Orchestrate Your Action – The Disrupted Disruption Series
– It takes as much energy to wish as it does to plan –
Eleanor Roosevelt
Ada seorang anak muda, cerdas, belum lama lulus kuliah. Waktu itu dia bekerja di perusahaan yang cukup bonafide, gajinya lumayan untuk ukuran anak fresh graduate. Di perusahaan tersebut, dengan bimbingan yang tepat, tantangan-tantangan yang cocok, sikap yang positif, pemuda ini akan memiliki karier yang cukup menjanjikan. Dan melihat sepak terjangnya, sepertinya memang begitu.
Pada satu titik, pria muda ini kemudian memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya. Sebenarnya bukan sebuah hal yang luar biasa. Pengunduran diri itu hal yang lumrah dan terjadi dimana-mana. Tetapi yang membuatnya berbeda kali ini adalah karena anak muda ini mengundurkan diri tanpa terlebih dulu mendapatkan pekerjaan baru. Padahal, dia memiliki label “potensi masa depan” melekat di dahinya. Ditambah lagi dia tidak memiliki masalah apapun dengan rekan kerja, atasan, atau yang lain. Banyak yang menyayangkan keputusan yang diambilnya. Banyak yang kaget, termasuk saya, ketika dia mengemukakan keputusan tersebut.
“Aku pengen mandiri, mau coba buka usaha sendiri.” Katanya. Lalu dari situ, mulailah dia mengejar mimpinya untuk menjadi pengusaha kuliner, seperti kebanyakan cita-cita anak muda. Waktu itu perusahaan-perusahaan Startup di bidang Teknologi belum marak. Dan memang impiannya waktu itu adalah membuka usaha kuliner, bukan yang lain.
...
OK, sebelum kamu berpikir akan ada plot twist, jangan mengira ini adalah kisah sukses seseorang yang berani mengorbankan karir demi mengejar mimpi. Karena rupanya perjalanan hidupnya berubah tidak lama setelah itu.
“Aku rada nyesel sih. Dulu udah lumayan enak padahal ya. Bos OK, kerjaan OK, temen-temennya OK, perusahaannya juga OK punya. Yah udah ngga bisa di-apa-apa-in lagi juga kan? Keputusan juga udah diambil, ngga ada gunanya juga nyesel kelamaan. Better mulai lagi, sambil lari lebih kenceng aja sekarang nih”. Kira-kira begitulah katanya.
Bisnis kulinernya tidak berjalan sesuai rencana. Karena satu dan lain hal, baik teknis maupun non-teknis, juga ditambah dengan minimnya pengalaman, akhirnya dia harus menutup bisnisnya tidak lama setelah dibuka. Ternyata impian yang dia bangun selama ini hanya mampu bertahan beberapa bulan lamanya.
Jadi jelas ini bukan cerita kesuksesan layaknya yang sering kita dengar, baca, atau tonton di film-film atau kisah-kisah motivasi. Memang dunia tidak pernah seindah itu. Banyak kisah luar biasa dengan tema from zero to hero, yang sering diangkat oleh media, para motivator, dan buku-buku pengembangan diri. Tetapi jangan lupa, banyak juga kisah-kisah sebaliknya – from hero to zero – yang luput diangkat, karena memang kurang menarik.
Apa yang terjadi kepada anak muda dalam kisah di atas bukan hal yang langka. Seorang yang masih belia, penuh ambisi, penuh energi, penuh keberanian, berjalan tegak dan seakan berkata-kata dengan lantang “aku menantangmu, dunia!”, hanya untuk kemudian berakhir mendapatkan sesuatu yang kita namakan “kegagalan”.
Ini adalah bagian ketiga dari seri tulisan Disrupsi. Pada tulisan pertama kita banyak membahas tentang disrupsi yang terjadi di dunia, dan betapa disrupsi itu “terdisrupsi” oleh sebuah virus sialan bernama COVID. Lalu pada tulisan kedua saya banyak bertutur tentang bagaimana kita perlu memikirkan ulang segala sesuatu yang kita rencanakan, termasuk cara-cara praktis untuk memprioritaskan rancangan-rancangan yang ada. Pada tulisan ketiga ini kita akan sedikit ngobrol tentang bagaimana cara merancang rencana aksi (action plan) yang ada.
Premisnya sederhana aja sih. Setelah kamu selesai memikirkan ulang prioritas-prioritas kamu, maka wajar jika setelah itu kamu merencanakan dengan lebih rinci bagaimana mencapai prioritas-prioritas tersebut. Nah, tulisan ini akan membahas tentang itu.
Ada beberapa hal yang kamu perlu lakukan untuk merancang sebuah action plan.
