Review Buku Finding My Bread - Song Seong-rye
Judul : Finding My Bread
Kisah Si Alergi Gluten Membuat Toko Roti
Penulis : Song Seong-rye
Penerjemah : Anggi Mahasanghika
Penyunting : Aprilia Ramadhani
Ilustrator Sampul dan Isi : Bongji
Sampul dan Isi Diolah Kembali oleh : Pinahayu Parvati
Jenis Buku : Memoar
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun Terbit : Cetakan Pertama Juni 2022
Jumlah Halaman : 183 halaman
Dimensi Buku : 13,5 x 20 cm
Harga : Rp. 110.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9786024818432
Softcover
Edisi Terjemahan
Tersedia di Tokopedia Gramedia Official Store
Sekelumit Tentang Isi
Song Seong-rye (Sunny) sekeluarga pindah dari Korea dan tinggal di Amerika. Selama bersekolah, orangtuanya tidak menekannya untuk berprestasi di akademik. Bisa dibilang dia sekolah untuk berteman, bersenang-senang, dan belajar semampunya. Hingga kemudian ia masuk usia kuliah dan mulai merasa tertinggal, cemas, dan tidak percaya diri pada nilai-nilai serta dirinya yang tanpa prestasi itu. Dari kecil Sunny suka menonton acara memasak, baginya proses memasak itu indah dan magis. Dengan segera ia menjadikan masak sebagai hobi dan cara menemukan ketenangan. Sebagai seseorang yang punya alergi gluten sejak lahir *ayahnya juga sama, ia tidak bisa makan roti dan olahan tepung terigu yang dijual di toko-toko. Maka ia membuat sendiri roti dan beragam makanan bebas gluten *supaya bisa makan sesukanya. Tak disangka, blog makanannya disukai orang, toko rotinya kebanjiran pesanan, yang dulu hanya cafe kecil kini sudah punya cabang, menjadi perusahaan yang berbadan hukum.
Sunny pastinya bahagia karena bekerja sesuai hobinya, tapi sesungguhnya ada hari-hari dimana dia merasa sedih, marah, depresi, cemas, bahkan tidak bisa tidur di malam hari. Memiliki karir di bidang yang sesuai minat dan bakat tidak berarti selalu senang, tersenyum, dan bahagia.
Lewat memoar ini, Sunny membagikan kisah paling realistis tentang menjalani bisnis sesuai passion. Apapun yang terjadi Sunny bertahan karena mencintai pekerjaannya. Roti-roti itu menghangatkan hatinya di hari-hari yang diterpa badai sekalipun.
Yuk kita intip daftar isinya
Chapter 1 Resep Hari ini adalah Sunny Bread
1. Kisah Sunny & Sunny Bread
2. Baking Mix, Proses Munculnya Pekerjaan yang Kusukai
3. Alasanku Semakin Menyukai Pekerjaanku
4. Saat Membuat Kesalahan dalam Pekerjaan yang Kusukai
5. Saat Berhasil dalam Pekerjaan yang Kusukai
6. Kue untuk Perasaan yang Khawatir
7. Adakah Hal yang Lebih Hangat daripada Baking?
8. Young and Rich, Smart and Sexy
9. Harus Ada Sunny di dalam Sunny Bread
10. Kuharap Hatiku Sehangat Roti
Chapter 2 Panaskan Oven pada Suhu yang Tepat
1. 180 Derajat
2. Selisih 1 Gram pun Tidak Bisa Kuterima
3. Pencarian Resep yang Cocok denganku
4. Kita yang Berjalan Masing-masing
5. Tak Ada Panas dalam Kesendirian
6. Menjaga Suhu yang Tepat
Chapter 3
1. Pekerjaan yang Kita Sukai dan Kita Bisa pun Sulit pada Awalnya
2. Tong Sampah Emosi, Orang-orang yang Menyakiti Kita Tanpa Alasan
3. Tahap Tak Bisa Menerima Kesalahan meski Hanya Sedikit
4. Adonan itu Tergantung Tangan si Pembuat, Kisah tentang Tekad yang Bulat
5. Kecerobohan yang Masuk ke dalam Adonan
6. Aku Sedang Melakukan Hal yang Benar, kan?
Chapter 4
1. Khawatir Semua Akan Berantakan
2. Energi Positif, Berbagai Usahaku untuk Menjaga Pikiran Positif
3. Gagal Juga Tidak Apa-apa, Aku Bisa Membuatnya Lagi
4. Membagi Kue yang Berhasil Kubuat
5. Cara Makan Roti dengan Nikmat
6. Usaha untuk Mencari Hal yang Lebih Kubisa dan Kusukai
Epilog
Lampiran Resep Bebas Gluten Sunny Bread
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Apa ya resep bahagia? Apakah berkarir di bidang yang disuka pasti bahagia? Lebih penting mana, pekerjaan yang lebih menghasilkan uang atau pekerjaan yang disuka meski uang tak seberapa?
