0

Review Buku Think Like a Monk - Jay Shetty

Published: Friday, 04 December 2020 Written by Dipidiff

 

 

 #14 on Amazon Chart this Weeks

 

Judul : Think Like a Monk

Train Your Mind for Peace and Purpose Every Day

Penulis : Jay Shetty

Jenis Buku : Self Help

Penerbit : HarperCollins Publisher

Tahun Terbit : 2020

Jumlah Halaman : 352 halaman

Dimensi Buku :  23.40 x 15.30 cm

Harga : Rp. 265.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 9780008355562

Paperback

Edisi Bahasa Inggris

Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)

 

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Di usia 18 tahun, Jay Shetty belajar magang di suatu perusahaan keuangan di London dan belajar di biara di Asram, Mumbai. Dari pengalaman itu Jay membandingkan kondisi mental yang ia rasakan setiap ia selesai menjalani proses magang maupun belajar di biara. Ia merasa lebih damai dan bahagia ketika pulang dari Asram, dan tidak demikian saat selesai menjalani program magang kerjanya. Di hari wisuda kelulusan kuliah, Jay memutuskan untuk tidak hadir dan memilih belajar lebih lanjut di biara hingga 3 tahun lamanya, yang mana keputusan ini ditentang oleh orangtuanya. Selesai belajar di biara, Shetty kembali ke London, dan mendapati banyak teman-temannya yang berkarir mengalami kondisi mental tertentu seperti stress, hampa, jenuh, hingga depresi. Shetty kemudian membantu mereka mengatasi problema-problema itu. Dan buku ini ditulis berdasarkan pengalaman hidup Jay Shetty tersebut.

Dalam buku yang menginspirasi dan memberdayakan ini, Shetty memanfaatkan waktunya sebagai biksu dalam tradisi Veda untuk menunjukkan kepada kita bagaimana kita dapat membersihkan penghalang jalan menuju potensi dan kekuatan kita. Dengan memanfaatkan kebijaksanaan kuno dan pengalamannya yang kaya di ashram, Think Like a Monk mengungkapkan bagaimana mengatasi pikiran dan kebiasaan negatif, dan mengakses ketenangan dan tujuan yang ada di dalam diri kita semua. Pelajaran yang dipelajari para biksu sangat dalam tetapi seringkali abstrak. Shetty mengubahnya menjadi nasihat dan latihan yang dapat kita terapkan untuk mengurangi stres, meningkatkan fokus, membangun hubungan, mengidentifikasi kemampuan tersembunyi kita, meningkatkan disiplin diri, dan memberikan hadiah yang kita temukan dalam diri kita kepada dunia. Shetty membuktikan bahwa setiap orang dapat dan harus berpikir seperti seorang biarawan.

 

Yuk kita intip daftar isinya

PART ONE LET GO

1. IDENTITY

I Am What I Think I am

2. NEGATIVITY

The Evil King Goes Hungry

3. FEAR

Welcome to Hotel Earth

4. INTENTION

Blinded by th Gold

 

MEDITATION: Breathe

PART TWO GROW

5. PURPOSE

The Nature of the Scorpion

6. ROUTINE

Location Has Energy; Time Has Memory

7. THE MIND

The Charioteer’s Dilemma

8. EGO

Catch Me If You Can

 

MEDITATION: Visualize

PART THREE GIVE

9. GRATITUDE

The World s Most Powerful Drug

10. RELATIONSHIP

People Watching

11. SERVICE

Plant Trees Under Whose Shade You Do Not Plan to Sit

 

MEDITATION: Chant

 

Conclusion

Appendix: The Vedic Personality Test

Acknowledgements

Author s Note

Notes

Next Steps

Index

 

 

 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

 

Kadang saya berpikir, perlukah saya mengulas disain sampul sebuah buku. Di satu sisi rasanya tak banyak yang bisa diopinikan dari sebuah disain cover, tapi di sisi lain menurut saya sebuah disain sampul nyatanya berpengaruh besar pada nilai estetika buku dan daya tarik pertamanya. Termasuk buku yang satu ini, dimana sampulnya sepenuhnya menonjolkan figur Jay Shetty yang memang sudah populer, berikut ada namanya yang dicetak dengan huruf besar. Dan buat mereka yang belum familiar dengan nama penulis, ada kalimat judul yang menggugah rasa penasaran. 