Pertama, jangan lupa dengan tujuan akhir yang ingin kamu capai. Soal tujuan akhir sudah kita bahas di artikel sebelumnya (Rethinking Everything), dan kita bahas lagi di sini, karena memang hal ini sangat penting. Kadang kita terlalu asyik mengerjakan sesuatu, sehingga kita lupa mengapa kita melakukan hal tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kita menyimpang dari tujuan sebenarnya, atau yang lebih parah, melakukan hal yang sebenarnya bertentangan dengan tujuan tersebut. Makanya penting bagi kamu untuk tetap ingat tujuan akhir. Ingat alasan mengapa kamu ingin menjadi dokter, atau pengusaha, atau profesional, atau profesi lainnya. Ingat alasan mengapa kamu ingin sekolah tinggi-tinggi sampai S3. Ingat alasan mengapa kamu meninggalkan pekerjaan tetap kamu untuk menjadi aktifis sosial. Ingatlah selalu pada tujuan akhir.
Caranya bagaimana? Tidak ada salahnya juga untuk mencatat. Kamu bisa mencatatnya di buku diary kamu (ooops, udah ngga jaman banget ya ini). Atau kalau mau lebih up to date, catat saja di gadget kamu. Kamu juga boleh membuat semacam resolution charter atau perjanjian dengan diri kamu sendiri. Formatnya bebas, tidak ada aturan, yang penting kamu bisa tulis tujuan yang ingin kamu capai itu apa. Intinya, tulis tujuan kamu. Tujuan yang tertulis akan memudahkan kamu mencapainya. Tidak percaya? Cari saja alasannya di google. Ada banyak buktinya di sana.
Berikutnya, hal kedua. Jika ada pertanyaan berikut: “Bagaimana cara makan seekor gajah?” Bagaimana kamu akan menjawabnya?
Ini adalah teka-teki garing jaman dulu yang sebenarnya merupakan teka-teki manajemen. Bagi yang belum pernah tahu tebak-tebakan ini, maka jawabannya adalah: Dipotong dulu kecil-kecil, baru dimakan sesuap demi sesuap. Kelihatan konyol, tetapi memang begitulah caranya.
Ini adalah langkah kedua yang perlu kamu lakukan. Setelah kamu tahu dan ingat tujuan akhir kamu apa, maka kamu perlu untuk mencacahnya kecil-kecil. Maksudnya adalah kamu perlu membuat tujuan antara, atau yang lebih keren disebut milestone.
Filosofinya sederhana banget, guys. Anggaplah kamu dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya via mobil pribadi, sendirian. Asal tahu saja, perjalanan Jakarta-Surabaya menghabiskan jarak lebih dari 700 Km. Kamu bisa saja langsung tancap gas menuju Surabaya, tetapi pastinya akan terlihat sangat jauh dan melelahkan. Maka yang kamu bisa lakukan adalah membuat check point kecil sepanjang perjalanan. Check point kamu misalnya di Cirebon, Semarang, Solo, baru terakhir di Surabaya. Check point inilah yang menjadi tujuan antara atau milestone kamu. Dengan adanya milestone, perjalanan yang awalnya terlihat sangat jauh akan terkesan lebih dekat. Adanya milestone juga dapat menghindarkan kamu dari tekanan atau stress untuk mencapai tujuan akhir yang kelihatannya sangat sulit di capai. MIlestone juga memberikan kesempatan bagi kamu untuk beristirahat sejenak dan merefleksikan kembali apa yang sudah kamu jalani sebelumnya.
Momen inilah yang sebenarnya sangat berharga. Dengan adanya kesempatan mengevaluasi di tengah-tengah, kamu dapat memperoleh insight dan pelajaran dari sana. Kamu jadi lebih sadar diri, tahu kapan mesti ke rest area untuk ke toilet, kapan kira-kira waktu mengantuk, kecepatan konstan yang enak itu berapa km/jam, dan seterusnya. Hal lain yang dapat kamu pelajari dari refleksi ini adalah tentang apa saja yang kamu bisa perbaiki/tingkatkan untuk mencapai tujuan akhir kamu dengan lebih baik atau lebih cepat.
Nah, dalam mencapai tujuan atau target pribadi kamu, buatlah target antara / milestone tersebut. Bagilah target kamu menjadi target-target yang lebih kecil, yang lebih mudah di capai. Kamu juga bisa melakukannya dengan membaginya ke dalam beberapa tahapan. Misalnya, kamu ingin menjadi pengusaha kuliner. Langkah-langkah apa yang kamu perlu lakukan supaya bisa menjadi pengusaha kuliner? Misalnya harus paham bisnis, punya partner yang dapat dipercaya, harus mengerti supply chain makanan, harus tahu cara masak, harus tahu finance, dan lainnya.
Jadi, kamu sudah punya beberapa milestone. Tinggal berikutnya kamu perlu merencanakan tindakan-tindakan untuk mencapai milestone tersebut. Kita masuk langkah ketiga.
Merencanakan tindakan-tindakan untuk mencapai milestone harusnya lebih mudah, karena target yang kamu tetapkan sudah semakin spesifik dibandingkan sebelumnya. Kuncinya ada pada kesederhanaan dan keterukuran. Jadi, untuk dapat memahami finance dalam konteks membuat bisnis kuliner, misalnya, tindakan-tindakan apa yang perlu kamu lakukan? Contohnya, ikut seminar mengelola keuangan bisnis, belajar tata kelola keuangan di youtube, pakai konsultan keuangan, atau lainnya. Buat se-simpel mungkin, dan pastikan tindakan-tindakan yang kamu rencanakan itu dapat terukur keberhasilan / kegagalannya.
