0

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence Michallon

Published: Wednesday, 23 August 2023 Written by Dipidiff

 

National Best Seller

One of The Most Anticipated Novels of 2023

GMA Buzz Pick

A LibraryReads #1 Pick 

One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023
One of 
Vogue’s Best Books of 2023
One of Goodreads’s Most Anticipated 
Books of 2023
One of 
New York Post’s Best Summer Books

One of CrimeReads’Most Anticipated Books of 2023
One of Apple’s Best Books of the Month – June 2023

 

Judul : The Quiet Tenant

Penulis : Clémence Michallon

Jenis Buku : Murder Thrillers, Psychological Thrillers, Suspense Thrillers

Penerbit :  Knopf (June 20, 2023)

Tahun Terbit : 2023

Jumlah Halaman : 480 halaman

Dimensi Buku :  6.08 x 0.99 x 9.16 inci

Harga : Rp. 285.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN :  9781524712471

Paperback

Edisi Bahasa Inggris

Available at Periplus Bandung Bookstore (ig @Periplusbandung)

 

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Aidan Thomas adalah pria pekerja keras dan sosok yang disukai di kota kecil bagian utara New York tempat dia tinggal. Dia tipe pria yang selalu mengulurkan tangan dan berkata-kata baik ke semua orang. Tapi Aidan memiliki rahasia kelam yang dia sembunyikan dari semua orang di kota dan orang-orang terdekatnya. Dia penculik dan pembunuh berantai. Aidan telah membunuh delapan wanita dan wanita kesembilan ia sekap di gudang halaman belakang, menunggu giliran untuk dibunuh.

Ketika istri Aidan meninggal, dia dan putrinya yang berusia tiga belas tahun, Cecilia, terpaksa pindah. Aidan tidak punya pilihan selain mengajak Rachel serta, memperkenalkannya pada Cecilia sebagai "teman keluarga" yang membutuhkan tempat tinggal. Aidan bertaruh pada Rachel, yang setelah lima tahun ditahan, kini telah tercuci otaknya dan takut untuk mencoba melarikan diri. Tapi Rachel adalah seorang pejuang dan penyintas, dan ia menyadari bahwa Cecilia mungkin saja menjadi penyelamat yang dia tunggu selama bertahun-tahun. Saat Rachel menguji batas-batas situasi kehidupan barunya, dia mulai menjalin hubungan dengan Cecilia. Dan ketika Emily, seorang pemilik restoran lokal, mulai menyukai duda tampan itu, Emily mendapati dirinya tertarik ke orbit Rachel dan Cecilia, dan nyaris menemukan rahasia Aidan.

Diceritakan melalui perspektif Rachel, Cecilia, dan Emily, The Quiet Tenant mengeksplorasi dampak psikologis dari kejahatan Aidan terhadap wanita dalam hidupnya—dan ikatan antara wanita tersebut yang memberi mereka kekuatan untuk melawan. 


Disarikan dari Amazon.com

 

Rekomendasi

The Quiet Tenant adalah buku psychological suspence thriller yang ditulis dengan sangat baik. Skillfully. Kekuatan unsur psikologis tokoh tersorot dengan jelas, meski tidak semua tokoh utama diberikan ending transformasinya, Cecilia misalnya. Latar belakang tokoh Aidan yang sangat sedikit juga menimbulkan tanda tanya, fokus tokoh Aidan terletak pada dualitas personality-nya. Lewat cerita pembaca bisa melihat dua sisi pribadi tokoh Aidan yang memang menjadi tujuan penulis. Pov-nya yang berubah-ubah, termasuk pov-2-nya yang unik memberikan pengalaman baca yang berbeda, terutama terkait opini dan koneksi pada tokoh Rachel yang menunjukkan sisi trauma yang ia alami. Tone cerita juga terasa tidak sama mengikuti pov tokoh, romance untuk Emily, cekaman thriller dan perjuangan untuk Rachel, gamang untuk Cecilia.

Kabarnya buku ini dibandingkan dengan kesuksesan novel bertema penyekapan lainnya, Room yang ditulis oleh Emma Donoghue, berkisah tentang seorang wanita yang dijebak di dalam gudang oleh pemerkosanya, ber-pov anak si korban yang berusia 5 tahun.

The Quiet Tenant, novel debut karya Clémence Michallon, akan diadaptasi oleh Blumhouse Television. Film thriller psikologis ini akan dibuat menjadi serial terbatas atau film streaming, setelah perusahaan produksi mendapatkan haknya. Sumber: starburstmagazine.com

Catatan: Kidnapping, rape, murder, death of parent, trauma.

 

 

This Book Review Might Have Spoiler!

 

Tokoh dan Karakter

Aidan Thomas, pembunuh berantai, menyekap Rachel di gudang belakang rumahnya

Rachel, mencoba bertahan hidup dan mencari jalan melarikan diri dari Aidan

Cecilia, putri Aidan Thomas yang hidupnya dikendalikan 

Emily, pemilik restoran lokal yang jatuh cinta pada Aidan sejak pertemuan pertama yang berkesan ketika ia masih remaja

Nick, koki restoran milik Emily

Eric, staf restoran

Matt, teman dekat Rachel

Yowand, staf restoran

Melissa, salah satu korban yang dibunuh oleh Aidan Thomas

Judge Byrne, walikota pemilik rumah yang ditinggali Aidan dan putrinya

 

Empat tokoh utama pada cerita adalah Rachel, Emily, Cecilia, dan Aidan. Keempat tokoh utama ini dideskripsikan fisik maupun karakternya. Tokoh utama berdimensi 3 yang punya sisi baik dan buruk.