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Siapa yang tak kenal Jay Shetty, influencer dunia maya yang menciptakan 400 konten viral dan podcast On Purpose-nya secara konsisten menempati urutan pertama podcast Health and Wellness di dunia. Follower media sosialnya lebih dari 38 juta, dan tahun 2018 video Jay Shetty di Facebook ditonton sebanyak 360 juta kali. Sekali lagi saya bertanya, siapa yang tak kenal Jay Shetty (?). Jawabannya adalah saya.  *shame on me.
 
Tapi justru karena itulah, rasa penasaran saya begitu besar pada buku Think Like a Monk ini lantaran profil Jay Shetty yang ternyata begitu luar biasa. Besar harapan saya bukunya mencerminkan kualitas Jay Shetty sebagai influencer ternama. *dan saya tidak kecewa.
 
Buku dibuka dengan cerita personal dari Jay Shetty yang menyampaikan betapa enggannya ketika pada suatu hari ia diajak seorang temannya untuk menghadiri sebuah acara yang dibawakan oleh seorang biarawan. Tapi karena temannya bersikeras, akhirnya pergilah Shetty ke sana, dan tak butuh waktu lama baginya untuk kemudian terpesona oleh wibawa dan pembawaan biarawan tersebut. Titik ini menjadi turning point baginya dalam hal memandang kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Saya sendiri belum pernah mendengarkan seorang biksu berbicara. Momen yang serupa dengan Jay Shetty ini mungkin bisa disamakan dengan saat saya mendengarkan kebijaksanaan yang disampaikan oleh pemuka agama yang saya anut. Ini relate sih jadinya. Maka pengalaman Jay Shetty ini logis dalam pemikiran saya.

When I was eighteen years old, in my first year of college, at Cass Business School in London, one of my friends asked me to go with him to hear a monk give a talk.

I resisted. “Why would I want to go hear some monk?”

I often went to see CEOs, celebrities, and other successful people lecture on campus, but I had zero interest in a monk. I preferred to hear speakers who d actually accomplished things in life.

My friend persisted, and finally I said, “As long as we go to a bar afterward, I'm in. “Falling in love” is an expression used almost exclusively to describe romantic relationships. But that nights, as I listened to the monk talk about his experience, I fell in love. ..

Page ix

 

My first impression of the monk, whose name was Gauranga Das, was that he was doing something right, and later I would discover that science backs that up. In 2002, a Tibetan monk named Yongey Mingyur Rinpoche traveled from an area just outside Kathmandu, Nepal, to the University of Wisconsin-Madison so that researches could watch his brain activity while he meditated. The scientists covered the monk's head with a shower cap-like device (an EEG) that had more than 250 tiny wires sticking out of it, each with a sensor that a lab tech attached to his scalp. At the time of the study, the monk had accumulated sixty-two thousand hours of lifetime meditation practice.

..

The researchers said he had the brain of someone ten years younger.

Researches who scanned Buddhist monk Matthieu Richard’s brain subsequently labeled him “the World's Happiest Man” after they found the highest level of gamma waves – those associated with attention, memory, learning, and happiness - ...

Page x –xi

 
 
 
Think Like a Monk adalah sebuah buku pengembangan diri yang memaparkan 'how to think like a monk', dan menjelaskan bahwa semua orang bisa berpikir seperti biarawan sehingga bisa meraih kedamaian dan menemukan makna hidup yang sebenarnya tanpa harus menjadi biarawan.

Why should we think like monks? If you wanted to know how to dominate the basketball court, you might turn to Michael Jordan; if you wanted to innovate, you might investigate Elon Musk; you might study Beyonce to learn how to perform. If you want to train your mind to find peace, calm and purpose? Monks  are the experts. ..

Monks can withstand temptations, refrain from criticizing, deal with pain and anxiety, quiet with the ego, and build lives that brim with purpose and meaning. Why shouldn't we learn from the calmest, happiest, most purposeful people on earth? ...

Page xii

 

... I know monks who were in finance and in rock bands. They grow up in schools, towns, and cities just like you. You don't need to light candles in your home, walk around barefoot, or post photos of yourself doing tree pose on a mountain top. Becoming a monk is a mindset that anyone can adopt.

Page xii

 
 
Ada tiga bagian utama di dalam buku ini. Part 1 Let Go, Part 2 Grow, Part 3 Give.
 