Hal keempat yang perlu kamu lakukan adalah bersiaplah untuk kejadian yang terburuk. Bukannya menakut-nakuti, tetapi kebanyakan rencana manusia itu selalu ada cacatnya. Namanya saja “manusia tidak ada yang sempurna”, maka rencana yang dibuat manusia pun pasti tidak sempurna. Tetapi sebenarnya dibalik ketidak-sempurnaan itulah proses pembelajaran terjadi, dan kedewasaan terbentuk. Hanya saja, kadang proses tersebut sangat menyakitkan. Sehingga banyak yang menyerah, mengambil U-turn, atau berhenti begitu saja. Oleh sebab itu, kamu perlu bersiap diri, mempersiapkan segala sesuatunya, dan membuat rencana cadangan.
Usahakan untuk selalu memiliki Plan B, kalau bisa sampai C, D, dan seterusnya. Kalau terlalu susah, minimal rencana A yang kamu miliki sekarang ini memiliki fleksibilitas yang cukup baik, sehingga bila di tengah perjalanan butuh penyesuaian tertentu, kamu dapat langsung melakukannya tanpa mengorbankan keseluruhan rencana tersebut.
Jangan menutup kemungkinan untuk berpindah jalur atau mencari jalan lain jika di perjalanan kamu mengalami hambatan. Ingat kembali ke tujuan akhir yang ingin kamu capai. Banyak jalan menuju ke sana, kamu hanya perlu berpikir terbuka dan kreatif saja.
***
Oke, jadi kamu sudah mengetahui empat langkah sederhana untuk merancang rencana aksi kamu. Langkah-langkah yang kamu baca di atas bukan hal yang ribet, susah, atau canggih. Tetapi langkah-langkah sederhana itu justru yang banyak ditemui di korporasi-korporasi besar dalam upaya mencapai target mereka. Memang kadang cara paling efektif bukanlah cara yang paling mahal, canggih, atau njelimet. Justru kesederhanaan sering kali memegang peranan kunci dalam keberhasilan seseorang.
Memutuskan rencana yang ingin dilakukan itu perkara mudah, guys. Jika kamu ingin mundur dari pekerjaan kamu lalu banting setir menjadi pengusaha kuliner, maka keputusan itu dapat terjadi dalam hitungan mili-detik. Yang bikin ribet adalah konsekuensi yang mungkin terjadi setelah keputusan tersebut diambil.
Anak muda di awal tulisan ini membuat keputusan dengan berani. Tidak ada yang salah dengan keputusan tersebut. Dia telah mempertimbangkan beberapa opsi yang ada, dan akhirnya keputusan itulah yang diambil. Yang barangkali perlu dia pertimbangkan lebih matang adalah tindakan-tindakan yang dia ambil setelah keputusan itu di buat. Tujuan besarnya adalah membuat bisnis kuliner, lalu apa milestone-nya, tujuan antaranya? Lalu bagaimana cara mencapai milestone tersebut, apa saja ukuran pencapaiannya? Bila ada yang tidak beres, apa rencana cadangannya?
Tidak hanya dalam membuat keputusan bisnis saja guys. Dalam membuat tujuan pribadi pun sama. Entah kamu sedang mengejar sebuah impian, sebuah pencapaian, ambisi hidup, apapun. Semua akan lebih mudah tercapai bila kita punya rencananya. Terkesan sederhana, memang. Tetapi sekali lagi, kadang-kadang kesuksesan dapat dicapai dengan hal-hal yang sederhana. Sialnya, seringkali karena terlampau sederhana, jadinya kita lewatkan begitu saja.
Buatlah rencana aksi, rancanglah perjalanan mimpi kalian. Potong kecil-kecil gajahnya, barulah makan sesuap demi sesuap.
Baca juga artikel terkait
Rethinking Everythink - The Disrupted Disruption Series
Run, Forrest! Run! - A Disrupted Disruption Series
TERBARU - Review Buku
Review Buku Novelist as a Vocation - Har…
01-03-2023 Dipidiff

New York Times Best Seller Sunday Times and New Stateman Book of The Year A Most Anticipated Book: Esquire, Vulture, LitHub, New York Observer Judul : Novelist as a Vocation Penulis : Haruki Murakami Alih Bahasa...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read moreReview Buku Kiki's Delivery Service - Ei…
21-12-2022 Dipidiff

A Junior Library Guild Selection. Kiki's Delivery Service is a Japanese classic, beautifully translated by Emily Balistrieri and brought to life with exquisite illustrations by Joe Todd-Stanton. Judul : Kiki's Delivery Service Penulis...
Read moreReview Buku Hayya - Helvy Tiana Rosa …
19-12-2022 Dipidiff

Judul : Hayya Penulis : Helvy Tiana Rosa & Benny Arnas Jenis Buku : Fiksi Religi Penerbit : Republike Penerbit Tahun Terbit : Juni 2022 Jumlah Halaman : 294 halaman Dimensi Buku : 14 x 3...
Read more