Buku psychological thrillers debutan Clémence Michallon ini mengangkat sisi psikologis tiga tokoh yang terlibat dekat dengan kehidupan seorang pelaku pembunuhan berantai bernama Aidan Thomas. Di lingkungan sosialnya, Aidan dikenal sebagai orang yang baik, pekerja keras, suami yang setia, dan pribadi yang dihormati. Tapi Aidan juga adalah seorang penculik dan sudah membunuh delapan wanita, kecuali Rachel yang ia sekap lebih dari lima tahun di gudang. So, buku ini menyoroti dualitas psikologi tokoh Aidan dan betapa mengerikannya hal ini sesungguhnya. Seseorang pembunuh bayaran bisa saja seorang ayah yang baik dan kekasih yang manis, dan seorang pembunuh sesungguhnya melakukan aktifitas-aktifitas seperti orang biasa ketika dia tidak sedang membunuh.

Aidan tidak minum minuman keras. Sikapnya tenang dan diam selama tidak diprovokasi. Mata biru, rambut pirang gelap dan wajah yang terawat rapi, tulang pipinya sangat halus, hampir rapuh, janggut rapi. Lingkaran gelap di bawah mata. Tangannya kuat. Dalam suatu adegan ia digambarkan bertopi abu-abu, rambut acak-acakan, tas ransel nilon hijau di bahunya, lain kesempatan ia memakai kemeja flanel dan mantel. Aidan adalah pria yang siap membantu orang yang kesulitan, membantu membetulkan generator, memperbaiki kereta luncur, dll. Seorang ayah yang baik dan pria terhormat.

This isn't a language Aidan Thomas speaks fluently. He's a deer on the side of the road, keeping still until you drive by, ready to bolt if you show too much interest.

..

Like a poem I know by heart but never tire of: blue eyes, dark-blond hair, neat beard. Lines under his eyes, because he has lived. Because he has loved and lost. And then, his hands: one resting on the counter, the other wrapped around his glass. Steady. Strong. Hands that tell a story.

Page 6-7

 

Aidan Thomas swirls the ice cube at the bottom of his drink. Takes a quick sip and swirl again. Here is the beautiful man, who has done so much for our town. Who lost his wife a month ago. Sitting at my bar, alone, even though he doesn't drink. I have to think that if there is a gaping hole at the center of his life, then maybe maintaining this habit has brought him some form of solace. I have to think this - out shared silences, our silent routine - means something to him, too.

Everyone in town has an Aidan Thomas story. If you're a kid, he saved your ass moments before the Christmas parade. He showed when you needed him, too belt cinched around his hips, to fix your wobbly sleigh, right your reindeer's antlers.

Page 15

 

You turn to look at him. His eyes gleam, translucent in the winter sun. His palms whoosh on the steering wheel. So basic. The bookstore in the background. Hands in the ten-and-two position. A guy running errands. A dad about town. A well-respected man, living a respectable life in a respectable town.

Page 185

 

Latar belakang Aidan Thomas tidak digarisbawahi di novel ini. Hanya beberapa poin yang dibagikan seperti ruangan di rumahnya yang tidak ada jejak identitas Aidan yang kuat selain foto Cecilia, koleksi buku almarhumah istri Aidan, dan beberapa barang kenangan. Tidak ada telepon rumah, tidak ada komputer desktop, ponsel tersimpan rapi, bahkan ponsel Cecilia ada di Aidan begitu Cecilia pulang dari sekolah. Apakah memang seperti ini perilaku seorang pembunuh berantai? Bagaimana menurut teman-teman?

It is right here, pulsing through the walls, like a quiet roar underneath the hardwood floors. The truth of him, encased in the very heart of this house.

Every item tells a story that may or may not be true. The medical thrillers: a dead wife's paperback collection, left over from a string of summer vacations, or a warning sign of a dark obsession with the human body? Childhood photos of Cecilia learning to swim in a motel s pool, "graduating" third grade, lost under a witch hat for Halloween: the usual tokens of family life, or props in the theater of his existence, placed here to keep up appearances?

This house - does it know him? or is it a movie set, an alternative world, built piece by piece, to hide his true self?

There are the things you see, and there are the things you notice for their absence: no landline. No desktop computer. You assume there is a laptop somewhere, locked in a drawer and password protected, taken out only for administrative tasks and homework. their cell phones live tucked away in their respective pockets.

Page 74

Latar belakang masa lalu yang membuat Aidan Thomas menjadi pembunuh berantai juga tidak ditonjolkan, dan tidak ada bagian ber-pov Aidan di dalam buku. Satu hal yang bisa jadi bahan dugaan hanya soal Aidan yang putus kuliah medis dan kemudian menjadi marinir yang bertugas di korps rumah sakit sebagai petugas di sana (page 77). Mungkin ia menyimpan dendam dan kebencian pada hidupnya karena itu. Apakah hal semacam ini cukup untuk mendorong seseorang menjadi pembunuh berantai? Bagaimana menurut teman-teman?

Cecilia leans forward conspiratorially. "He was a marine, too."She points at her dad with her chin. He tries to interject, "Cecilia -" but she continues. "He dropped out of college to serve."