Di Part 1 Let Go, kita akan menemukan cara melepaskan diri kita dari pengaruh eksternal, hambatan internal, dan ketakutan yang menahan kita. Bagian ini memang seolah-olah dihadirkan sebagai pembersihan jiwa agar memiliki ruang untuk bertumbuh. Jay Shetty memberikan saran-saran seputar melepaskan ketakutan dan bagaimana seharusnya pola pikir positif menyikapi sebuah ketakutan.

THE CAUSE OF FEAR: ATTACHEMENT

THE CURE FOR FEAR: DETACHMENT

Though we are developing intimacy with our fear, we want to see it as its own entity, separate from us. When we talk about our emotions, we usually say we are that emotion. I am angry. I am sad. I am afraid. Talking to our fear separates it from us and helps us understand that the fear is not us, it is just something we're experiencing. When you meet someone who gives off a negative vibe, you feel it, but you don't think that vibe is you. It's the same with our emotions – they are something we're feeling, but they are not us. Try shifting from I am angry to I feel angry, I feel sad, I feel afraid. ..

Page 55

 
Ada pembahasan tentang menemukan identity dan value (mengaudit kehidupan, filter oeo (opinions, expectations, obligations), tentang negativity (tipe orang-orang yang negatif, cara membalikkan negativity, 25/75 principle, alokasi waktu, dll); topik ketakutan (stress response, mengatasi ketakutan, dll); dan intention (4 macam motivasi, tangga 'why', cara menghidupkan niat, dll). Semua hal yang dibahas menarik sekali buat saya. Salah satu yang dibahas di bab ini adalah tentang menemukan jawaban atas WHY. Sejenak saya teringat pada bukunya Simon Sinek yang berjudul "Start with Why". Pertanyaan why memang krusial dalam kehidupan kita, karena di balik why kita temukan niat dan tekad.

DO THE WORK

Once you know the why behind the want, consider that work behind the want. What will it take to get the nice house and the fancy car? Are you interested in that work? Are you willing to do it? Will the work itself bring you a sense of fulfillment even if you don't succeed quickly – or ever? The monk who asked me why I wanted to learn all of the scripture by heart didn't want me to be mesmerized by the superpowers of other monks and to seek those powers out of vanity. He wanted to know if I was interested in the work – in the life I would live, the person I would be, the meaning I would find in the process of learning the scriptures. The focus is on the process, not the outcome.

Page 79

 
Part 2 Grow berisi insight yang dalam tentang bagaimana membentuk kehidupan yang baru atau memperkuat yang lama, sehingga kita bisa membuat keputusan dengan niat, tujuan, dan keyakinan.
 
Ada pembahasan tentang tujuan hidup (cara menemukan panggilan jiwa, passion, profil dharma, dll); topik rutinitas (strategi produktifitas dan membentuk habit, dll); tentang the mind (menguasai emosi dan pikiran, dll); dan topik ego (bahaya ego, cara mengendalikan ego, dll).
 
Di Part 3 Give, ada pelajaran untuk melihat dunia dalam kacamata yang lebih luas, yakni di luar diri kita. Di sini kita diingatkan kembali tentang bersyukur dan menghargai  serta membangun setiap hubungan yang ada dalam hidup. Di titik ini kita berbagi, memberi, dan melayani orang lain dengan tulus karena dengan cara tersebut kegembiraan sejati akan hadir di dalam hati.
 
Di sini dibahas tentang rasa syukur (cara bersyukur, membiasakan bersyukur, manfaat bersyukur, dll); tentang hubungan (circle of love, menentukan ekpektasi, network of compassion, keluarga, menjaga kepercayaan, six loving exchange, bangkit dari patah hati, dll); dan melayani (service is the highest purpose, manfaat melayani dan memberi, mindset, menerima panggilan jiwa, dll)

Gratitude also helps us overwelcome the bitterness and pain that we all carry with us. Try feeling jealous and grateful simultaneously. Hard to imagine, right? When you're present in gratitude, you can't be anywhere else. According to UCLA neuroscientist Alex Korb, we truly can't focus on positive and negative feelings at the same time ..

...

For years, researches have shown that gratitude plays a major role in overcoming real trauma. A study published in 2006 found that Vietnam War veterans with high levels of gratitude experienced lower rates of post-traumatic stress disorder (PTSD). If you've been through a breakup, if you've lost a loved one – if anything has hit you hard emotionally- gratitude is the answer.

Page 207

 
Menurut saya isi buku ini padat berisi dan banyak insight yang bisa kita ambil.
 
