajah-wajah yang tidak asing balas menatapnya, tersenyum saat momen bahagia. Pada momen terakhir itu di lantai sebelas 314 West Belmont, Bishop mengakui kejahatannya, membongkar semua perbuatannya, begitu bangga dengan logika keliru dari rencananya. “Orang-orang ini pantas dihukum,” begitu katanya kepada Porter. Dan itu memang benar. Setiap korban Bishop pernah melakukan hal yang sangat salah, sesuatu yang pantas dihukum. Akan tetapi Bishop tidak mengincar mereka. Dia justru menculik anak-anak mereka. Dia membuat anak-anak itu menderita sampai mati agar orangtua mereka menderita seumur hidup. Semua gadis yang ia culik mati bukan karena sesuatu yang mereka lakukan, ..

Halaman 54

 

Humor-humor yang tersembunyi sudah menjadi gaya Barker sejak buku pertamanya. Di buku keduanya ini, kita juga bakal menjumpai hal yang sama, terutama jika adegan yang ada sudah melibatkan Nash atau kadang tim Porter di dalamnya.

Porter mencongkel es dengan jari telunjuknya, lalu menoleh ke tepi laguna. Dua penyidik TKP berdiri di sebelah kiri mereka, menatap mereka bertiga dengan gugup. “Siapa di antara kalian yang membersihkan ini? Tanyanya.

Penyidik yang lebih muda, seorang perempuan berusia sekitar tiga puluh tahun, dengan rambut pirang pendek, berkacamata, dan mengenakan mantel merah muda tebal, mengangkat tangannya. “Aku, Sir.”

Rekannya bergerak-gerak dengan gelisah. Usianya sekitar lima tahun lebih tua dari penyidik perempuan tadi. “Aku pengawasnya. Kenapa?”

“Nash? Berikan itu kepadaku.” Porter menunjuk ke sikat dengan bulu panjang yang ada di dalam kotak peralatan penyidik TKP.

Porter memberi isyarat pada kedua penyidik TKP itu untuk mendekat. “Tidak apa-apa. Biasanya aku tidak menggigit.”

Halaman 18

 

“Bagaimana dengan galeri?” tanya Porter. “Mungkinkah mereka bertemu di sana?”

“Aku belum datang ke galeri. Mereka baru buka pukul sepuluh.”

Porter menggaruk pipinya. “Aku ingin kau dan Clair pergi ke sekolah, mungkin mewawancari temannya, Gabrielle Deegan. Nash cenderung membuat anak-anak ketakutan.”

Nash tersenyum. “Aku tidak bisa mencegah diriku terlihat mengintimidasi.”

Porter menggangguk ke arah Nash. “Kau dan aku akan pergi ke galeri.”

“Aku suka sekali seni.”

“Aku akan mengirimkan alamatnya kepadamu ...

Halaman 78

 

Tapi mereka tidak akan membunuh Floyd Reynolds,” kata Kloz. “Jika mereka membunuhnya, tidak ada lagi yang bisa membayar utang kepada mereka.”

“Bagaimana dengan istrinya? Mungkin Mrs. Reynolds berutang kepada seseorang, dan mereka membunuh anak perempuan dan suaminya untuk memberi pelajaran,” ujar Sophie. “Perempuan juga suka bertaruh.”

“Mereka masih punya waktu untuk berjudi di antar semua urusan memask, membersihkan rumah, dan membuat anak?” tanya Kloz, mengangkat buku catatannya untuk melindungi wajahnya dari pulpen yang berterbangan.

Beberapa saat kemudian Kloz menurunkan buku catatannya untuk mendapati Clair sedang menatapnya. “Kau memang bodoh.”

Sophie menggelengkan kepala pada Kloz. “Aku sangat tidak menyukaimu.”

Nash mengamati papan tulis. “Sebenarnya, itu pendapat yang bagus.”

“Terima kasih,” kata Kloz, terdengar penuh kemenangan.

“Bukan kau, bajingan. Sophie,” kata Nash. ...

Halaman 145

 

 

Seperti buku pertamanya, buku kedua ini juga punya kedetailan dalam police procedural dan proses investigasi yang saya yakin sangat ditunggu oleh para pecinta murder mystery - detective crime.

