Rethinking Everything – The Disrupted Disruption Series
Pada artikel sebelumnya, kita membahas cukup banyak tentang disrupsi yang terdisrupsi. Waktu itu saya paparkan ada empat langkah yang perlu dilakukan untuk bisa survive atau bahkan menang dalam masa ini. Ke-empat langkah tersebut adalah:
- Pikirkan kembali semuanya. Semua yang telah dipikirkan dan dirancang, gelar seluruhnya di atas meja, lihat kembali semuanya satu-persatu, pikirkan ulang dengan masak-masak, lalu pilih mana yang masih bisa dilakukan, dan mana yang harus dibuang karena sudah tidak lagi relevan.
- Rancang rencana aksimu. Rancang tindakan yang akan kamu lakukan. Pertimbangkan pilihan-pilihan yang telah dibuat, jangan menutup diri untuk memunculkan pilihan-pilihan lain, lalu mulailah rancang rencana aksi.
- Seperti yang sudah dibahas pada tulisan terdahulu, kita sudah terlambat memulai. Selain itu, persaingan juga makin ketat, baik dari orang yang sama memulai sama terlambatnya dengan kita, atau dari yang telah memulainya terlebih dulu. Berlarilah.
- Temukan kembali dirimu. Introspeksilah apa yang telah terjadi, belajarlah dari segala yang baik dan buruk yang telah menimpa kita, perbaikilah semuanya dari sana. Dan jangan lupa untuk bersyukur.
Pada diskusi kali ini, kita akan membahas langkah pertama saja. Untuk langkah-langkah selanjutnya akan di bahas pada tulisan-tulisan selanjutnya.
Back to the Drawing Board
Bahwa COVID-19 telah menghancurkan rencana liburan kamu, terima sajalah. Meski kalian sudah membeli tiket pesawat dan mempersiapkan akomodasi, sudah merancang jadwal kunjungan dari hari pertama sampai terakhir, sudah menyiapkan strategi untuk nembak atau melamar kekasihmu, lepaskan sajalah. Selesaikanlah ratapanmu, lalu kembalilah ke meja gambar.
Hal pertama yang perlu kita miliki adalah kesadaran bahwa apa yang dulu kelihatannya relevan, sangat mungkin tidak relevan lagi saat ini. Atau paling tidak, membutuhkan perubahan signifikan bila ingin tetap bisa relevan.
Bagi kamu yang berbisnis misalnya. Dunia bisnis saat ini sudah berubah jauh. Tahun 2019 itu seakan-akan sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu kita tinggalkan. Bisnis kuliner, penginapan atau hotel, pariwisata, yang terkait dengan hospitality, rata-rata terpuruk. Bisnis retail yang mengandalkan toko offline juga terdampak parah. Bahkan usaha sesederhana bisnis odong-odong yang kita sering temui di komplek-komplek pun ikutan terimbas korona.
Mengetahui bahwa virus ini berdampak luas bagi kita, orang-orang di sekeliling kita, dan pelanggan kita, maka kita harus segera melihat kembali rencana yang ada. Kembalilah ke meja gambar kita, tempat kita pertama kali membuat rancangan-rancangan tersebut. Lakukan lima hal ini.
Pertama, pastikan apa yang kamu benar-benar inginkan. Di dalam situasi yang normal, mengetahui dengan benar apa yang menjadi keinginan kita kadang sudah susah. Biasanya karena kita bingung sendiri atau sekedar ngga tahu apa yang kita mau. Apalagi dalam situasi tidak normal seperti ini.
Cari tahu apa yang menjadi target akhir kamu, setidaknya dalam jangka pendek saat masih berada dalam situasi pandemi ini. Bagi kamu yang sudah tahu tujuan akhir yang ingin kamu capai itu apa, bagus banget. Bagi yang belum, tidak pernah ada kata terlambat untuk memiliki impian. Paling tidak, milikilah target jangka pendek.
Setelah kamu yakin dengan apa yang kamu inginkan, maka langkah yang kedua adalah: taruh semuanya di meja. Rencana perjalanan, rencana karir, rencana menikah, umroh, naik haji, proyek-proyek ambisius yang dapat menyelamatkan dunia dari kelaparan dan pemusnahan global, semuanya lah pokoknya. Gelar seluruh rencana di atas meja.