 
 
Banyak bagian-bagian menarik yang saya temukan dan sukai dari buku ini, misalnya ilustrasinya yang khas,
 
Picture : Beberapa ilustrasi yang ada di dalam buku
 
 
cerita-cerita kehidupan personal penulis yang menginspirasi, misalnya saat Jay Shetty belajar di biara ia bertemu dengan biksu kecil yang berwibawa, yang kemudian menjelaskan padanya tentang pentingnya Breathe karena sejak lahir, hal utama dan pertama yang dilakukan seorang manusia adalah bernapas, begitupun dalam menjalani kehidupan, pernapasan berpengaruh pada setiap sendi kehidupan, ketika marah, ketika senang, dan berbagai emosi yang muncul, lalu ketika seorang manusia meninggal dunia, itupun ditandai dengan berhentinya napas, maka Breathe adalah pelajaran pertama di sekolah biksu. Menarik ya :)

I vividly remember my first day of monk school. I had just shaved my head but I wasn't wearing robes yet, and I still looked like I was from London. I noticed a child monk – he can't have been more than ten years old – teaching a group of five-year-olds. He had a great aura about him, the poise and confidence of an adult.

“What are you doing?” I asked.

“We just taught their first class ever,”he said, then asked me, “What did you learn in your first day of school?’

“I started to learn the alphabet and numbers. What did they learn?”

“The first thing we teach them is how to breathe.”

“Why?” I asked.

“Because the only thing that stays with you from the moment you're born until the moment you die is your breath. All your friends, your family, the country you live in, all of that can change. The one thing that stays with you is your breath.”

...

Page vviii

 

By the time I was wrapping up my final year of college, I had decided what path I wanted to take. I told my parents I would be turning down the job offers that had come my way. I always joke that as far as my parents were concerned, I had three career options: doctor, lawyer, or failure. There's no better way to tell your parents that everything they did for you was a waste than to become a monk...

...

When you try to live your most authentic life, some of your relationship will be put in jeopardy. Losing them is a risk worth bearing; finding a way to keep them in your life is a challenge worth taking on.

Page 5

 

kisah-kisah kebijaksanaan pada biarawan juga menjadi bagian yang menarik buat saya, karena kaya akan hikmah dan metafora. Misalnya Is This Dust or Is It Me yang saya kutipkan sedikit di bawah ini, yakni sebuah kisah dimana guru Jay Shetty menjelaskan kondisi seorang manusia itu seperti masuk ke sebuah ruangan yang penuh debu dimana di ujung ruangan itu terdapat cermin besar yang tidak bisa dilihat karena terhalang debu dan kotoran. Baru setelah si anak manusia membersihkan/menyingkirkan debu dan kotoran itu (external influences) ia akan bisa melihat pantulan dirinya di cermin (true selves).
 

IS THIS DUST OR IS IT ME?

Gauranga Das offered me a beautiful metaphor to illustrate the external influences that obscure our true selves.

 

We are in a storeroom, lined with unused books and boxes full of artifacts. Unlike the rest of the ashram, which is always tidy and well swept, this place is dusty and draped in cobwebs. The senior monk leads me up to a mirror and says, "What can you see?"

Through the thick layer of dust, I can't even see my reflection. I say as much, and the monk nods. Then he wipes the arm of his rob across the glass. A cloud of dust puffs into my face, stinging my eyes and filling my throat.

He says, "Your identity is a mirror covered with dust. When you first look in the mirror, the truth of who you are and what you value is obscured. Clearing it may not be pleasant, but only when that dust is gone can you see your true reflection."

Page 7

 

Tentu saja ada banyak ajaran-ajaran biksu berikut kutipan kitab seperti Mahabharata di dalam buku ini, yang mana tak terhindarkan juga karena di sini penulis memang ingin menjelaskan isi pikiran seorang biksu.

The epic battle of Mahabharata is about to begin. The air is thick with anticipation: Thousands of warriors finger the hilts of their swords as their horses snort and paw at the ground. But our hero, Arjuna, is terrified. He has family and friends on either side of this battle, and many of them are about to die. Arjuna, among the fiercest fighters of the land, drop his bow.

Page 46

 
 
Ada studi kasus yang aktual, dan pustaka ilmiahnya yang argumentatif,
 

In 1902, the sociologist Charles Horton Cooley wrote: “I am not what I think I am, and I am not what you think I am. I am what I think you think I am.”