Your fork clinks against your plate.

A marine.

"Wow."

You can't think of anything else to say.

"Hospital corpsman," he mumbles, his voice low. Forced to give you a part of himself. Something he was hoping to keep, like you with the marathon.

You don't know what a hospital corpsman is. You don't know what a hospital corpsman does. He dropped out of college to be one, so presumably being a hospital corpsman doesn't require a medical degree.

A story outlines itself: a man who wanted to be a doctor but couldn't do it. Distracted from his coursework by the thoughts swirling inside his brain, one obsessive circle, a deepening riff inside of him. He didn't drop out to serve, like his daughter just said. Rather, he dropped out and served. He became a hospital corpsman. He was discharged, honorably or dishonorably - you have no way to know. Something brought him here, wherever you are. He found a job. He found a wife. He became a man with a family and a house. He became the man you know.

Page 77

Dalam wawancara penulis dengan thebigthrill. org, Clemence menyampaikan bahwa ia menciptakan tokoh Aidan berlatar belakang militer karena mempelajari beberapa kasus nyata pembunuhan berantai dan mendapati sebuah pola latar belakang militer di profil si pembunuh.

 

The Quiet Tenant menjadi novel thriller yang menarik juga karena menggarisbawahi sisi psikologis tokoh utama wanitanya, dampak serta perjuangan Rachel (korban), Cecilia (putri Aidan), dan Emily (kekasih Aidan), untuk melawan kejahatan pembunuh tersebut. Konflik batin, ketidakpastian, cekaman rasa takut dan trauma mewarnai plot cerita.

Rachel, wanita yang disekap Aidan di gudang belakang, dideskripsikan sebagai wanita berambut panjang dan gelap dengan akar yang memutih juga helai-helai putih di rambutnya. Tulang rusuk menonjol, stretch mark di paha, rambut hitam di ketiak dan betis. Memar di lengan, luka-luka kecil di beberapa bagian tubuh. Pakaiannya dari bahan katun hitam, jeans bersih, kaos putih, hoodie abu-abu dengan resleting, sederhana, netral, murah, membosankan. Meski berpenampilan tanpa make up dan sederhana, Rachel tetap cantik dengan struktur tulang yang indah (chapter 55).

Menarik menyimak psikologis Rachel ketika melihat dirinya di cermin yang terkejut karena tidak mengenali dirinya lagi. Sangat berbeda dengan dirinya yang dulu. Dulu meski tidak merasa cantik, tapi Rachel ingat daya tariknya, rambut hitamnya yang legam, poni pendek, kulit yang sehat dan bagus, bibir yang berlipstik merah, mata besar dan bulat dengan eyeliner, dan tubuh berotot. Rachel yang sekarang tidak berponi, kulit kering tapi berminyak, kerutan di wajah, benjolan di pelipis hingga rahang, pipi cekung, tulang-tulang menonjol. 

A shape in the mirror. A woman. New and unknown. You.

You need a few seconds. To look at your hair, long and dark as it used to be, but the roots graying, a couple of white skunk stripes streaking past your shoulders. Ribs protruding, rolling under your skin as if threatening to poke through. The outline of your face.

Page 50

He positions you in front of the mirror and wipes off the fog with a washcloth. This is your chance to take a closer look at yourself. You were never pretty, not exactly, but on the right day, from the right angles, you were able to see the appeal of you. Your jet-black hair, your short-bangs. Good skin, save for a monthly breakout announcing your period. Defined lips. You could pull off red lipstick. You taught your-self winged eyeliner, white pencil on the rim of your lower lid. Eyes as large and round as possible.

The woman in the mirror doesn't have bangs. They grew out a long time ago. Your skin feels, somehow, dry and oily at once. There are new creases on your forehead, between your eyebrows, around your mouth. Pinhead bumps from your temples to your jawline. The weight loss has transformed your face, too. Your cheeks are hollow, permanently sucked in.

You used to be muscular and healthy. A runner who ate oatmeal and stretched on Sundays, an occasional yogi with a Pilates subsctiption. You walked as much as you could, ate when you were hungry, stopped when you were full. Your metabolism whirred, undisturbed. It was a miracle to you, this obedient little machine, this organism that rewarded you for taking care of it. and now he s ruined it. Ravaged it, like he does everything.

Page 51, 52

She's beautiful in that raw, earthy way that's the opposite of pretty. No makeup. Natural hair. Doesn't give a shit about her clothes, clearly. Why would she?

If I had her bone structure, I wouldn't care, either.

Chapter 55

 

Dulu Rachel seorang pelari dan rajin berolahraga serta menjaga kesehatan tubuhnya. Ia seorang yogi dan rutin Pilates. Ia pernah ikut Maraton Korps Marinir 2012 (Page 75) dan punya ketertarikan terhadap dunia kriminal dimana ia mempelajari teori dan kasus-kasusnya, ia tahu tentang Golden State Killer, The Unabomber, Son of Sam, The Grim Sleeper, the Green River Killer, the Butcher Baker (Page 172). Di beberapa narasi ditampakkan tokoh Rachel yang punya daya juang tinggi dan kecerdasan memengaruhi benak Aidan. Beberapa informasi tentang Rachel sebelum diculik buat saya memberikan dasar logika yang baik terkait ketahanan dan daya juangnya untuk survive.