Pertanyaan dilematis seperti ini adalah pertanyaan sejuta umat, dalam artian semua orang mungkin di dalam hatinya terlintas pertanyaan yang sama seperti di atas. Ada pula semacam pemikiran bahwa kalau sudah bekerja di bidang yang disuka lantas kita otomatis akan bahagia. Nah, buat kita yang ingin tahu realitanya, membaca buku ini sangat bisa membuka mata kita.
Tapi sebelum itu barangkali saya ingin cerita sedikit bagaimana pengalaman saya waktu pertama kali membuka halaman-halaman awal Finding My Bread. Sejujurnya, saya jarang sekali membaca buku dari penulis Korea, apalagi terjemahannya. Oleh karena itu saya tidak punya ekspektasi atau asumsi apapun. Sekilas memperhatikan fisik dan ilustrasi buku ini, saya memang jatuh hati pada pilihan warnanya yang lembut dan ilustrasinya yang cute. Tapi kejutan menyenangkan yang pertama yang saya temui sebenarnya adalah di daftar isinya. Awalnya saya kira itu resep sampai kemudian membaca lebih detail kata-katanya. Pilihan kata untuk judul-judul bab dan sub bab yang bernuansa bakery itu menurut saya sebuah ide yang bagus.
Saya juga menyukai bagaimana Sunny menuliskan dengan tepat sebuah kenyataan dalam hidup bahwa menggapai impian itu tidak mudah, tapi mempertahankannya bahkan lebih sulit lagi. Di buku dia mengutip karya Ernest Hemingway, The Old Man and The Sea (kebetulan saya juga punya buku ini), yang katanya menyadarkannya tentang rasa manis sebelum mewujudkan impian itu akan hilang begitu impian itu terwujud, dan meskipun kita sudah bersusah payah dalam menggampai impian, kita perlu lebih bersusah payah lagi dalam mempertahankannya. Mempertahankan impian kita jauh lebih sulit daripada mewujudkannya. Pekerjaan yang disukai tetaplah sebuah pekerjaan yang tidak mudah namun kita mampu bertahan karena ini adalah pekerjaan yang kita sukai. Dan yang terpenting adalah pekerjaan ini membuat diri kita bisa melihat siapa kita sesungguhnya, yakni seseorang yang ternyata mampu bertahan dan berjuang. Kita bertumbuh di dalam pekerjaan yang kita tekuni, dan kita menguat seiring berjalannya waktu. Hal ini mengingatkan saya pada satu obrolan bersama Coach Jeff di salah satu IGLive Dipidiff bahwa salah satu cara untuk mengetahui kekuatan yang kita miliki adalah dengan menilai apakah di bidang tersebut kita bertumbuh seiring makin lama kita menekuninya.
Ide Sunny untuk membuka usaha yang berangkat dari kegelisahannya sendiri sebagai seseorang yang alergi gluten juga familiar buat kita yang mempelajari strategi marketing. Ide yang bagus berangkat dari sebuah masalah, dan Sunny (meski awalnya dia seolah tidak menyadari hal ini) menangkap peluang ini. Menarik juga menyimak tulisannya yang menyatakan bahwa dia hanya ingin hidup dengan melakukan pekerjaan yang dia sukai, bahkan kalaupun bangkrut maka tidak masalah, karena dia meyakini bahwa dia hanya perlu terus melakukan hal yang disukainya, bahwa dia tidak sempurna, semua pekerjaan bisa gagal, dan yang penting dia bisa bahagia dengan bangkit dan memulai hal yang lain lagi.