Let that blow your mind for a moment.

Page 3

 
 
 
juga hasil riset, survey,

Bad things do happen. In our lives, we're all victims at some point – whether we're being racially profiled or being cut off in traffic. But if we adopt a victim mentality, we're more likely to take on a sense of entitlement and to behave selfishly. Stanford psychologists took 104 subjects and assigned them to one of two groups – one told to write a short essay about a time they were bored, and the other write about a tie when life seemed unfair or ...

Page 23

 

A few decades ago, scientists conducted an experiment in the Arizona desert where they build “Biosphere 2” – a huge steel – and-glass enclosure with air that had been purified, clean water, nutrient-rick soil, and lots of natural light. It was meant to provide ideal living conditions for the flora and fauna within. And while it was successful in some ways, in one it was an absolute failure. Over and over, when trees inside the Biosphere grew to a certain height, they would simply fall over. At first, the phenomenon confused scientists. Finally, they realized that the Biosphere lacked a key element necessary to the tree’s health: wind. In a natural environment, trees are buffeted by wind. They respond to that pressure and agitation by growing stronger bark and deeper roots to increase their stability.

We waste a lot of time and energy trying to stay in the comfortable bubble of our self-made Biospheres. We fear the stresses and challenges of change,  but those stressed and challenges are the wind that makes us ...

Page 50

 
 
maupun buku-buku sumber yang membuat pemaparan Jay Shetty menjadi berbobot.
 
 
Di sana-sini kita juga akan menemukan semacam tips, strategi, trik yang di layout rapi dalam kolom TRY THIS. Humble sekali ya pemilihan judul kolomnya, sama sekali tidak berkesan memaksa dan menggurui.

TRY THIS: VISUALIZATION FOR TOMORROW

Just as an inventor has to visualize an idea before building it, we can visualize the life we want, beginning by visualizing how we want our mornings to be.

After you do breath work to calm your mind, I want you to visualize your self as your best self. Visualize yourself waking up in the morning healthy, ...

Page 131

 
 
Picture: Kolom TRY THIS
 
 
Setiap Part dalam buku selalu diakhiri dengan meditasi. Part 1 Let Go ditutup dengan chapter meditasi Breathwork, Part 2 Grow dengan meditasi Visualize. Part 3 Give dengan meditasi Chant.
 
Dan di bagian akhir buku ada 3 bab tambahan yakni: (1) Conclusion, yang isinya manfaat dan pentingnya meditasi, bagaimana cara melakukan breathwork, dan apa yang akan terjadi pada diri kita ketika meditasi ini sudah berhasil dilakukan, (2) Appendix yang isinya weda personality test (*weda kitab suci agama Hindu), (3) dan Join Community yang berisi informasi untuk mereka yang berminat bergabung di komunitas Jay Shetty Genius Coaching Community.
 
Saya menyukai penulisannya yang clear dan mudah dipahami. Sistematikanya jelas, ada poin-poin yang membantu, ada story telling yang menghidupkan suasana dan mengoneksikan pembaca ke topik yang dibahas.
 
Bagi saya, buku ini adalah buku self improvement yang bisa membantu saya untuk makin merenungkan keyakinan dan nilai serta niat saya, cara saya memandang diri sendiri, dan cara saya memilih serta berinteraksi dengan orang lain. Dan semua proses ini akan berujung pada kesadaran diri yang mendalam untuk melalui hidup dengan lebih bermakna.
 
Pada akhirnya, Think Like a Monk bukan buku yang berisi ajaran agama tertentu, karena penekanan penyampaiannya yang menggarisbawahi 'a wisdom of life.'
 

 

Siapa Jay Shetty

Jay Shetty lahir di London utara pada tahun 1987, Jay dan saudara perempuannya dibesarkan dalam keluarga kelas menengah India. Sampai usia 14, Jay berprestasi di sekolah, menghindari masalah dan mencoba yang terbaik untuk menjadi tumpuan harapan orang tuanya. Saat itu Shetty adalah anak muda yang pemalu dan introvert, yang diintimidasi karena kelebihan berat badan dan kutu buku. Ketika dia mulai sekolah menengah, banyak hal berubah. Shetty mulai bermain sepak bola dan rugby, menjadi lebih populer, dan mulai bergaul dengan teman-teman yang salah. Usaha Jay yang mencari sensasi membuatnya diskors dari sekolah lebih dari sekali saat dia mencoba untuk menemukan identitasnya.