Dari tokoh Rachel, kita bisa menyelami perang batin dan trauma psikologis yang ia alami impact dari penyekapan dan kekerasan yang ia terima bertahun-tahun. Psikologis ini muncul di beberapa adegan, misalnya saat Rachel dibawa ke kamar di rumah baru Aidan dan menolak untuk tidur di atas ranjang empuk karena cekaman perasaan tenggelam, dada terasa sesak, sensasi menusuk membuat tulang rusuknya seperti terbakar, dan perasaan tidak aman yang hadir salah satunya karena selama bertahun-tahun tidur di lantai di gudang. Bagi Rachel penting untuk mempertahankan kondisi seperti dulu seperti saat berada di gudang karena ia tahu bagaimana tetap hidup di dalam gudang dan ia dapat belajar melakukan hal yang sama di kamar yang baru. Di malam hari, Rachel bermimpi Aidan mengejarnya dan ia berlari kencang di jalan pedesaan yang dibatasi pohon. Sensasi terancam memenuhi tubuh dan pikiran, menyekat dan membakar tenggorokan (Page 74).

You slide off the mattress. With the slow, delicate gestures of a bomb disposal expert, you lie down on the floor. A knot unspools inside your chest. This is what you know. This is like the shed. You know how to stay alive in the shed. You can learn to do the same here.

Page  45

Pembaca sangat mungkin merasa frustasi karena sikap dan pikiran Rachel yang tumpul, yang tidak bisa bicara kalau dia disekap bahkan di depan orang lain yang mungkin bisa menolongnya, yang ragu-ragu melarikan diri bahkan ketika situasi memungkinkan untuk itu, atau frustasi karena hatinya yang baik ingin menyelamatkan orang lain alih-alih mengutamakan dirinya sendiri. Ada momen dimana Rachel tahu borgolnya tidak terkunci namun ia tidak memutuskan untuk kabur. Alasan dibaliknya dengan sangat jeli dan lihai dijalin Clémence Michallon agar pembaca tidak hanya merasa frustasi tapi juga menganalisis situasi lebih lanjut; bodoh atau justru cerdaskah keputusan Rachel ini, sekaligus menjelaskan dengan bold bagaimana psikologis tokoh Rachel. 

Does this mean you believe a second chance will come? Do you trust you will get another opportunity? A better, safer one?

This is your life. You saved yourself on the first day and you have saved yourself every day since. No one has come to your rescue. You have been doing this alone and you will come out of this alone.

This isn't the moment.

So where does that leave you?

You can't believe yourself. You bite your lips, tug at the delicate skin, bite down harder and harder and harder until something gives. You taste metal. You taste warmth. A fury grows in you, threatens to swallow you. You want to cry, shriek, wail. Conjure up a thunder storm with the powers of your mind. You want numbness. You want to soar above it all. You want to stop feeling the many parts of you being torn apart.

Another thing.

If he comes home and sees the open handcuffs, he'll realize he's sleeping. On the surface, he'll blame you, but deep down he will know. He will stop trusting himself. He will become more vigilant again.

You need him sloppy, distracted. You need his self-confidence intact.

Do it.

It is the greatest betrayal. It is an act of faith.

You don't stand up. Instead, you wrap your fingers around the cuffs and push the metallic ends together.

The mechanism clicks shut.

page  129

 

Tokoh Rachel juga dalam dugaan saya mengalami sindrom Stockholm, yakni kondisi ketika terbentuk ikatan psikologis dalam diri para sandera kepada para penyanderanya. Sindrom ini dihasilkan dari serangkaian keadaan yang cukup spesifik, yakni ketimpangan relasi kuasa selama masa penyanderaan, penculikan, atau hubungan yang kasar. Nama sindrom ini diambil dari kejadian perampokan Sveriges Kreditbank di Stockholm pada tahun 1973. Perampok bank tersebut, Jan-Erik Olsson dan Clark Olofsson, memiliki senjata dan menyandera karyawan bank dari 23 Agustus sampai 28 Agustus 1973. Ketika akhirnya korban dapat dibebaskan, reaksi mereka malah memeluk dan mencium para perampok yang telah menyandera mereka. Mereka secara emosional menjadi menyayangi penyandera, bahkan membela mereka. Istilah sindrom Stockholm pertama kali dicetuskan oleh kriminolog dan psikiater Nils Bejerot, yang membantu polisi saat perampokan. Sumber: Wikipedia.

Poin menarik lainnya adalah peran kehadiran Cecilia dalam transformasi psikologis Rachel. Interaksinya dengan Cecilia diceritakan membuat Rachel mengingat kembali potongan-potongan kenangan hidupnya sebelum disekap, saat dia masih remaja dan bersama orangtuanya, misalnya adegan sarapan bersama. Mungkin hal ini yang menyebabkan Rachel terbangkitkan tekadnya untuk melarikan diri karena umum diketahui sumber motivasi seseorang jika tidak untuk dirinya sendiri maka berarti untuk orang lain. Bagaimana menurut teman-teman pembaca?

Karakter dalam cerita menarik dan terasa nyata. Sebagai pembaca kita dapat masuk ke dalam benak tokoh. Meski frustasi karena sikap dan pikiran Rachel, namun ada sisi dimana pembaca diberikan kesempatan untuk bisa memahami keputusannya dan berempati lebih dalam pada para tokoh wanita utama di buku ini. Ada kekuatan dari bentuk kewaspadaan yang tenang pada tokoh Rachel, ketika ia berusaha bertahan hidup dan mencari saat yang tepat untuk menyerang dan atau melarikan diri.