Jika tidak punya rencana, bagaimana? Harusnya sih kamu punya rencana, hanya saja mungkin tidak tertulis. Kalau memang begitu, ya tulis saja. Tidak perlu membuat business plan atau proposal yang ribet, ngga usah yang kayak gitu-gitu. Tulis saja di secarik kertas kosong. Kenapa perlu sampai ditulis segala? Alasannya sederhana, yakni memudahkan kita untuk fokus dan memvisualisasi, dan supaya tidak ada yang terlewatkan. Untuk informasi, menuliskan rencana atau tujuan sebenarnya sangat penting untuk dilakukan. Tapi ini lain waktu saja kita bahas.
Ketiga, pikirkan dengan matang setiap rencana tersebut. Ada dua hal yang perlu kamu lakukan di langkah ini. Pertama, bandingkan dengan tujuan yang telah kamu pastikan di awal (langkah pertama). Pertanyakan apakah setiap rencana yang kamu lihat tergeletak di depan meja kamu sudah sesuai dengan tujuan awal tadi. Mana yang tidak terlalu pas, mana yang bisa di ganti, mana yang mutlak harus ada.
Setelah itu, sebagai hal kedua, kamu perlu melakukan analisa secara mandiri. Silahkan pakai metode apapun yang menurut kamu yang paling baik. Mau pakai algoritma yang ribet-ribet, silahkan. Mau pakai rumus-rumus fisika-kimia-matematika, juga boleh. Yang penting di analisa. Saran saya, minimal yang kamu perlu pertimbangkan adalah: Tingkat kegentingan, tingkat kepentingan, biaya, dan sumber daya lain yang diperlukan. Tingkat kegentingan berkaitan dengan waktu dan level urgensi sebuah aktifitas, sedangkan tingkat kepentingan berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas tersebut. Biaya berbicara tentang seberapa besar investasi yang perlu kamu keluarkan, dan sumber daya lain adalah semua hal lain yang perlu kamu relakan (waktu, usaha, dan lain sebagainya). Berikanlah penilaian terhadap rencana-rencana kamu tersebut, minimal dari empat ukuran tadi. Caranya bebas, kamu bisa saja memberikan penilaian dalam bentuk angka, huruf, atau apapun. Tantang dirimu sendiri untuk muncul dengan argumen-argumen logis terhadap alasan mengapa kamu memberi nilai-nilai seperti itu.
Ilustrasi
Keempat, perhatikan nilai-nilai yang kamu berikan. Pikirkan sekali lagi dengan matang, karena nanti keputusan ada di tangan kamu sendiri. Meski nilainya tinggi-tinggi, tetapi kalau hati bicara lain, ya tetap saja hasilnya nanti lain. Sama seperti dalam memilih pasangan. Meski si A itu nilainya sempurna, tapi kalau hati kita terlanjur tertambat kepada yang lain, mau bicara apa lagi. Jadi pertimbangkan semua dengan matang.
Bila perlu, minta pendapat dari orang-orang yang kamu percayai pendapatnya. Bisa orang tua, pasangan, saudara kandung, sahabat dekat, atau orang lain yang menurut kamu objektif dan ingin kamu maju. Kamu juga bisa melibatkan orang luar yang memang lebih paham soal begini-beginian, misalnya atasan kamu, konsultan, mentor atau coach. Bila kamu cukup pede dengan penilaianmu sendiri, ya tidak apa-apa juga. Tetapi meminta pendapat orang lain, apalagi kalau orang tersebut lebih berpengalaman dari kamu, terkadang ada manfaatnya juga. Minimal memberikan pencerahan dan sudut pandang yang berbeda.
Use It or Scrap It
Langkah terakhir adalah yang paling sulit: MEMUTUSKAN. Disebut paling sulit karena memang tidak mudah untuk berani mengambil keputusan di saat kondisi yang ada di depan mata tidak menentu. Dari semua rencana tadi, akan ada rencana yang ditunda atau bahkan dibatalkan. Biasanya ini yang rada sulit karena kadang suka ada sentimen yang bermain. Menunda atau membatalkan sebuah rencana yang sudah disiapkan dari awal dengan matang biasanya sulit dilakukan karena persoalan emosi. Misalnya menunda rencana pernikahan, pasti tidak mudah untuk memutuskannya. Untuk hal ini, jelas dalam membuat kamu perlu melibatkan orang lain, setidaknya pasangan kamu.
Di luar itu, ada juga rencana-rencana yang akan tetap dijalankan. Nah kalau sudah begini, tinggal nanti ditelaah lebih lanjut, apakah pelaksanaannya memerlukan penyesuaian atau adaptasi tertentu, atau dapat langsung jalan seperti rencana awal. Untuk persoalan ini kita bahas di artikel berikutnya.
