0

Review Buku A Song of Shadows (Kidung Bayang-Bayang) - John Connolly

Published: Sunday, 14 April 2019 Written by Dipidiff

 

Penulis Terlaris #1 New York Times

Nominee: 2016 Barry Award (Best Novel)

 

Judul : A Song of Shadows (Kidung Bayang-Bayang)

Penulis : John Connolly

Disain Sampul : Edward Iwan Mangopang

Jenis Buku : Detektif Kriminal – Misteri - Suspense

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : November 2018

Jumlah Halaman :  568 halaman

Dimensi Buku :  13.5 x 20 cm  

Harga : Rp. 130.000

ISBN : 9786020619736

Edisi Terjemahan

Alih Bahasa : Julanda Tantani

 

  

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Charlie Parker, detektif swasta, terluka parah ketika menyelidiki kasus yang berakar di sebuah kamp konsentrasi Nazi pada masa Perang Dunia Kedua. Untuk memulihkan diri dan mendapatkan kekuatannya kembali, Parker menyepi di kota kecil Boreas, Maine. Di sana dia berteman dengan janda bernama Ruth Winter dan anak perempuannya, Amanda. Tetapi Ruth menyimpan banyak rahasia, dan masih bersembunyi dari masa lalunya. Orang-orang yang mengancamnya khawatir rahasia-rahasia lama akan terbongkar, dan mereka siap membunuh untuk menutupi dosa-dosa masa lalu. Kehadiran Parker membuat mereka waswas, tapi mereka mengira Parker sedang lemah, ketakutan, dan sendirian. Mereka keliru. Parker sama sekali tidak takut, dan tidak sendirian. Sebab ada sesuatu yang muncul dari bayang-bayang.

Sekarang Parker akan mempertaruhkan nyawanya untuk membela seorang wanita yang hampir tidak dikenalnya, seorang yang takut padanya hampir seperti dia takut pada mereka yang datang untuknya. Dengan bantuan Angel dan Louis, Parker kembali beraksi.

 

 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

 

Sebenarnya lumayan jarang ya saya menemui disain sampul buku seperti buku ini yang didominasi warna hijau gelap lalu gambar ilustrasi rumput atau tanaman mati berwarna coklat. Menimbang judulnya yang berunsur kata "bayang-bayang" rasanya warna hitam mungkin warna yang bakal lebih umum digunakan untuk mewakili kata tersebut. Jadi menarik juga saat melihat sampul buku ini justru tidak demikian. Alasannya mungkin ini ada hubungan dengan situasi latar lokasi cerita yang merupakan sebuah kota yang "gersang" karena musim panas yang panjang, lalu bayangan lantas diilustrasikan dengan cara yang menyesuaikan latar kota tersebut. Apapun itu alasannya, saya suka disain sampul buku ini.

 

Tokoh dan Karakter

Charlie Parker

Louis

Angel

Ruth Winter

Amanda Winter

Isha Winter

Cory Bloom

Gordon Walsh

Oran Wilde

Bobby Soames

Earl Steiger

Miss Demers

Bruno Perlman

Lenny Tedesco

Jennifer

Sam

Pendeta Werner

Bernhard Hummel

Engel

Cambion

Marcus Baulman

 

Buku ini memiliki cukup banyak tokoh. Tokoh-tokohnya berkarakter, sebagian diceritakan di buku ini, sebagian lain memang sudah memiliki 'sejarah' di buku-buku sebelumnya. Deskripsi tokohnya detail, misalnya,

Kedua pria itu sudah menunggu ketika Soames tiba: yang seorang jangkung dan hitam, yang seorang lagi lebih pendek dan putih, meskipun Soames berpikir mungkin saja pria itu keturunan Latin, setengah Latin, atau setengah macam-macam, sebagian besar bermasalah. Soames tahu lebih baik tidak bertanya. Yang diketahuinya secara pasti adalah mereka membuatnya gugup, terutama yang berkulit hitam. Dia memperkenalkan diri sebagai Louis, tapi tidak mengulurkan tangan untuk dijabat. Dia mengenakan setelah jas hitam yang bagus potongannya. Kepalanya dicukur plontos, dan janggut kambingnya yang sedikit beruban menghiasi wajah seperti sinar bulan yang memantul di danau di tengah malam. Pria yang satu lagi, yang berjabat tangan, berkata namanya Angel, alasan lain Soames menduga dia mungkin keturunan Latin. Atau setengah Latin.