 

Emily, gadis cantik pemilik restoran lokal bertemu Aidan pertama kali saat ia berusia 13 tahun. Aidan saat itu membantu ayahnya memperbaiki sirkuit motor yang rusak dan menghabiskan waktunya hingga kerusakan itu tertangani. Saat itu Emily masuk ke ruang makan dan mengucapkan terimakasih pada Aidan. Alih-alih memperlakukannya seperti remaja, Aidan justru menanggapi seperti orang dewasa.

 

Cecilia, putri Aidan berusia 13 tahun, digambarkan sebagai seorang gadis pemalu, yang bersedih dan tertekan. Wajahnya lebih bulat dari ayahnya, lebih lembut, dihiasi bintik-bintik dan dibingkai rambut merah bergelombang, bermata biru abu-abu dengan kilatan kuning di sekitar iris seperti mata ayahnya.

Agak sulit untuk menyimpulkan karakter Cecilia, jika ini dimaksudkan untuk menggambarkan karakter seorang remaja, kegamangan ini rasanya pas untuk hal tersebut.

 

Sisanya deskripsi tokoh hanya selintas saja, misalnya deskripsi Melissa, salah satu korban Aidan, dan hakim Byrne.

Melissa, berusia pertengahan tiga puluhan, tidak ada riwayat penyakit mental atau penggunaan narkoba, seorang pelukis dengan bengkel seni kecil.

Hakim Byrne bermantel abu-abu, tas kertas di bawah lengannya, berambut botak, bintik-bintik coklat melapisi pangkal kulit kepala, pita perak di jari manis kiri.

 

The Quiet Tenant ditulis dengan luar biasa, tokoh Rachel berkembang karakternya dengan baik, suspensenya bagus, sebuah buku yang menceritakan dominasi kekerasan mental dan psikologis, trauma dan daya juang korban, memberikan gambaran sisi jahat manusia yang tersembunyi, menakutkan karena bisa terjadi di kehidupan nyata. Buku ini membuat kita merenungkan apa sebenarnya yang kita ketahui tentang orang-orang di sekitar kita.

 

 

 

Alur dan Pov

Alur kombinasi maju mundur diselingi flashback (salah satunya flashback Rachel saat ia diculik oleh Aidan). Terus terang awalnya mungkin sulit untuk masuk ke dalam cerita karena bab-babnya yang singkat dan tokohnya yang kadang terasa samar meski babnya sudah diberi judul unik yang mengacu pada tokoh yang sedang diceritakan di bab bersangkutan.

Permainan pov-nya menarik dan menantang, kombinasi antara pov 1 korban nomor sekian, pov 1 Emily dan Cecilia yang bergantian, dan pov 2 dengan Rachel sebagai pusatnya. Tipe pov yang terakhir ini lumayan jarang ditemukan di buku-buku.

 

Awalnya Clémence Michallon menciptakan kisah di buku ini dengan pov 1 Rachel namun dalam perkembangannya ia ingin pembaca dapat menyelami dualitas kepribadian Aidan, sehingga merasa perlu untuk menambah pov tokoh lain. Lewat pov 1 Emily, pembaca dapat mengetahui identitas Aidan sebagai warga kota, dan dari pov 1 Cecilia, pembaca mengetahui siapa Aidan sebagai pria berkeluarga. Sementara itu pov 1 korban memperkuat profil tokoh Aidan sebagai pembunuh berantai dan cekaman kengerian pada kepribadiannya yang satu itu, tanpa menyoroti adegan-adegan pembunuhannya. Sedangkan Pov 2 Rachel menekankan trauma yang dialami tokoh (sumber crimereads. com).

Bagian yang saya suka dari novel debutan ini adalah permainan pov yang digunakan, dan sisi pendalaman psikologis para tokoh utama. Buku ini tidak hanya punya kombinasi pov 2 dan pov 1, tapi pov 1-nya juga ada yang beradegan pengalaman saat dibunuh dan seolah-olah renungan di korban (misal, adegan page 24). Kisahnya sendiri dipenuhi dengan psikologi tokoh, terutama perasaan dan pikiran Rachel, perkembangan emosinya, juga Cecilia dan Emily.

Pace-nya di beberapa adegan mungkin terasa lamban terutama ketika ada di periode latar kehidupan Emily sebagai pemilik restoran dan periode transisi Rachel dari gudang ke rumah. Tapi saya merasa bagian ini memang perlu dibangun karena alasan-alasan yang tertentu.

 

Latar

Cerita berlatarkan kota kecil bagian utara New York dengan beberapa lokasi seperti restoran milik Emily, rumah Aidan, gudang penyekapan, dan beberapa bab tidak begitu jelas latarnya dimana. Latar waktu masa kini karena di salah satu adegan menyebutkan podcast.

Beberapa fisik lokasi dideskripsikan detail misalnya rumah Aidan dan gudang.

Rumah Aidan yang lama digambarkan sebagai rumah di tengah sebidang tanah, rumput hijau, pohon willow, setiap tanaman dipangkas dan dirawat. Bangunan-bangunan kecil tersebar di sekitar properti, garasi terpisah, ada gudang, dan rak sepeda. Kabel listrik meliuk-liuk di dahan pohon. Rumah yang indah, untuk dihuni keluarga dan tempat dimana bunga bermekaran (page 9).