Pada saat dia kuliah di Cass Business School di London pada tahun 2007, Jay telah memiliki rasa ingin tahu ke arah yang lebih produktif. Dia membaca otobiografi semua orang dari Malcolm X kepada David Beckham, terdorong untuk memahami akar kesuksesan dan membuat perbedaan di dunia. Namun, ketika seorang teman mengundangnya untuk mendengarkan seorang biksu memberikan ceramah, dia setuju pergi hanya jika temannya mau bergabung dengannya di klub sesudahnya. Malam itu, biksu Gauranga Das berbicara tentang prinsip pengorbanan diri. Dia berbicara tentang bagaimana orang harus menanam pohon di bawah naungan yang tidak mereka rencanakan untuk diduduki. Ini adalah momen transformatif untuk Jay. Biksu Gauranga mengatakan bahwa hal terhebat yang dapat seseorang lakukan dengan bakat dan keterampilannya adalah menggunakannya untuk melayani orang lain. Bagi Jay, ini adalah gagasan sukses yang sama sekali baru.

Sejak meluncurkan saluran videonya pada tahun 2016, Jay telah menghasilkan lebih dari 400 video yang mengumpulkan lebih dari 6,5 miliar tampilan dan memperoleh lebih dari 34 juta pengikut di seluruh dunia. Pada 2017, ia disebut oleh majalah Forbes 30-under-30 karena menjadi game changer di dunia media. Pada tahun 2018, ia memiliki video # 1 di Facebook dengan lebih dari 360 juta penayangan. 

Di podcastnya, On Purpose, Jay melakukan wawancara selama satu jam dengan tamu inspiratif yang berbeda. Beberapa di antaranya termasuk Kobe Bryant, Jada Pinkett Smith, Russel Brand, Novak Djokovic, Khloe Kardashian, dan Ray Dalio. Setiap hari Jumat Jay memberikan bimbingannya sendiri tentang topik seperti penundaan, kepercayaan diri, atau pengambilan keputusan.

Podcast, diluncurkan pada 2019, menerima 52 juta unduhan audio di tahun pertama dan seterusnya sepuluh juta tampilan dalam video podcast. Itu memenangkan Penghargaan Shorty tahun itu untuk kategori Kesehatan dan Kebugaran. iTunes menamai On Purpose di Top New Podcast's tahun 2019 dan secara konsisten memeringkat Jay sebagai Podcast Kesehatan # 1. Spotify menamakan Jay Podcast # 1 di India.

Pesan Jay telah beresonansi dengan perusahaan seperti Google, L'Oreal, Facebook, Coca Cola, HSBC, EY, Microsoft dan Accenture, yang telah mengundangnya untuk memimpin seminar dan memberikan ceramah dalam menemukan tujuan di tempat kerja, kesejahteraan untuk masa depan, dan strategi media digital. Jay Shetty menjadi fenomena budaya sehingga ia bahkan diminta untuk menggambarkan versi dirinya di trailer "Bad Boys For Life" dengan Will Smith dan Martin Lawrence.

Tahun 2020 Jay Shetty menulis buku Think Like a Monk

Simon & Schuster menerbitkan buku ini di AS dan Kanada, dan akan diterbitkan lebih banyak lagi di 30 negara di seluruh dunia. Jay tinggal di Los Angeles bersama istrinya, Radhi Devlukia Shetty, seorang ahli diet nabati danPenggemar pengobatan Ayurveda, yang dipersembahkan buku ini. Jay senang mendengarkan Drake digym dan suara alam saat bermeditasi. Shetty adalah penggemar Manchester United dan sangat mengagumi etos kerja dan determinasi Cristiano Ronaldo di lapangan. Jay dan Radhi suka makan direstoran nabati, mengunjungi spa, dan menghabiskan waktu di luar ruangan dengan bersepeda dan di ruang pelarian.

 

Sumber: Amazon. com

 

Rekomendasi

Buku ini saya rekomendasikan kepada para pecinta buku self improvement yang membahas kedamaian dan tujuan hidup yang dilihat dari pola pikir dan tingkah laku seorang biksu. Ada ilustrasi yang menarik di dalam buku ini. Banyak kajian ilmiah dan pengalaman hidup Jay Shetty yang dituangkan di dalam pemaparannya. Penjelasannya sistematis dan mudah dipahami serta tidak terasa menggurui.

 

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more