Di ruko kecil berukuran 26 meter persegi, hingga menjadi Direktur Perusahaan Sosial Sunny Bread dengan hasil penjualan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Semuanya diawali dengan pikiran, aku hanya ingin hidup dengan melakukan pekerjaan yang kusukai. Hingga saat ini aku selalu mengatakan pada diriku sendiri, kalaupun bisnis ini bangkrut sekarang tidak apa-apa. Aku hanya perlu terus melakukan yang kusukai. Aku tidak sempurna. Semua pekerjaan bisa gagal. Aku bisa bahagia dengan bangkit dan memulai hal yang lain lagi. Dengan berkata seperti itu setiap hari, rasa takutku hilang dan semangatku pun kembali muncul.
Halaman 7
Menurut saya, Sunny melakukan sesuatu dengan sangat berani dan patut diacungi jempol, yakni memperjuangkan impian dan apa yang disukainya, alih-alih menyerah, dia tetap memilih untuk menghidupkan kehidupannya. Tapi ada satu hal yang harus disadari kita para pembaca agar tidak misleading, bahwa jauh sebelum Sunny memutuskan membuka usaha roti, dia sudah melakukan riset (meskipun sepertinya tanpa sadar), dan tahu pasti produk anti gluten sangat sulit didapatkan. Dari kecil dia juga punya bibit passion memasak dan memanggang roti ini. Dan mungkin sekali ada banyak faktor persiapan yang Sunny lakukan yang tidak dia ceritakan di buku.
Sunny mulai menyukai aktifitas memasak dari menonton program tv berjam-jam, lalu 'tergila-gila' dengan alat-alat memasak yang di matanya lucu dan indah, serta mencoba memasak dengan segala macam cara, dan meskipun tidak sempurna kue pertama yang dia buat jelas mendatangkan rasa bahagia yang mendalam dalam dirinya. Di masa depannya kue dan roti-roti ini tidak pernah gagal menghangatkan hatinya, dari tulisan-tulisannya tergambar jelas betapa dia sangat mencintai tidak hanya bisnis yang dia tekuni tapi lebih spesifik lagi apa yang dia masak atau panggang. Di titik ini saya jadi merenung, seberapa banyak orang yang menemukan momen seepik ini dalam hidup. Cikal bakal passion kadang bisa sangat mudah dikenali sementara lainnya bisa jadi sangat samar dan datar-datar saja. Itulah mengapa menurut saya, dalam hidup ini kita perlu banyak mencoba beragam hal. Sudahkah saya mencoba banyak hal? Apakah di usia saya yang sekarang saya perlu mencoba lebih banyak lagi atau fokus ke passion yang sudah saya temukan? *jadi bertanya-tanya sendiri.
Seperti yang sudah dijanjikan di awal, Finding My Bread juga menceritakan momen-momen yang tidak bahagia, misalnya saat Sunny harus menghadapi begitu banyak komplain dari pelanggannya di Bab Harus ada Sunny di dalam Sunny Bread. Cerita ini menarik buat saya karena penasaran apa yang dilakukan Sunny sehingga bisa bertahan melaluinya dan berhasil hingga saat ini membuat brandnya menjadi begitu besar dan populer. Jawaban atas pertanyaan ini bisa teman-teman dapatkan dengan membaca bukunya sendiri.
Hal lain yang saya sukai adalah bagaimana Sunny menyampaikan pelajaran dari peristiwa baik dan buruk yang dia alami dengan bingkai masak memasak, misalnya bab 180 Derajat dimana Sunny menjelaskan bahwa memanaskan oven dengan baik sangat penting dalam baking.
Ketika kita menyalakan oven, berarti kita memiliki niat untuk memulai baking. Berbeda dengan saat kita memanggang dua sisi roti dengan toaster dalam waktu yang singkat. Oven membutuhkan langkah awah, yaitu dipanaskan. Paling cepat 10 menit dan paling lama 40 menit. Begitu. Karena itulah menyalakan oven merupakan sebuah sinyal bahwa kita akan membuat sesuatu yang membutuhkan waktu dan kualitas yang tepat.
Halaman 61
yang dari penggambaran oven itu dia ingin menyampaikan juga pentingnya menekan tombol On di dalam diri seseorang yang ingin meraih impian dan merubah kehidupannya. Seperti oven yang perlu dipanaskan dan 'dipaksa' mulai panas, begitupun kita yang harus siap 'memaksa' diri untuk memulai.