Gudang tempat Rachel disekap digambarkan sebagai bangunan dengan empat dinding abu-abu beratap miring, tanpa jendela, dikunci dengan gembok logam (page 9). Peralatan berserakan di lantai, sekantong pupuk di sudut, kursi dan meja yang bisa dilipat, setumpuk majalah, sebelum gudang kemudian dikosongkan, rantai dipasang di dinding, dan dempul disapukan di tiap celah dinding (page 167).

Rumah baru Aidan digambarkan sebagai rumah dengan halaman depan kecil, pohon dan pintu depan dengan bel dan keset selamat datang, ada tempat sampah beroda berwarna hijau dan hitam, di sisi lain rumah ada teras kecil, kursi logam, dan meja yang serasi. Ruang tamu dengan sofa, kursi berlengan, TV berukuran lumayan, meja kopi dengan beberapa majalah, bingkai foto di dinding dan rak buku di sudut berisi buku bersampul tipis. Di bawah tangga ada sebuah pintu. Lantai dua berlorong dengan kamar bertempelkan poster (page 43-44, 53). Seluruh rumah bersih dan tidak memiliki kepribadian. Kursi dari kayu di ujung ruangan dengan meja. Di ruang makan ada balok pisau di meja, penjepit di rak pengering, sendok, pembuka kaleng, gunting panjang, handuk dapur menutupi pegangan oven (page 53).

Di lantai atas, sebelah kanan, ada pintu dengan kenop pintu berbentuk bundar. Kamarnya kecil dan kosong, tempat tidur kembar di sebelah kanan ruangan, radiator di ujung ruangan, sebuah jendela bertirai gelap, sebuah lamput tergantung di langit-langit (page 44-45).

To your right is another door. Blank. Bland. He takes out another key, inserts it in the lock at the center of the round doorknob, and turns it. Smooth, silent. So deadly agile, even in the dark.

The room is small and bare. A twin bed immediately to your right, with one of those old, wiry iron frames. A small desk and the matching stool in a corner, a chest of drawers next to it. The radiator on the opposite end of the space. A window, obscured by blackout shades. It is the most amazing room you have ever laid eyes on. It is everything and nothing, yours and not yours, home and not home.

He shuts the door. a light fixture hangs from the ceiling but he makes no move to switch it on. Instead, he drops the crate onto the floor, undoes his end of the handcuffs, and gestures toward the bed.

Page 44,45

Tampak dari deskripsi di atas bahwa rumah Aidan yang lama adalah rumah dengan properti yang luas sedangkan rumah berikutnya lebih kecil sehingga ada kondisi-kondisi before -after yang terjadi disebabkan oleh perubahan lokasi ini terkait interaksi tokoh Aidan, Rachel, dan Emilia.

Dari wawancara Clemence dengan crimereads. com, ia mengatakan latar cerita ini didasarkan pada rumah mertuanya, dan kota Rhinebeck, sebuah kota yang indah tapi punya nuansa seram. Saat menulis buku ini Clemence sedang berada di rumah mertuanya dan semua orang tetap di rumah karena pandemi.

 

Konflik

Konflik utama cerita ada pada Rachel yang berusaha untuk melepaskan diri dari sekapan Aidan.

Konflik-konflik internal tokoh utama juga ada di cerita ini, yakni Rachel yang terjebak trauma penyekapan dan penyiksaan dengan manipulasi dari Aidan, dan kondisi mentalnya sendiri memang labil sebelum ia diculik. Ia menarik diri dari pergaulan, tertidur di kelas dan nilai-nilainya memburuk.

But there are things you know that he doesn't. Things that will work to his advantage. Anyone who knows you will say that you haven't been yourself. That prior to your disappearance, you became withdrawn. You fell asleep in class. Your grades suffered. You packed your belongings, left the city you loved and the people you knew.

A new story will emerge. Days will go by, weeks, months. People will say it to themselves at first, and then, as they get more comfortable, to one another: Maybe you went missing on purpose. Maybe you drove somewhere and allowed yourself to slip out of existence. You jumped into a ravine, fell into water. Maybe you started over somewhere else. Maybe you are free, finally, of your demons.

No one waits for their dead to come back to life.

Eventually people will stop looking for you. They will stop showing your picture. They will let you fade away. They will stop telling your story, until one day you re the only one left to remember it.

Page 168

 

Selain itu di satu bab diceritakan Rachel dilecehkan seksual oleh kekasihnya, yang dalam dugaan saya memperkuat kondisi mental Rachel yang labil atau mungkin justru karena kejadian itu maka mental Rachel kemudian tidak stabli. Pelecehan seksual nyatanya tidak harus oleh orang jahat, tapi bisa terjadi dengan seseorang yang dekat dan pasangan.

 

Emily tidak dalam kondisi mental yang kuat dan stabil sejak ditinggal meninggal tiba-tiba oleh ayahnya yang terkena serangan jantung dua tahun lalu, dan ibunya yang kecelakaan mobil di tengah kabut tak lama kemudian.

Konflik internal Cecilia seputar rasa takut tertentu terhadap ayahnya dan hidupnya yang dikendalikan oleh Aidan (page 74). Cecilia juga sempat mengalami kehilangan selera makan untuk sementara waktu setelah ibunya meninggal, ia menyimpan amarah pada situasi hidupnya (page 70-71).