Intinya sih seperti ini, guys. Dalam kondisi seperti ini, kamu perlu segera memutuskan apakah rencana-rencana tadi akan jalan atau tidak. Pilihannya hanya ada dua: Jalan (sesuai rencana awal atau dengan penyesuaian) atau tidak jalan (tunda ataupun batal sekalian). Putuskan dengan bijak apa yang kamu perlu lakukan. Libatkan orang-orang yang kamu percayai, baik itu lingkaran terdekat kamu, atau dari pihak-pihak lain yang bisa melihat kondisinya dengan lebih objektif. Kamu perlu untuk segera bertindak, karena waktu terus berjalan dan tidak akan menunggu kamu untuk mengambil langkah. Sementara itu, teman-teman kamu, pesaing kamu, atau orang-orang yang lain, bisa jadi sudah bergerak lebih dulu ketimbang kamu.
Begini, COVID ini berdampak kepada semua orang, di semua bidang. Tidak ada satu pun yang luput dari dampak pandemi ini.
Di dalam dunia bisnis, banyak perusahaan yang harus melakukan kalibrasi ulang terhadap rencana bisnis mereka (dengan cara yang mirip di atas, hanya metode dan alatnya saja diberi nama yang lebih fancy) karena mereka ingin bertahan. Fokusnya bergeser, dari yang tadinya mencari kemenangan (keuntungan, capai target, atau apapun itu namanya) menjadi sekedar bertahan saja, yang penting tidak bangkrut.
Dalam dunia pekerjaan, sama saja. Banyak yang berencana berpindah pekerjaan tahun ini, tetapi akhirnya urung karena takut tidak dapat bertahan di tempat baru. Banyak juga yang sudah berencana menimba karir di suatu tempat, tetapi ternyata terkena PHK karena COVID-19. Ada juga yang stress karena pencapaian target jauh dari rencana awal karena terdampak pandemi. Strategi yang mau dilakukan di awal otomatis harus dienyahkan karena waktu itu dibuat tidak memperhitungkan kehadiran virus sialan itu.
Kehidupan pribadi? Sama juga. Ada yang berencana mau kuliah ke luar negeri, tetapi batal karena negaranya kena lock down. Jangankan negaranya, universitasnya juga di lock down sekalian. Target-target pribadi yang sudah direncanakan tahun lalu pun banyak yang batal.
Kita harus menyadari bahwa hal-hal seperti ini mungkin saja akan terjadi, atau bahkan sudah menimpa kita. Jika belum, segera lihat kembali rencana yang ada, analisa kembali, dan putuskan mana yang akan tetap dijalankan, mana yang tidak. Bila rencana sudah terlanjur rusak, jangan meratap terlalu lama. Ingatlah bahwa argo kehidupan jalan terus. Ratapi bila perlu, menangislah sekencang-kencangnya. Tetapi setelah selesai, berdirilah, dan ambillah sikap. Taruh semua rancangan kamu yang tersisa di atas meja, sisir satu persatu, pilih yang terbaik, dan mulailah kembali dari sana. Pandemi ini memang belum selesai, tetapi bukan berarti hidup kita juga yang harus berakhir. Pikirkan kembali segala sesuatunya dari awal. Ambillah keputusan untuk segera bergerak maju.
Baca juga artikel terkait
TERBARU - Review Buku
Review Buku Novelist as a Vocation - Har…
01-03-2023 Dipidiff

New York Times Best Seller Sunday Times and New Stateman Book of The Year A Most Anticipated Book: Esquire, Vulture, LitHub, New York Observer Judul : Novelist as a Vocation Penulis : Haruki Murakami Alih Bahasa...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read moreReview Buku Kiki's Delivery Service - Ei…
21-12-2022 Dipidiff

A Junior Library Guild Selection. Kiki's Delivery Service is a Japanese classic, beautifully translated by Emily Balistrieri and brought to life with exquisite illustrations by Joe Todd-Stanton. Judul : Kiki's Delivery Service Penulis...
Read moreReview Buku Hayya - Helvy Tiana Rosa …
19-12-2022 Dipidiff

Judul : Hayya Penulis : Helvy Tiana Rosa & Benny Arnas Jenis Buku : Fiksi Religi Penerbit : Republike Penerbit Tahun Terbit : Juni 2022 Jumlah Halaman : 294 halaman Dimensi Buku : 14 x 3...
Read more