Halaman 26

 

Alur dan Latar

Kisah Charlie Parker dalam A Song of Shadows beralur maju dengan kecepatan sedang. Kecepatan alurnya dipengaruhi latar sejarah yang dibawa cerita. Cerita disampaikan dari sudut pandang orang ketiga. Endingnya tertutup dengan baik. Konfliknya menarik dan misterinya rumit. Deduksi disimpan di akhir, dan petunjuk-petunjuk misteri dibuka sedikit demi sedikit sehingga memungkinkan pembaca untuk menebaknya.

Di buku ini kehebatan Charlie Parker sebagai detektif tidak begitu menonjol, kemungkinan menyesuaikan ide cerita dimana Parker di buku ini memang sedang dalam masa pemulihan. Aura sang detektif tentu saja masih sangat terasa, bahkan di akhir buku kesan kehebatan Parker yang semakin mengancam diindikasikan dengan jelas, semacam persiapan untuk Parker yang baru di buku selanjutnya.

Latar cerita mengambil terutama mengambil lokasi kota Boreas dengan rumah, rumah sakit, kafe, pantai, dan beberapa lagi tempat lainnya. Deskripsinya detail, contohnya,

Musim dingin mati, musim semi sekarat, dan musim panas menunggu di tepian. Perlahan-lahan, kota Boreas mulai berubah: rumah-rumah sewaan dibuka dan dibersihkan, kedai es krim memesan bahan baku, toko dan restoran berbenah untuk menyambut kedatangan turis. Baru enam bulan sebelumnya, para pemilik tempat tersebut menghitung pemasukan untuk mengira-ngira seberapa besar kerugian yang bisa mereka tanggung untuk bertahan. Setiap tahun kelihatannya jumlah uang yang mereka kantongi semakin sedikit, dan memunculkan perdebatan yang sama di setiap pengujung musim: meneruskan atau menjual? Sekarang mereka yang masih bertahan mulai berdebar-debar lagi, padahal optimisme terbatas tahun-tahun lalu belum bisa dirasakan, dan ada yang kasak-kusuk optimisme tersebut hilang selamanya. Ekonomi mungkin mulai membaik, tapi Boreas terus merosot: perlahan dan tersengal-sengal, setengah mati setengah hidup. Ini kota yang sekarat, ekosistem yang gagal, meski begitu banyak yang bertahan, sebab kemana lagi mereka bisa pergi?

Halaman 9

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Seri Charlie Parker memang khas. Selain konflik dan ketegangannya yang bagus, buku-buku Charlie Parker juga memiliki sisi humor. Misalnya,

Hanya ada dua rumah di teluk itu, keduanya dulu rumah musim panas, yang satu dibeli dengan terburu-buru dan disesali berlama-lama, sementara yang satu lagi warisan keluarga yang tetap tidak dicintai dan tidak digunakan setelah pembacaan surat wasiat. Terus terang, Someas sudah putus asa untuk menjual, atau bahkan menyewakan, salah satu  saja, jadi dia sungguh kaget dan lega ketika rumah-rumah itu menarik perhatian ...

Halaman 15

 

Dirinya dijamin takkan terkenal untuk sesuatu yang lain di luar Forrest’s Ice Cream Parlor dan etouffee udang di Crawley’s Cajun Citchen. (“Hidagan Cajun Terbaik di Wilayah Ini,” yang sebetulnya bukanlah slogan untuk membangkitkan semangat, kalaupun Crawley benar-benar menyajikan hidangan yang sangat lezat, meskipun salah eja “hidagan” yang menggemaskan itu membuat mata Soames otomatis kedutan setiap kali membacanya.)