Cecilia berpikir bahwa ayahnya punya teman-teman baru dan dia merasa kesepian. Hubungan kakek nenek dari pihak ibunya dengan ayahnya tidak harmonis, dan ayahnya adalah pribadi yang rumit, yang dalam dugaan Cecilia, ayahnya tidak punya masa kecil yang indah, yang ketika dewasa ingin menjadi dokter tapi malah menjadi marinir, yang meski sebagai ayah, ia adalah ayah yang mencintainya, tapi Cecilia tidak merasa cukup dan merasa gagal (page 144-116).

 

 

Hal-Hal Menarik Lainnya

Adegan romance-nya di buku ini kemungkinan terasa berbeda, agak 'nano-nano' karena meski manis tapi pembaca paham siapa Aidan sebenarnya. Di sini kita dapat menyelami perasaan ketertarikan Emily terhadap Aidan yang makin kuat seiring berjalannya waktu, juga momen-momen insecure selama berhubungan dengannya. Bagaimanapun juga Emily sudah menyukai Aidan sejak lama, dan kini pria itu membalas perhatian padanya. Apa yang terjadi kemudian juga trauma untuk Emily karena pada satu titik ternyata cintanya tidak hanya tidak terwujud namun seketika terhenti karena fakta kejam yang ada. Timbul spekulasi dalam diri saya, jika saja kejahatan Aidan tidak terungkap, mungkin Emily akan menjadi istri Aidan dan Rachel disekap lagi di gudang. Atau akankah Emily menjadi korban berikutnya? Bagaimana menurut teman-teman?

 

Saya juga suka ide-ide kecil tertentu di dalam cerita, misalnya aturan-aturan hidup di dalam gudang dan di luar gudang yang disebutkan oleh Rachel,

Rules of staying alive in the shed;

Rule 1, he always win, you have made sure about it
Rule 2, he always right, and you re always sorry
Rule 3, in his world, you are the purest thing, that happen to the two of you
dst
 

dan rules stay alive outside the shed, misalnya rule number 1 : you dont run unless you re sure, Rule number 3 : if you have to be his world, then you must be special. you must be the only one of you, rule number 6: you cannot burn yourself to the ground.

dst

 

Dan menurut saya penyebutan barang-barang tertentu yang dimiliki Rachel sebagai barang yang dimiliki korban-korban sebelumnya juga menjadi satu ide yang unik untuk buku ini. Bahwa Rachel membaca buku Stephen King It, dan memiliki beberapa barang lainnya, lalu di bab lainnya kemudian diceritakan lagi dari pov korban terkait barang-barang tersebut, membuat kesan tersendiri terkait pembunuh berantai dan psikologis tokohnya. Apakah ini merupakan psikologis yang umum ada pada pembunuh berantai? Bagaimana menurut teman-teman?

You try to meditate the hunger pangs away. You flip through the books he brought you, taken to the shed in no particular order. Stephen King's It. A tired paperback of A Tree Grows in Brooklyn. Mary Higgins Clark s Loves Music, Loves to Dance. The books came used. Dog-eared pages, notes in the margins. You asked him one day, a long time ago, if they were his. He shook his head. More trinkets, you figured. Things he took from the ones who weren't as lucky as you.

Page 19

 
He was surprised, I think, that I liked to read. The guys never thought of me as someone who might have liked to read. But I did. I wrote notes next to the passages that made me think, dog-eared the pages that made me feel. That night, I had two paperbacks on the dashboard of my truck: It and a thriller called Loves Music, Loves to Dance. I remember them both because I never got to find out how they ended.
He waited until I went to put my top back on. His hand shot out to my neck. Like a dare with himself. Like he knew that if he didn't do it then, he might chicken out forever.
His eyes widened as mine shut. The air of amazement on his face. Shock that he was actually doing this, and that my body responded in the correct manner. Shock that it was a real thing - that if you squeezed someone s throat hard enough, they would in fact stop moving.
I remember realizing, while he killed me: if he gets away with this, he'll think he can get away with anything.
Page 24
 
Lebih lanjut lagi ternyata buku-buku yang disebutkan di dalam cerita punya arti lebih bagi Clemence, misalnya buku Stephen King It yang ide awalnya berasal dari buku Misery dimana di dalam buku itu disebutkan tentang seorang tokoh yang menggunakan mesin tik sebagai beban untuk mendapatkan kembali kekuatannya dan di Quiet Tenant, Rachel menggunakan buku It untuk berlatih. Buku Loves Music, Loves Dance adalah buku tentang pembunuh berantai yang juga seorang pria baik-baik, dan non fiksi The Stranger Me karya Ann Rule adalah buku interogasi penulisnya yang merupakan sahabat dari pembunuh berantai Ted Bundy. (Sumber crimereads. com)
 
 

Latar kehidupan restoran dari tokoh Emily juga cukup hidup dengan narasi-narasi seputar pembuatan minuman, misalnya Cherry Coke dan Virgin old-fashioned, kesibukan operasional restoran misalnya aktifitas di dapur restoran, pentingnya menu yang berbeda dari menu rumahan, hari Sabtu yang sibuk sangat melelahkan buat semua orang yang bekerja (page 14,15, 29) bahkan sedikit narasi soal konflik mencuri ide resep antar pegawai, dan lain-lain.