Sebelum menyalakan oven, sungguh ada banyak kegelisahan dan 'kemalangan (?)' di diriku. Sering kali aku tidak berani menyalakan oven dan memanggang roti karena aku tidak punya kepercayaan diri, rasa khawatir, takut akan tanggung jawab, dan kemalasan pada diriku. Namun aku berusaha menyingkirkan emosi negatifku dan melawan rasa malasku. Sekali aku berhasil menyalakan oven, hatiku pun merasa siap. Aku memutuskan untuk tetap membuat roti apa pun yang terjadi.
Tidak hanya aku, ada banyak juga orang yang seperti itu. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan, namun sulit untuk memulainya. Seperti ketika kita malas pergi ke tempat gym, namun sekalinya pergi, kita akan terus berolahraga dengan sungguh-sungguh. Begitu juga dengan mimpi. Selalu sulit dan butuh banyak energi untuk memulai suatu hal. Namun sekalinya tombol on ditekan, semangat kita pun akan mengikuti. Jika kita sungguh menginginkan perubahan, berdirilah di depan tombol on. Karena ketika kita menekan tombol on, meski dengan tertutup pun, kehidupan kita akan berubah.
Halaman 65
Lebih dalam lagi, hal yang paling saya sukai dari poin ini adalah bahwa Sunny menjadikan kesehariannya menekuni apa yang dia sukai sebagai sumber pelajaran bagi dirinya untuk menjadi lebih baik. Apa yang dia cintai menjadikannya pribadi yang lebih baik. Rasanya saya perlu berkaca banyak dari kisah Sunny. Love it.
Sebagai penutup, saya menyimpulkan bahwa banyak hal yang saya suka dari buku ini, mulai dari cetakannya yang berwarna lembut, ilustrasinya yang cute,
Picture: beberapa gambar ilustrasi di dalam buku
terjemahannya yang luwes, konsep perjalanan hidup penuh hikmah yang dikemas dalam sudut pandang baker bakester, ada pula bonus resep makanan bebas gluten. Ada 5 resep yang dibagikan di buku ini, yakni; (1) Gluten-free Mug Choco Cake, (2) Gluten-free Vegan Chocolate Smoothies Bowl, (3) Sandwich Sayur Panggang Bebas Gluten dan Rendah Karbohidrat, (4) Lasagna Terong Rendah Karbohidrat Bebas Gluten, (5) Gluten-free Nutella Peanut Butter Cookies. Yang penasaran dengan resepnya bisa langsung beli bukunya dan cek sendiri di bagian akhir buku ya ^^
Picture: halaman khusus resep-resep bebas gluten Sunny Bread
Sebuah bacaan yang ringan tapi sarat dengan pesan kehidupan. Buku ini juga terasa personal karena relate dengan saya yang suka baking dan punya impian membuka bisnis kue suatu hari nanti.
Seperti harapan Sunny yang ia tulis di bab pembukaan, bahwa ia berharap ceritanya bisa menjawab keraguan teman-teman dan memberikan keberanian, sebagai pembaca saya merasa Sunny telah berhasil mewujudkan harapannya tersebut.
Siapa Song Seong-rye
Suka roti dan dessert, tapi karena alergi gluten yang diidapnya sejak lahir, ia tidak bisa makan "roti tepung terigu" yang dijual di pasaran. Ia membuat sendiri roti yang bisa dimakannya, memulai latihan membuat roti bebas gluten di ruko kecil berukuran 26 meter persegi, dan berkat promosi dari mulut ke mulut, ia pun membuka toko Sunny Bread di Hannam-dong. Berkat seorang pencuri yang tidak mencuri uang dan hanya makan roti dengan lahap di tokonya selama 4 jam, toko kecil itu pun berhasil masuk liputan berita. Buku lain yang pernah ditulisnya adalah Sunny Bread Gluten-free Homebaking.
Sumber: Buku Finding My Bread
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pecinta buku memoar, spesifik fans Sunny Bread, atau yang sedang mencari kisah sukses bisnis bakery dengan produk bebas gluten, yang menampilkan proses awal ide bisnis ini terbentuk, jatuh bangun pemilik bisnisnya dalam mengembangkan usaha. Sebuah insight bisnis yang dikemas ringan (bukan buat pembaca yang mengharapkan strategi detail dan elaborasi problem usaha yang mendalam), diserta ilustrasi yang manis dan cute. Ada bonus resep-resep bebas gluten yang sangat bisa untuk dicoba.
-----------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff
National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff
Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff
A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read more