Halaman 17

 

Adegan kekerasannya memang sadis, salah satu diantaranya adegan menggorok leher yang diceritakan dengan detail. Selain itu deskripsi korban kekerasan juga rinci. Misalnya, 

Bloom mengeluarkan sarung tangan karet biru dan perlahan menyibak rambut pria itu. Ikan dan kerang-kerangan sudah mulai menggerogoti dagingnya yang lunak, dan sebelah matanya hilang. Ada sejumlah kerusakan pada tengkoraknya, meskipun butuh autopsi untuk menetapkan apakah terjadi sebelum atau sesudah kematian. Mayat-mayat di air selalu mengapung dalam keadaan menelungkup, jadi lecet-lecet di kepala itu mungkin disebabkan ombang-ambing ombak, atau kerusakan apa pun yang mungkin dideritanya saat pertama kali tenggelam. Warna biru pada bagian-bagian tubuh atasnya yang terlihat tampak buram dan gembung akibat gerakan di air. Kaki kanannya tidak bersepatu, meskipun dia masih mengenakan kaus kaki bergaris-garis. Sisa jempol kakinya melongok ke luar dari lubang. Sesuatu sudah memakan sebagian besar jempol tersebut sampai ke tulang. Kaki kirinya masih bersepatu, tali-tali sepatu kanannya bertautan dengan yang kiri. Jadi sebelum dia mencebur ke air, tali-tali sepatunya sudah diikat menjadi satu.

Halaman 51

 

Ada bagian di dalam cerita yang secara personal sangat saya sukai. Yaitu tentang kedai kopi yang menyatu dengan toko buku. What a dream ^^. Rasanya benar-benar mewakili salah satu mimpi saya di masa depan. Hopefully.

Larraine-lah yang memutuskan menambahkan kedai kopi kecil di bagian belakang toko. Kedai itu menghadap Clark’s Stream, yang mengalir melintasi kota, dan Clark’s Bridge, yang namanya entah mengapa kurang kreatif, jembatan kecil dari batu dan lumut yang terlihat seperti dibangun beberapa abad sebelumnya, padahal seumur dengan toko buku itu sendiri. Kedai kopi itu kebanyakan menjual kue-kue pastri dan biskuit yang dipanggang Mrs. Olesen, dan kopi yang layak. Ternyata jumlah pengunjung yang datang, baik turis maupun penduduk setempat, lumayan banyak, karena mereka menyukai suasana Nook, begitulah nama kedai kopi itu, dan marjin penjualan kopi tersebut bahkan mengalahkan kartu ucapan.

Halaman 58

 

Unsur metafisik atau "hantu" ada di dalam buku ini. Bagian seperti ini memiliki peran yang cukup menonjol di dalam cerita. Kemungkinan besar inilah yang menyebabkan buku ini diberi judul "bayang-bayang".

Persis sebelum tidur malam itu, Parker menangkap sekelebat gerakan di antara bayangan-bayangan, dan rambut pirang anak perempuannya yang mati memantul mengilap tertimpa sinar bulan yang meredup ketika dia memperhatikan ayahnya memejamkan mata.

Halaman 81

 

Latar sejarah NAZI menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam cerita. Penjelasannya cukup banyak, tapi juga tidak terlalu banyak. Buat pembaca yang senang dengan latar sejarah seperti ini, pasti akan menyukai buku ini. Misalnya,

Dia tidak mengerti mengapa mereka tak bisa disidangkan di Amerika Serikat sampai Bruno Perlman menjelaskan bahwa hukum Federal AS menghalangi pendakwaan kriminal untuk kejahatan-kejahatan yang dilakukan di luar negeri sebelum dan selama Perang Dunia II, jadi tindakan terbaik Amerika Serikat adalah mengirimkan penjahat-penjahat perang itu kembali ke negara yang memang mempunyai yurisdiksi, dengan harapan pendakwaan dapat dijatuhkan kepada mereka di sana.  Bukannya Perlman senang dengan situasi itu juga. Dia suka bercerita kepada Lenny dengan kagum tentang aktivitas-aktivitas TTG, Tilhas Tizia Gesheften, kelompok rahasia dalam Kelompok Brigade Yahudi Tentara Inggris, yang setelah kekalahan Jerman, turun tangan sendiri untuk memburu dan membunuh Wehrmmacht dan para perwira SS yang diyakini sudah mekakukan pembantaian keji terhadap bangsa Yahudi; tentang para pembunuh Mossad yang menjebak kolaborator Nazi dari Latvia itu, Herberts Cukurs, “Tukang Jagal dari Riga,” di rumah di Montevideo pada tahun 1965, memukulinya dengan palu sebelum menembaknya dua kali di kepala dan meninggalkan mayatnya untuk membusuk di peti...

