Revelation, Not Resolution – 5 Resolusi Untuk 2021, dan 5 Alasan Mengapa Kamu Akan Gagal –
Revelation, not Resolution
– 5 Resolusi Untuk 2021, dan 5 Alasan Mengapa Kamu Akan Gagal –
Kamu pasti tahu kan apa yang biasanya dilakukan saat memasuki tahun baru? Bikin resolusi!
Dari yang canggih, menggugah peradaban, mengguncang dunia, sampai yang biasa-biasa saja. Dari yang level dunia-akhirat, sampai level RT/RW. Ada bermacam model resolusi tahun baru yang dibuat, apalagi tahun 2020 kemarin banyak sekali agenda yang tertunda karena COVID-19. Kira-kira resolusi kamu apa?
Nah... ini ada 5 jenis resolusi yang relevan untuk 2021. Siapa tahu cocok untuk kamu. Coba di cek.
1. Olahraga
Di tahun 2021, resolusi untuk berolahraga menjadi semakin relevan karena beberapa hal. Pertama, kondisi tahun lalu kurang menyenangkan untuk semua orang. Pandemi membuat kondisi mental kita sedikit banyak terganggu. Gampangnya begini, manusia secara natural membutuhkan kehadiran orang lain, dan pandemi membuat interaksi dengan orang lain makin terbatas. Ketiadaan orang lain akan mempengaruhi kondisi psikologis kita secara negatif. Olahraga dapat membantu meningkatkan kondisi mental* karena aktifitas tersebut meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan dan stres, meningkatkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kualitas tidur.
Alasan kedua lebih praktis. Dengan fakta tahun lalu kita lebih banyak beraktifitas rumah (yang dekat dengan sofa, ranjang, dan kulkas), maka tidak kurang ajar kalau ada yang menganggap berat badan kita sedikit bertambah. Jadi, perlu olahraga.
Alasan ketiga, sepertinya berolahraga akan terus menjadi tren di 2021. Bersepeda, balap lari virtual, home exercise, dan lainnya akan terus mewarnai tahun ini. Sebagaimana manusia, gak asik kalau ngga ikut tren, kan?
2. Dapat kerjaan OK, ada di antara kalian yang sebenarnya sudah kepengen pindah kerja dari tahun lalu, hanya tertunda karena pandemi. Penundaan yang bijak, karena pandemi ini membuat dunia kerja dilanda ketidak-pastian.
Tahun ini? Kondisi akan cenderung membaik dari sebelumnya. Dunia usaha sudah mulai dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada. Dengan berbekal pengalaman, pengetahuan dan beberapa penyesuaian strategi, kondisi bisnis akan lebih stabil dari tahun lalu. Hal ini juga didukung dengan vaksin yang sudah mulai diproduksi oleh beberapa perusahaan farmasi dunia.
Dengan begini, kalian bisa kembali berpikir untuk mencari pekerjaan baru. Tentunya harus dengan kepala dingin. Pertimbangkan segalanya dengan baik: aspirasi karir, passion, kebutuhan (keuangan, pembelajaran, kenyamanan, dll), kondisi perusahaan yang di tuju, kondisi industrinya, dan lainnya. Jika perlu, konsultasikan dengan orang-orang yang punya pengalaman atau terlatih untuk menangani hal-hal seperti ini.
3. Belajar kemampuan baru. Well... agak disayangkan kalau kalian tidak berhasil mengembangkan satu kemampuan apapun di 2020 kemarin. Ada begitu banyak pilihan pengembangan kemampuan yang ada. Menjamurnya webinar menjadikan satu-satunya alasan yang masih tersedia bagi kalian yang tidak bertambah kemampuannya adalah: MALAS. Mudah-mudahan sih kalian tidak begitu.
Tahun 2021 ini, kesempatan itu masih terbuka lebar. Selain karena tren pembelajaran online masih akan menanjak, juga karena kalian WAJIB untuk mengembangkan diri. Mengapa? Karena orang lain melakukan yang sama. Jika kalian tidak melakukannya, kalian akan semakin tertinggal dengan yang lain. Saat pandemi sudah selesai, dunia sudah kembali “normal”, balapan kembali di mulai, yang akan lebih cepat berlari adalah mereka yang sudah bersiap diri.
4. Klise, tetapi percaya atau tidak, banyak yang memasukkan ini dalam daftar resolusi tahun barunya. Kata-katanya bisa beda, tetapi intinya sama.
Menabung selalu menjadi resolusi yang baik, terlepas kondisi dunia seperti apa. Apalagi jika kalian memiliki tujuan spesifik dalam menabung, misalnya ingin membeli sesuatu yang lumayan fancy atau mewah. Mobil pertama, rumah pertama, pernikahan, ibadah umroh atau haji menjadi beberapa contoh keinginan yang butuh biaya ekstra. Karena merampok atau menjambret tidak disarankan sebagai resolusi yang baik, menabung menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih.