 

Dari awal, kisah di buku ini membangkitkan rasa penasaran karena poin-poin misterinya, misalnya tentang apakah Cecilia dilecehkan secara seksual oleh ayahnya, mengapa Aidan tidak disukai oleh orangtua istrinya, dan siapa jati diri Rachel sebenarnya. Sayangnya tidak semua rasa penasaran ini terpuaskan begitu selesai membaca bukunya. Barangkali Aidan memang mencintai putrinya, meski definisi cinta di sini bisa jadi berbeda mengingat profilnya yang juga pembunuh berantai.

Tidak hanya itu rasa penasaran juga menghantui terkait korban-korban Aidan yang tidak dielaborasi mendalam, bahkan di beberapa chapter menceritakan adegan tokoh yang samar identitasnya (misalnya adegan halaman 151 yang bisa jadi Rachel atau justru bukan, atau adegan di chapter 38 yang berjudul the woman a long time ago). Hal-hal ini di satu sisi bisa menyebabkan pembaca bingung dan merasa tidak nyaman, tapi di sisi lain bisa jadi jadi bahan yang asyik untuk diskusi dan analisis.

 
Meski buku ini bukan tipe cerita yang punya kekuatan sensasi pada kekejaman dan kesadisan adegan pembunuhan dan penganiayaan tapi beberapa adegan malam penganiayaan cukup terasa mencekam dan menggambarkan rasa ngeri dan putus asa korbannya.
 
 
Kisah ber-ending tertutup dan berpenekanan psikologis tokoh, memberikan dorongan pada pembaca untuk berusaha memahami pikiran dan perasaan tiga tokoh utama wanita dalam cerita.
 
 
 
Menilik latar belakang Clémence Michallon yang bekerja sebagai jurnalis true crime tidak heran kalau ia punya pengetahuan yang luas terkait topik kejahatan. Dalam wawancaranya dengan crimereads. com ia mengatakan fiksi kriminal berhubungan dengan kejahatan di dunia nyata dan pengetahuan tentang true crime sangat membantu dalam penulisan buku ini. Namun Clémence mengalami kesulitan tersendiri untuk menciptakan pembunuh berantai fiksi dan tokoh-tokoh wanita yang terlibat. Ia ingin menciptakan tokoh yang berakar pada kenyataan tapi juga unik (sumber thebigtrhrill. org). Inspirasinya berasal dari seorang pembunuh berantai bernama Israel Keyes yang ditangkap dan meninggal di penjara tahun 2012 dengan kriminal penculikan dan pembunuhan berantai bertahun lamanya. Selain itu ada kasus Ted Bundy, Jeffrey Dahmer dan Dennis Rader yang menjadi inspirasi dualitas psikologi untuk tokoh Aidan, seseorang yang punya kehidupan sangat normal ternyata punya sisi gelap yang mengerikan.
 
 
The Quiet Tenant lebih tepat untuk psychology suspence. Kisahnya sendiri tidak punya plot twist yang mencengangkan dari sisi misterinya dan bukan tipe cerita yang berdarah-darah (gore). A well written and thought-provoking story.
 

 

Siapa Clémence Michallon 

Clémence Michallon lahir dan besar di dekat Paris. Dia belajar jurnalisme di City University of London, menerima gelar master dalam Jurnalisme dari Universitas Columbia, dan telah menulis untuk The Independent sejak 2018. Esai dan fiturnya membahas topik kejahatan nyata, budaya selebriti, dan sastra. Dia pindah ke New York City pada tahun 2014 dan baru-baru ini menjadi warga negara AS.

Sumber: Amazon

Buku pertama Clémence Michallon berjudul La Dernière Fois Que J’ai Cru Mourir C’était Il y a Longtemps (The Last Time I Thought I Was Dead Was a Long Time Ago), diterbitkan dalam bahasa Prancis, pada tahun 2020, sebuah novel sastar yang bercerita tentang seorang binaragawan wanita yang akhirnya harus mengelola toko roti saudara perempuannya, yang merupakan tantangan baginya. Buku ini dan The Quiet Tenant memiliki tema serupa, yakni tentang tubuh dan bagaimana orang lain menggunakan tubuh untuk menjadi kejam. Gagasan tentang kendali, trauma, dan tentang sifat tidak berperasaan laki-laki ada di kedua buku ini.

Source: Crimereads. com

 

 

 

Referensi:

betterreading.com. au

crimereads.com/clemence-michallon/

judithcollinsconsulting.com/single-post/the-quiet-tenant

thebigthrill.org/2023/05/booktrib-spotlight-the-quiet-tenant-by-clemence-michallon/

nytimes.com/2023/06/20/books/clemence-michallon-the-quiet-tenant.html

starburstmagazine.com/the-quiet-tenant-blumhouse-tv-rights/

 

 

 

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

Review Buku Earthlings - Sayaka Murata

14-02-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29   Judul...

Read more

TERBARU - STORIES OF PLACES

Tomoro Coffee (a Story)

11-09-2024 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Bandung sudah mulai masuk musim penghujan, setidaknya begitulah kelihatannya, karena dua hari ini hujan turun menjelang sore atau malam hari. Cuaca juga cenderung mendung dan syahdu. Cocok untuk ngopi di...

Read more

Woodyland Eatery Bandung (a Story)

23-07-2024 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Tak terasa Juli 2024 tiba. Saya masih ingat begitu susahnya mengatur jadwal untuk sekadar ngopi di cafe atau resto bersama teman. Agenda yang satu ini memang salah satu yang paling...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - SELF EDUCATION

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more