Halaman 101

 

“Kalian pernah mendengar tentang Grafeneck? Tidak? Itu pangkalan pusat Nazi untuk program euthanasia. Sebelum mulai membantai kami, mereka berlatih dengan bangsa sendiri; orang-orang yang sakit jiwa, penyandang disabilitas, yang lemah, yang cacat fisik, yang tidak sesuai dengan gambaran ideal Aria.

Halaman 169

 

Catatan kaki bertebaran di halaman-halaman buku. Menjelaskan istilah-istilah yang asing dan yang tidak kita pahami.

 

Meski buku ini punya adegan sadis, perkelahian, konflik konspirasi dan lain sebagainya, tapi ada bagian dimana sisi emosi terasa menonjol di dalam cerita, misalnya adegan Parker bersama anaknya, atau adegan tokoh Gordon Walsh di bawah ini.

Walsh mengemudi pulang, mobilnya sunyi senyap, meninggalkan kilometer demi kilometer seperti kertas-kertas yang dibuang, memindahkan potongan-potongan informasi di benak, berusaha menghubungkan. Sesampai di rumah dia melepaskan sepatu di depan pintu, menggunakan kamar kecil di lantai dasar, melepaskan pakaian di slasar, lalu menyelinap masuk ke balik selimut di samping istrinya yang sudah tidur. Dia merasakan istrinya bergerak. Dengan setengah mengatuk, istrinya memeluk Walsh. Dia menerima ciuman istrinya, dan membalasnya. Dia menantikan desahan itu, mendengarnya dengan hati puas, dan memperhatikan istrinya bergelung seperti kucing. Dia memiringkan tubuh dan mengira takkan bisa tidur, tapi ketika dia membuka mata lagi istrinya sudah tak ada, terdengar suara radio di lantai bawah, dentingan peralatan makan, dan suara anak-anaknya.

Cukup, pikirnya. Ini cukup, bahkan lebih.

Halaman 226

 

Banyak pujian yang diberikan untuk buku ini. Rating Amazon maupun Goodreads juga bagus, rata-rata di atas 4. Pembacanya menyatakan kesukaan mereka terhadap ide cerita, ketegangan, humor, unsur supranatural, dan konfliknya yang rumit tapi terselesaikan dengan baik. Jika ada kritik maka hanya sedikit saja. Mereka yang memberikan rating rendah mengatakan buku ini kurang memprovokasi, sehingga di anggap sedikit datar dibanding buku-buku seri Charlie Parker lainnya.

Saya pribadi menyukai buku ini karena seri Charlie Parker memang seperti paket lengkap seri detektif. Unsur misterinya ada, suspense ada, detektif ada, romance ada, kekuatan supranatural ada, latar sejarah ada, humor ada, dan lain sebagainya. Satu-satunya yang kurang adalah pergerakan sang detektif sendiri yang tampaknya agak dibatasi, mungkin karena menyesuaikan kondisi Charlie Parker yang masih masa pemulihan. Secara karakter tokoh Parker berbeda dengan Hercule Poirot-nya Agatha Christie, dan memang John Connolly tidak memasukkan nama penulis kawakan tersebut sebagai salah satu inspirasi karyanya. Untuk model deduksi saya lebih menyukai Hercule Poirot dan Sherlock Holmes, tapi Charlie Parker memberikan kesan modern yang tidak ada pada dua tokoh detektif tersebut. Auranya malah mengingatkan pada tokoh John Wick yang ditakuti. Agak melenceng memang, tapi bagi saya tetap sama. Setelah membaca buku ini saya justru sangat penasaran dengan buku selanjutnya karena di buku ini ditekankan kesan makin berbahaya dan hebatnya Charlie Parker di aksinya yang selanjutnya.

 

Siapa John Connolly

John Connolly adalah penulis dari Irlandia yang terkenal dengan novel seri detektif swasta Charlie Parker. Sebelum menjadi penulis, Connolly pernah menjalani berbagai profesi, di antaranya sebagai wartawan lepas The Irish Times, bartender, pelayan, dan pejabat pemerintah daerah. Setelah lima tahun, Connolly merasa frustasi dengan profesinya, dan mulai menulis novel pertamanya, Every Dead Thing, pada waktu luang.