Papan Bukti

ELLA REYNOLDS (15 TAHUN)

Dilaporkan hilang 22 Januari

Ditemukan 12 Februari di laguna Jacksons Park

Air membeku sejak 2 Januari – (20 hari sebelum Ella menghilang)

Terakhir terlihat – turn dari bus di Logan Square (2 blok dari rumahnya/24 kilometer dari Jacksons Park)

Terakhir terlhat mgenakan mantel hitam

Ditenggelamkan di air laut (ditemukan di air biasa)

Ditemukan mengenakan pakaian Lili Davies

Jarak dari halte bus ke rumah empat menit berjalan kaki

Sering datang ke Starbucks di Kedzie. Jaraknya tujuh menit berjalan kaki ke rumah.

LILI DAVIES (17 Tahun)

Orangtua = Dr. Randal Davies dan Grace Davies

Sahabat = Gabrielle Deegan

 

Sekolah di Wilcox Academy (swasta) tidak datang ke sekolah pada 12 Februari

...

Halaman 77

Picture: Fakta kasus

 

 

Buat yang belum membaca buku pertamanya, jangan khawatir sebab di novel ini ada semacam kilas balik cerita yang diwakili oleh percakapan antar tokoh.

“Siapa Heather?” tanya Sophie.

Clair memiringkan kepala. “Kau tidak mendengarnya?”

Sphie menggelengkan kepala.

“Istri Sam terbunuh dalam perampokan toserba beberapa minggu sebelum kasus dengan Bishop. Seharusnya Sam belum bekerja lagi, tapi sejak awal dialah yang menangani kasus P4M, jadi saat kami pikir P4M mati, kami harus memanggil Sam. P4M adalah kasus Sam. Mereka menangkap perampok yang membunuh Heather, tapi kemudian perampok itu dibebaskan. Bishop membunuh Talbot, Porter menyelamatkan Emory, setelah itu Porter menghabiskan waktu di rumah sakit untuk memulihkan diri. Saat Poter pulang, dia menemukan kotak di tempat tidurnya. Di dalamnya ada catatan dari Bishop dan telinga dari perampok yang membunuh istri Sam. Bishop membunuhnya,” jelas Clair.

Halaman 142

 

 

Ada kalimat-kalimat juga yang bisa dikutip. Yang satu ini saya kutipkan karena ada benarnya juga menurut saya :D.

Terkadang mengingat hal yang buruk merupakan hal yang bagus. Membuat yang lain terlihat tidak terlalu buruk.

Halaman 157

 

Salah satu yang disuka dari buku ini adalah kepiawan Barker dalam membuat pembaca untuk selalu penasaran. Akhir babnya sengaja dibuat menggantung seperti di bawah ini, jadi kita tak mampu menutup buku dan terus saja membaca hingga akhir. A page turner book.

Kloz mengeklik kotak di sebelah kanan. “Router menangkap semua aktifitas Ella, baik yang dkunci maupun yang tidak. Jika aku membandingkan dua jendela ini, menyaring yang satu dengan yang lain, aku bisa melihat apa yang ia buka tapi sengaja dia kunci. Intinya, semua yang tidak ingin ditemukan orangtuanya.”

“Apakah video porno?” tanya sang manajer. Nash lupa lelaki itu masih berdiri di sana.

“Sayangnya, bukan video porno,” jawab Kloz. Kloz membuka jendela lain dan memutar komputernya agar Nash bisa melihatnya.

Nash berdecak. “Wah, aku sama sekali tidak menyangka.”

Halaman 172

 

Ya, dekripsi korbannya memang detail dan berdarah-darah. Warning buat teman-teman yang ga kuat dengan adegan sadis.

Poole melangkah maju dan memeriksa kamar mandi. Di bathtub-nya ada noda kecoklatan, wastafelnya dipenuhi pasta gigi yang mengering. Handuk tergeletak di lantai, teronggok di samping toilet. Seseorang menyeka debu di tengah cermin; pantulan wajah Poole menatap balik dirinya.