5. Berhenti merokok. Nah kalau ini lumayan spesifik. Tidak jarang perokok yang memasukkan resolusi ini di awal tahun. Ada yang iseng, coba-coba, ada juga yang serius. Tahun 2021 sepertinya resolusi ini masih relevan, terutama setelah mengetahui bahwa merokok meningkatkan potensi terjangkitnya COVID-19.
Menurut penelitian, potensi perokok terjangkit COVID-19 bisa dua-tiga kali lebih tinggi dari yang bukan perokok **. Hal ini, selain disebabkan karena tempat nongkrongnya SARS-Cov-2 (bagi yang belum tahu, ini adalah nama virus COVID-19) lebih banyak di saluran pernafasan para perokok, juga karena asap rokok dapat menurunkan imunitas tubuh, terutama imunitas saluran pencernaan. Alasan lain adalah karena merokok meningkatkan potensi penyakit komorbid seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Hal ini menyebabkan potensi infeksi COVID menjadi lebih tinggi.
Intinya, sebelum COVID, merokok sudah tidak baik. Sekarang di jaman COVID, tambah tidak baik lagi. Tahun 2021 adalah waktu yang tepat untuk mengubahnya.
Jadi, sudahkah kamu tahu mau pilih resolusi yang mana? Ataukah ada resolusi lain yang kamu mau terapkan tahun ini?
Sebentar..... tunggu dulu....
Bagi kamu yang mengira ini adalah tulisan mainstream layaknya artikel-artikel populer tentang resolusi tahun baru, perkiraan kamu agak meleset. Sebaliknya, tulisan ini mengkritik resolusi tahun baru.
Mengapa?
Sepanjang hidup kita, berapa persen sih resolusi tahun baru kita sukses dijalankan? Adakah di antara kita yang setiap tahun berhasil menyelesaikan resolusinya dengan lengkap?
Studi-studi menyatakan bahwa sekitar 80% dari resolusi tahun baru gagal terselesaikan ***. Di bulan Januari, memang semua orang semangat untuk menggenapi janji-janjinya. Tetapi lambat laun, semangat itu luntur dan hilang begitu saja. Bahkan sebuah penelitian mengatakan bahwa bulan Januari, jumlah orang yang nge-gym itu naik signifikan, hanya untuk turun kembali di bulan.... Februari. Jadi hanya bertahan satu bulan saja.
Jadi, resolusi tahun baru yang repot-repot kalian pikirkan, dengan segala peluh dan air mata kalian renungkan, dengan melakukan napak tilas sepanjang tahun ala perjalanan spiritual, semuanya itu, hanya bertahan sebentar.
Kenapa bisa begitu?
Minimal ada lima alasan kenapa resolusi tahun baru itu sering gagal.
Pertama, Resolusi tahun baru yang kerap terucap (Ingin berhenti merokok, olahraga rutin, menabung, dan lainnya) sebenarnya merupakan proses pembentukan kebiasaan baru. Pembentukan kebiasaan baru itu ibarat lari maraton, sebuah proses yang membutuhkan energi, sumber daya, ketekunan, kegigihan, dan waktu yang tidak singkat. Masalahnya, kebanyakan dari kita memperlakukan resolusi ini lebih seperti lari sprint, bukan maraton. Tidak sabaran, cepat bosan, mental ingin mendapatkan hasil secara instan, nafas pendek, dan lainnya, membuat janji yang harusnya kita perjuangkan sepanjang tahun hanya berhasil dijalankan beberapa saat saja.
Alasan kedua, kita sering membuat resolusi tahun baru tanpa perencanaan yang matang. Kebanyakan dari kita hanya mengucapkan resolusi dalam hati di detik-detik pergantian tahun, diimani dengan kuat, diakhiri dengan amin, lalu berharap dengan begitu keajaiban akan muncul dan kita tiba-tiba jadi rajin olahraga sepanjang tahun. Mohon maaf, caranya bukan begitu. Ketiadaan rencana yang matang membuat apa yang kalian ucapkan di awal tahun itu menjadi sekedar kata-kata kosong saja. Menang di niat, tapi kalah di segala hal yang lain.
Alasan ketiga, monitoring yang buruk. Hanya mengandalkan semangat juang dan sorot mata tajam seperti elang kadang tidak cukup untuk membuat segala sesuatunya berhasil. Kata-kata seperti “Saya pasti BISAAAA!” tidak akan mempan dipakai sepanjang tahun. Kita butuh alat yang dapat membantu kita melacak perkembangan kita. Kita butuh tracking system. Ini yang sering dilupakan. Kenapa? Karena mengucapkan janji itu mudah, menagih hasil itu yang susahnya minta ampun. Apalagi ketika kita menagih hasil untuk diri sendiri.