 

Connolly belajar bahasa Inggris di Trinity College, Dublin dan jurnalisme di Dublin City University. Buku Every Dead Thing menghabiskan waktu sekitar lima tahun dan akhirnya diterbitkan pada tahun 1999. Buku itu memperkenalkan karakter Charlie Parker, seorang mantan polisi yang memburu pembunuh istri dan putrinya. Dark Hollow, novel Parker kedua, menyusul pada tahun 2000. Novel Parker ketiga, The Killing Kind, diterbitkan pada tahun 2001, lalu The White Road menyusul pada tahun 2002. Pada tahun 2003, Connolly menerbitkan novel kelimanya - yang merupakan buku pertamanya yang standing alone. Pada tahun 2004, Nocturnes, kumpulan novel dan cerita pendek, ditambahkan ke dalam daftar, dan tahun 2005 novel Charlie Parker yang kelima, The Black Angel, diterbitkan. Pada tahun 2006, The Book of Lost Things, novel non-misteri pertama Connolly dipublikasikan.

 

Charlie Parker sejak itu muncul dalam lima novel tambahan: The Unquiet, The Reapers (di mana ia memainkan peran sekunder untuk rekan-rekannya, Louis dan Angel), The Lovers, The Whisperers, dan The Burning Soul. 

The Gates meluncurkan seri Samuel Johnson untuk pembaca yang lebih muda pada tahun 2009, diikuti oleh Hell's Bells (Inggris) / The Infernals (AS) pada tahun 2011. Novel ketiga Samuel Johnson harus selesai pada tahun 2013. Connolly juga co-editor, dengan sesama penulis Declan Burke, dari Books to Die For, sebuah antologi esai dari penulis kriminal terkemuka dunia.

 

Every Dead Thing dinominasikan untuk Bram Stoker Award untuk Best First Novel dan kemudian memenangkan Shamus Award 2000 untuk Best First Private Eye Novel. (Connolly adalah penulis pertama di luar AS yang memenangkan penghargaan).

 

Books to Die For dinominasikan untuk Edgar Award oleh Mystery Writers of America, memenangkan Agatha Award untuk Non-fiksi Terbaik, dan memenangkan Anthony Award untuk Karya Nonfiksi Kritis Terbaik.

 

Bibliograpi

Seri Charlie Parker

  1. Every Dead Thing(1999)
  2. Dark Hollow(2000)
  3. The Killing Kind(2001)
  4. The White Road(2002)
  5. The Reflecting Eye(2004)
  6. The Black Angel(2005)
  7. The Unquiet(2007)
  8. The Reapers(2008)
  9. The Lovers(2009)
  10. The Whisperers(2010)
  11. The Burning Soul(2011)
  12. The Wrath of Angels(2012)
  13. The Wolf in Winter (2014)
  14. A Song of Shadows (2015)
  15. A Time of Torment(2016)
  16. Parker : A Miscellany(2016)
  17. A Game of Ghosts (2017)
  18. The Woman in the Woods (2018)
  19. A Book of Bones (2019)

 

Seri Samuel Johnson

  1. The Gates(2009)
  2. The Infernals(2011), published as Hell's Bells in the UK
  3. The Creeps(2013)

 

Trilogi The Chronicles of The Invaders

  1. Conquest(2013)
  2. Empire(2015)
  3. Dominion(2016)

 

Novel Lainnya

  • Bad Men(2003)
  • The Book of Lost Things (2006)
  • He: A Novel(2017)

 

Koleksi Cerita Pendek

  • Nocturnes(2004) – a collection of supernatural tales book-ended by two novellas, 9 of which are transcripts of stories written for presentation on BBC Radio Four: The Erlking, Mr Pettinger's Demon, Mr Gray's Folly, The Ritual of the Bones, Nocturne.
  • Night Music: Nocturnes 2 (2015)

 

Cerita Pendek

  • "The Inkpot Monkey" (2004) – in Like A Charm: A Novel In Voices– an anthology of short stories from 15 mystery writers, (also featured in Nocturnes). Edited by Karin Slaughter.
  • "Mr. Gray's Folly" (2005) – in Dangerous Women– an anthology of short stories from 17 crime writers. Edited by Otto Penzler.
  • "The Cycle" (2005) – under the pseudonym Laura Froom (after the titular vampire in a story from Nocturnes) in Moments: Short Stories by Irish Women Writers in Aid of the Victims of the Tsunami. Edited by Ciara Considine.
  • "A Haunting" (2008) – in Downturn Tales: Stay-Up-All-Night Stories from Your Favorite Bestselling Authors.
  • "Lazarus" (2010) – in The New Dead– an anthology of zombie stories edited by Christopher Golden.
  • "The Caxton Lending Library & Book Depository" (2013) – a Bibliomystery published as e-text, paperback and limited edition hardcover by The Mysterious Bookshop, New York
  • "The Wanderer in Unknown Realms" (2013) – a novella published electronically by Hodder & Stoughton and Atria/Emily Bestler Books and in limited hardcover edition by the author.

