Revolution, not Resolution – 5 Cara Memenuhi Janji Tahun Baru –
Pada tulisan sebelumnya, kita banyak membahas tentang bagaimana resolusi tahun baru mudah sekali gagal tidak lama setelah janji tersebut terucap. Tidak sabaran, tidak punya rencana, tidak ada mekanisme kontrol, hilangnya komitmen dan ketiadaan konsistensi, serta pola pikir yang tidak berubah merupakan alasan-alasan mengapa resolusi tahun baru kita akan sia-sia segera setelah dilafalkan.
Sekarang mari kita bahas caranya supaya hal itu tidak terjadi.
Untuk membuat janji tahun baru kita tidak sekedar omong kosong belaka, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:
- Pastikan janji yang terucap memang diniatkan untuk ditepati.
Banyak orang yang mengucapkan resolusi tahun baru karena ikut-ikutan tren, diledekin sama teman-temannya, atau dapat tekanan dari keluarga untuk mengubah sebuah perilaku yang spesifik. Kita “terpaksa” membuat sebuah janji, dan akibatnya kita tidak benar-benar berusaha untuk memenuhi janji tersebut.
Motivasi untuk berubah dan memperbaiki diri haruslah datang dari dalam diri. OK, pemicu atau “paksaan” boleh saja datang dari luar, tetapi kita juga perlu untuk menerima adanya kebutuhan tersebut bagi diri kita secara pribadi. Jika orang tua memaksa kita untuk menikah padahal kita masih seru men-jomblo, misalnya, maka kita akan ogah-ogahan mencari pasangan. Kalaupun niat mencari, ada kemungkinan kita salah memilih pasangan karena terlalu deg-degan dikejar-kejar target. Yang penting ada dulu laah. Misalnya seperti itu.
Jadi, adalah penting untuk benar-benar menginginkan apa yang dijanjikan. Bagaimana caranya untuk mengetahui apa yang diinginkan dengan benar? Gali diri lebih dalam, tanyakan pada diri sendiri: “apa yang aku inginkan berubah dari diriku sendiri di tahun ini, yang membuatku menjadi orang yang lebih baik dari tahun sebelumnya?” Jika mentok, jangan ragu untuk minta pendapat dari orang-orang yang dianggap dapat memberi masukan terpercaya: orang tua, sahabat terdekat, atau pasangan.
Jika diperlukan, kita juga bisa bertanya kepada profesional yang memang memahami hal-hal semacam ini. Ada banyak orang yang memang memiliki keahlian profesional untuk membantu orang lain dalam hal-hal semacam ini. Konteksnya tidak hanya untuk memenuhi janji tahun baru, tetapi menggapai tujuan hidup. Carilah orang yang tepat, yang punya latar belakang keahlian terpercaya dan bukan yang abal-abal.
- Buat rencana yang jelas.
Sebenarnya metodenya sangat sederhana, tidak perlu ribet-ribet. Kamu dapat membuka kembali tulisan-tulisan lain di segmen Jeff’s Corner untuk tahu kira-kira gimana caranya membuat perencanaan yang efektif.
Tetapi intinya sih seperti ini, guys. Memiliki target tanpa ada rencana sama halnya dengan mau liburan tahun baru ke Bali tetapi ngga tau mau naik apa, sama siapa, beli tiket di mana, bawa duit berapa. Tahu ujungnya mau apa, tetapi tidak tahu cara mencapainya. Yang ada, nantinya akan kelabakan sendiri di hari H, dan ini akan membuat stres, dan membuat kita tidak dapat menikmati liburan dengan maksimal.
Nah.... sama saja seperti menjalankan janji tahun baru. Buatlah rencana dari awal. Tidak perlu yang canggih-canggih. Sekedar mencacah target besar ke dalam target antara / milestone, buat checkpoint-nya, atur strategi mencapai milestone tersebut, rayakan setiap keberhasilan yang ada, dan terus pelajari pola atau proses yang telah dijalani sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan. Semuanya dapat di baca kembali dalam seri tulisan Disrupted Disruption yang ada di platform ini. Monggo dikulik.
- Belajarlah dari yang sudah pernah melakukannya, minimal dari orang yang paham persoalannya.
Untuk memudahkan melangkah, kadang akan sangat membantu jika kita dapat menemukan orang yang sudah pernah menjalani prosesnya dengan sukses. Ambillah contoh kita ingin berhenti merokok di tahun 2021. Berusaha sendirian sih boleh-boleh saja, tetapi akan lebih mudah rasanya bila kita bisa berdiskusi dengan orang yang sudah sukses berhenti merokok. Paling tidak, ada kisah-kisah yang mungkin dapat menginspirasi kita untuk tetap semangat, saling menguatkan dan mengingatkan, dan bisa saja dia memiliki tips-tips untuk memudahkan proses “insaf” kita.
Selain kepada orang yang sudah pernah mengalami, kita juga dapat belajar dari orang yang paham persoalannya. Ibaratnya begini, ingin sembuh dari batuk bukan berarti kita perlu mencari orang yang sudah pernah batuk dan sembuh sebelumnya. Kita juga bisa bertanya kepada dokter. Sang dokter belum tentu pernah batuk, tetapi dia paham masalahnya apa, sudah terlatih di bidangnya, dan memiliki cara-cara untuk dapat menyembuhkan batuk kita. Carilah orang-orang yang paham, berdiskusilah kepada mereka.
- Umumkan pada dunia.
Tahu ngga, guys, ini adalah salah satu cara paling efektif untuk membuat kita tetap ingat akan janji tahun baru. Ketika kita berjanji, deklarasikan janji tersebut kepada dunia. Beritahukan kepada orang terdekat kita, apakah itu orang tua, sahabat, pasangan, siapapun. Unggah di media sosial, agar semua orang dapat melihatnya dengan jelas, dan sukur-sukur komen di unggahan kita.