Alasan keempat, kurangnya komitmen dan konsistensi. OK, kita mulai menabung rutin. Bulan-bulan awal semuanya berjalan lancar. Tiba-tiba di bulan keempat, pacar kita ulang tahun dan kita ingin memberikan kejutan tak terlupakan, sedangkan gaji sudah terlanjur tiris. Lalu kita mulai kompromi: “ah tidak apa-apalah sesekali jajan dengan tabungan untuk event spesial. Tokh ini buat pacar. Pacar itu kan investasi”. Lalu uang tabungan kita ambil sedikit. Sekali terjadi, bulan-bulan berikutnya terjadi lagi dengan alasan yang lain. Di akhir tahun, ternyata jumlah tabungan kita bukannya bertambah, malahan berkurang.
Godaan di tengah perjalanan kerap membuat kita yang tadinya kokoh bagai karang menjadi letoy bagai spons. Ini yang menjadi tantangan kita, untuk dapat tetap berkomitmen dan menunjukkan konsistensi meski banyak tantangan yang terjadi selama perjalanan.
Alasan kelima, dan yang paling penting, adalah banyak orang yang tidak menyadari bahwa resolusi yang diucapkan adalah perubahan di tataran perilaku (behavior). Padahal, perubahan yang lebih penting terjadi sebenarnya ada di tataran pola pikir (mindset). Jika kita berupaya mengubah perilaku (berhenti merokok, rutin menabung, membaca buku, dst), tanpa terlebih dahulu paham dan menyadari alasan di balik itu, maka perubahan itu tidak akan bertahan lama.
Hal-hal yang kita ucapkan sebagai resolusi tahun baru itu sebenarnya ada di tataran How (cara). Yang sering kita lewatkan adalah Why (alasan di balik itu). Berhenti merokok adalah cara untuk bisa hidup sehat dan lebih lama. Kita ingin hidup sehat karena kita ingin membahagiakan keluarga kita, dan agak repot untuk membahagiakan keluarga dengan paru-paru rusak sebelah. Jika kita tidak menemukan alasan mengapa kita harus berubah, maka pola pikir kita tidak akan berubah. Jika tidak memiliki pola pikir yang benar, maka perubahan perilaku hanya bersifat sementara.
***
Resolusi tahun baru selalu menarik untuk dibuat. Bukan karena ikut-ikutan semata, tetapi biasanya tahun baru memang digunakan sebagai momen untuk berubah, memperbaiki diri, memulai segalanya dari awal. Resolusi membantu kita untuk menentukan target-target pribadi apa yang kita ingin capai di tahun yang baru. Tetapi sebelum membuat resolusi itu, pastikan bahwa kita mengetahui apa yang kita mau, apa yang kita butuhkan, dan mengapa kita membutuhkan tersebut. Lebih dari sekedar membuat janji semata, resolusi membutuhkan kesadaran diri, pencerahan, dan insight yang baik.
Jadi, jika di awal tahun ini kamu ingin membuat resolusi yang tahan sepanjang tahun, mungkin kamu bisa mencobanya dengan menggali, menemukan dan mengungkap diri kamu terlebih dahulu.
Selamat 2021.
Sumber:
* Seperti tertulis dalam https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160601075754-255-134925/empat-manfaat-psikologis-berolahraga
** seperti tertulis dalam https://covid19.go.id/p/berita/merokok-meningkatkan-potensi-terjangkit-covid-19
*** seperti tertulis dalam https://www.forbes.com/sites/markmurphy/2020/02/11/this-is-the-month-when-new-years-resolutions-fail-heres-how-to-save-them/?sh=67a2b9f4272f
About Jeff:
Jeffrey Pratama adalah seorang praktisi Human Resource yang telah 15 tahun berkarir di beberapa perusahaan terbaik di Industrinya. Selain sebagai seorang Executive Professional, Jeffrey juga merupakan seorang Coach yang tersertifikasi, dengan passion yang mendalam di bidang pengembangan diri dan karir, khususnya bagi anak-anak muda. Penggemar music jazz dan klub sepakbola Manchester United ini juga penikmat setia buku-buku, khususnya yang terkait dengan pengembangan diri dan bisnis.
TERBARU - Review Buku
Review Buku Novelist as a Vocation - Har…
01-03-2023 Dipidiff

New York Times Best Seller Sunday Times and New Stateman Book of The Year A Most Anticipated Book: Esquire, Vulture, LitHub, New York Observer Judul : Novelist as a Vocation Penulis : Haruki Murakami Alih Bahasa...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read moreReview Buku Kiki's Delivery Service - Ei…
21-12-2022 Dipidiff

A Junior Library Guild Selection. Kiki's Delivery Service is a Japanese classic, beautifully translated by Emily Balistrieri and brought to life with exquisite illustrations by Joe Todd-Stanton. Judul : Kiki's Delivery Service Penulis...
Read moreReview Buku Hayya - Helvy Tiana Rosa …
19-12-2022 Dipidiff

Judul : Hayya Penulis : Helvy Tiana Rosa & Benny Arnas Jenis Buku : Fiksi Religi Penerbit : Republike Penerbit Tahun Terbit : Juni 2022 Jumlah Halaman : 294 halaman Dimensi Buku : 14 x 3...
Read more