 

Non Fiksi

  • Connolly, John (Editor) & Burke, Declan (Editor) (2012). Books to Die For. Hodder & Stoughton.
  • Connolly, John (2018). Horror Express. PS Publishing.

Film adaptasi

  • The New Daughter (2009) – partially based on a short story of the same name from Nocturnes, starring Kevin Costner dan Ivana Baquero, directed by Luiso Berdejo, with a screenplay by John Travis
  • The GatesThe Infernals, and The Creeps— acquired for development by DreamWorks Studios as a possible franchise, November 2015

Penghargaan

  • Nominee: 1999 Bram Stoker Award (First Novel), for Every Dead Thing
  • Nominee: 2000 Barry Award (Best British Crime Novel), for Every Dead Thing
  • Winner: 2000 Shamus Award (Best First P.I. Novel), for Every Dead Thing
  • Nominee: 2001 Barry Award (Best British Crime Novel), for Dark Hollow
  • Nominee: 2002 Barry Award (Best British Crime Novel), for The Killing Kind
  • Winner: 2003 Barry Award (Best British Crime Novel), for The White Road
  • Nominee: 2005 CWA Short Story Dagger Award, for "Miss Froom, Vampire"
  • Nominee: 2007 Hughes & Hughes Irish Novel of the Year, for The Book of Lost Things
  • Winner: 2012 Agatha Award(Best Nonfiction), with Declan Burke, for Books to Die For
  • Nominee: 2013 Edgar Award (Best Critical/Biographical), with Declan Burke, for Books to Die For
  • Nominee: 2013 R.F. Keating Award, with Declan Burke, for Books to Die For
  • Winner: 2013 Anthony Award(Best Critical Nonfiction Work), with Declan Burke, for Books to Die For
  • Winner: 2014 Edgar Award (Best Short Story), for The Caxton Private Lending Library & Book Depository, Bibliomysteries
  • Winner: 2014 Anthony Award (Best Short Story), for The Caxton Private Lending Library & Book DepositoryBibliomysteries
  • Nominee: 2016 Barry Award (Best Novel), for A Song of Shadows
  • Nominee: 2018 Bram Stoker Award (Superior Achievement in Non-Fiction), for Horror Express

 

Buku A Song of Shadows mendapatkan rating 4.6 di situs Amazon dan 4.31 di Goodreads.

 

Rekomendasi

Saya rekomendasikan buku ini kepada hanya pembaca dewasa yang menyukai buku bergenre fiksi detektif kriminal - misteri - suspense, juga para penggemar seri Charlie Parker karya John Connolly. Cerita beralur maju dengan kecepatan sedang-cepat dengan sudut pandang cerita orang ketiga. Konfliknya menarik, rumit, lalu disimpulkan dengan rapi, ditutup dengan ending yang baik. Ada unsur humor, romance (hanya sedikit), dan kekuatan supranatural - metafisik. Latar sejarah jaman kekejaman NAZI cukup banyak menyatu di dalam cerita. Lawan Charlie Parker di buku ini adalah para penjahat perang Lubsko. Adegan kekerasannya sadis dan dideskripsikan dengan detail. Sesekali muncul sisi emosi dalam cerita. Pesan utama yang ditangkap pada akhirnya adalah betapa hebat dan berbahayanya Charlie Parker meski ia dalam kondisi pemulihan setelah cedera hebat dan nyaris terbunuh. *Kualitas terjemahannya bagus.

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros

14-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...

Read more

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Starbucks Jatinangor (a Story)

25-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Teman-teman sering menghabiskan waktu di Starbucks? Saya tidak. Alasan utama saya tidak sering ke Starbucks karena cafe kopi yang satu ini memang tidak ada di wilayah sekitar rumah saya. Tapi sekarang...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more