Poole keluar dari kamar mandi dan beralih ke ruang tamu, sekarang pistolnya diarahkan ke pintu kamar tidur. Dia melihat kotak di meja dari sudut matanya. Dia mencoba untuk tidak melihatnya. Poole menghampiri pintu kamar tidur, lebih memilih untuk langsung daripada mengendap-endap di dinding dan masuk dari samping. Sorot lampu senter menari di dinding, lemari pakaian, tempat tidur.

Jasad seorang perempuan terikat di keempat sudut tempat tidur. Pakaiannya dpotong-potong, sobekannya terserak di lantai. Kulit perempuan itu dipenuihi luka sayatan kecil, jumlahnya ada ribuan, menutupi setiap senti kulitnya. Matanya hilang, hanya tersisa dua lubang gelap. Mulutnya dipenuhi darah kering. Poole tahu di balik rambut itu, telinganya juga hilang. Dia akan menemukannya di kotak yang ada di meja.

Halaman 215

 

 

Menarik ya untuk dengan berani menyebutkan nama artis populer di kehidupan nyata untuk menjadi bagian dari cerita meski hanya percakapan saja. Jadi ingin tahu apakah Barker menginformasikan ini ke manajer artis atau artis yang bersangkutan sebelumnya.

“Itu...?”

“Nicholas Cage, iya,” kata sipir, mengarahkan Porter ke kantornya yang sempit. Foto tahanan (mug shot) tergantung di dinding di sebelah kiri mejanya. “Dia menjadi tamu kami pada April 2011. Setelah terlibat perkelahian di restoran lokal. Bahkan sampai menghancurkan jendela. Orang-orang Hollywood kadang lupa kapan kameranya berhenti merekam. Cage sangat menikmati waktunya di sini, dia kembali sebulan kemudian setelah terlalu banyak minum. Dia terlibat pertengkaran hebat dengan istrinya di tengah French Quarter. Kami hendak melepaskannya, tapi dia terus mendorong petugas polisi yang berusaha melerai. Mereka tidak punya pilihan selain menangkapnya. Aktor yang hebat. Aku suka perannya di Con Air.”

“Apakah itu yang dengan Sean Connery?”

Halaman (bab 40)

 

Secara total, novel kedua seri pembunuhan empat monyet ini sama bagusnya dengan yang pertama, hanya endingnya memang menggantung dan mungkin jadi menjengkelkan. Ceritanya menegangkan dari awal hingga akhir dengan misteri yang benar-benar tidak tertebak. Kegilaan tokoh Bishop juga mengerikan, berikut kondisi korban-korban pembunuhan yang mengenaskan. Untuk moral cerita, novel ini masih terbilang gamang, mungkin akan lebih jelas ketika kita sudah tiba di buku penutupnya nanti. Yang pasti ini akan berkisar tentang masa lalu yang kadang baik untuk diingat namun kadang baik pula untuk tetap dibiarkan menjadi rahasia.

 

 

Siapa JD Barker

J.D. Barker (Jonathan Dylan Barker) adalah seorang penulis Amerika yang terkenal di seluruh dunia karena kepiawaiannya mengolah ketegangan dalam novel-novelnya. Ia juga sering memasukkan unsur-unsur horor, kejahatan, misteri, fiksi ilmiah, dan supranatural. Novel debutnya, Forsaken, adalah finalis untuk Bram Stoker Award pada 2014.

 

Barker lahir 7 Januari 1971 di Lombard, Illinois dan menghabiskan empat belas tahun pertama hidupnya di Crystal Lake, Illinois. Pada usia empat belas, keluarga Barker pindah ke Englewood, Florida. Barker bersekolah di Lemon Bay High School dan lulus pada tahun 1989. Dia mendaftar di Institut Seni Fort Lauderdale di mana dia kemudian memperoleh gelar dalam bisnis. Saat di perguruan tinggi, tugas menulis mempertemukannya dengan Paul Gallotta dari Circus Magazine. Gallotta menjangkau Barker dan memintanya untuk bergabung dengan staf Paralel ke-25 (majalah) tempat ia bekerja bersama pria yang kemudian menjadi Marilyn Manson. Pada tahun 1991 Barker mewawancarai selebriti seperti Seventeen, TeenBeat, dan publikasi nasional dan lokal lainnya. Pada tahun 1992, Barker membuat sindikasi kolom surat kabar kecil bernama Revealed yang berpusat di sekitar penyelidikan tempat berhantu dan kejadian supranatural. Sejak itu ia mulai bekerja sebagai penulis hantu dan dokter buku, juga membantu penulis lain untuk urusan publikasi. Karya Barker mendapat pengaruh  dari beberapa penulis terkenal seperti Stephen King, Dean Koontz, John Saul, dan Neil Gaiman.

 

Stephen King membaca bagian-bagian dari Forsaken sebelum diterbitkan dan memberikan izin kepada Barker untuk menggunakan karakter Leland Gaunt of King's Needful Things dalam novel. Diterbitkan oleh Indie pada akhir 2014, buku ini mencapai beberapa tonggak utama - # 2 di Audible (Harper Lee dengan Go Set a Watchman memegang # 1), # 44 di Amazon AS, # 2 di Amazon Kanada, dan # 22 di Amazon UK. Forsaken juga dinominasikan untuk Bram Stoker Award (Novel Debut Terbaik) dan memenangkan New Apple Medalist Award. Setelah membaca Forsaken, keluarga Bram Stoker menjangkau Barker dan memintanya untuk ikut menulis prekuel pada Dracula dengan menggunakan catatan dan jurnal asli Bram, yang kebanyakan belum pernah dipublikasikan. Kesuksesan indie Barker menarik perhatian agen dan penerbit tradisional dan pada awal 2016 film thriller perdananya, The Fourth Monkey dijual dalam serangkaian pre-empts dan lelang di seluruh dunia dengan Houghton Mifflin Harcourt akan diterbitkan di AS dan HarperCollins di Inggris. Buku ini juga dijual untuk film dan televisi. Pada bulan September 2017, Putnam membeli hak penerbitan untuk Dracul dalam lelang lima rumah dengan penerbit tambahan di seluruh dunia dan Paramount Pictures memilih hak film.

Bibliografi

Novel

  • Forsaken (2014)
  • The Fourth Monkey (2017)
  • The Fifth to Die (2018) 
  • Dracul with Drace Stoker (2018) 
  • The Sixth Wicked Child (2019) 
  • She Has A Broken Thing Where Her Heart Should Be (2020) 
  • The Coast-to-Coast Murders with James Patterson (2020) 

Short Stories

  • Mondays (1993 - Last Exit Press)
  • Among Us (1995 - Dark Crossing Magazine)
  • The Sitter (1996 - Hidden Fears Magazine)
  • Wicked Ways (1997 - Hidden Fears Magazine)
  • A Caller's Game (1997 - Hidden Fears Magazine)
  • Room 108 (1998 - Hidden Fears Magazine)
  • Hybrid (2012 - Among The Shadow Entertainment)
  • Of The Lake (2016 - Ancient Enemies Anthology - Good Dog Publishing)

 

Filmography

Television

The Fourth Monkey

Feature Films

Dracul (Paramount Pictures)

 

Award

2014 Forsaken - Superior Achievement in a First Novel. Bram Stoker Awards. Nominated

2014. Forsaken - Best Debut Author. Goodreads Award. Nominated

2014. Forsaken - Best Horror 0f 2014. Goodreads Award. Nominated

2015. Forsaken - Excellence in Independent Publishing. Apple E-Book Award. Won

2018. The Fourth Monkey - Best Suspense/Thriller 0f 2017. Audie Award. Won

2018. Dracul - Best Horror of 2018. Goodreads Award. Nominated

2019. The Fifth to Die - AudioFile 2019. Earphones Award Winner. Won

2019. Dracul - Superior Achievement in a Novel. Bram Stoker Award. Nominated

 

Rekomendasi

Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca dewasa saja, yang menyukai genre thriller, dengan adegan yang sadis, tokoh antagonis yang psikopat dan sakit jiwa. Kelam dan kejam. Alurnya cepat dengan ketegangan yang terus menerus ada dari awal hingga akhir. Sisi emosi cerita terolah dengan cukup baik. Police procedural-nya detail. Tokohnya unik berkarakter, dialognya hidup. Kadang ada selipan humor tersembunyi. Endingnya menggantung, misterinya sulit untuk ditebak.

Warning content: pembunuhan, darah, sadis, kejam, sakit mental, psikopat.

 

 

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more