Kenapa cara ini efektif?
Sederhana sih. Dengan membuat janji kita diketahui oleh publik, maka tekanan yang muncul kepada kita untuk memenuhi janji tersebut akan makin besar. Kita akan malu kalau sampai tidak berhasil mencapai yang kita janjikan. Dan karena prinsip primitif manusia adalah untuk menghindari kesengsaraan (dimana “rasa malu” sering dianggap sebagai kesengsaraan), maka kita akan lebih berjuang untuk dapat memenuhi janji tersebut.
Sisi lain dari public expose ini adalah untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat kita, sosok yang kita hargai, yang signifikan dalam perjalanan hidup kita. Dengan membagikan janji kita kepada mereka, secara tidak langsung kita sedang meminta dukungan moral dari mereka, dan biasanya inner circle kita akan langsung mendukung tanpa diminta.
- Nikmati prosesnya. Mulailah hanya jika kita telah siap.
Ini masih ada kaitannya dengan poin pertama di atas. Kita hanya boleh menjanjikan sesuatu apabila kita sudah yakin dan siap untuk menjalaninya. Termasuk janji tahun baru.
Kebanyakan janji tahun baru di buat saat tahun baru (ya iyalah yaa) karena rata-rata orang berpikir bahwa tahun baru adalah momen simbolis yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru. Padahal, ayo kita taruhan... berapa banyak orang yang bikin janji tahun baru di tanggal 1 Januari, kemudian langsung menjalankannya di tanggal itu juga?
Nah, guys.... buatlah janji bila kita sudah siap menjalankannya. Jika kita berjanji untuk rutin nge-gym, pastikan segera setelah berjanji, kita langsung pergi ke tempat gym untuk mendaftar. Paling tidak, buatlah perencanaannya dulu. Jangan karena mentang-mentang satu tahun itu minimal ada 365 hari, maka kamu bisa seenaknya berpikir : “ah minggu depan aja abis kelar liburan, mari sekarang menggenduuuut...”
Kalau masih mau menggendut, jangan buat janji untuk diet dulu. Lebih baik jika sekarang kita makan membabi-buta, baru setelah timbangan jebol kita mulai berjanji dan langsung diet saat itu juga, ketimbang kita janji diet di awal tahun tetapi masih nunggu kelar liburan.
Selanjutnya, dalam menjalankan janji yang kita ucapkan, sadarilah bahwa proses pemenuhan janji tersebut akan penuh tantangan dan godaan. Jika kedua hal itu muncul di tengah perjalanan, hadapilah dengan baik. Ingatlah pada tujuan akhir yang ingin kita capai di awal kita mengucapkan janji tersebut. Ingatlah pada checkpoint kita yang sudah ada di depan mata. Ingatlah pada alasan mengapa kita ingin berubah.
Di masa ini, komitmen dan konsistensi kita akan terus di uji. Jika mau lebih filosofis, sebenarnya kualitas kita sebagai manusia juga diuji. Jika kita tidak mampu memenuhi janji yang kita buat untuk diri kita sendiri, bagaimana bisa kita memenuhi janji yang kita buat untuk orang lain? Bila kita tidak menghormati diri sendiri, bagaimana mungkin kita dapat menghormati orang lain?
Meskipun perjalanannya sulit, kita harus terus melangkah, dan menikmati prosesnya. Nikmati tempaan yang diberikan oleh hidup, pukulan-pukulan dramatis yang dilontarkan semesta. Terima sakitnya, jadikan itu sebagai kekuatan untuk maju. Sadari bahwa apa yang kita alami, sesakit apapun itu, hanya akan membuat kita menjadi orang yang lebih kuat, yang lebih baik dari sebelumnya.
***
Resolusi tahun baru harusnya tidak di buat sebagai lucu-lucuan saja. Justru ini adalah momen yang tepat untuk memperbaiki diri. Akan tetapi, perbaikan diri membutuhkan pengorbanan yang kadang tidak sedikit. Minimal, dalam memperbaiki diri, kita mencoba meninggalkan diri kita yang lama. Jangan salah, tidak jarang kita terlalu nyaman dengan diri kita sendiri, sehingga sulit untuk meninggalkan diri kita yang lama.
Awal tahun ini, momen itu kembali datang untuk kesekian kalinya. Jika tahun-tahun sebelumnya kita masih abai, menganggap biasa saja janji-janji yang kita ucapkan dan tidak pernah benar-benar berusaha memenuhinya, maka pengalaman sepanjang tahun 2020 lalu harusnya dapat mengubah perspektif kita. Hidup hanya sekali, kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Tahun lalu banyak di antara orang-orang yang kita sayangi terkena dampak COVID-19. Banyak di antara mereka yang bahkan tidak mampu bertahan. Jika ada di antara kita yang masih bisa bernafas lega, syukurilah hal tersebut. Mulailah berterima kasih karena kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup.
Jangan menganggap remeh kehidupan kita, kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada kita tahun demi tahun. Jika sebelumnya kita malas memenuhi janji tahun baru, ada baiknya jika kita mulai berpikir beda. Jika tahun-tahun yang lalu kita masih bisa berujar “Ah masih ada besok, masih ada tahun depan”, tahun ini mungkin perlu hal yang berbeda.
Siapa yang bisa menjamin akan ada hari esok bagi kita? Siapa yang dapat memastikan kita masih punya kesempatan untuk hidup dan berkarya setelah hari ini? Gunakanlah kesempatan yang ada, perbaikilah diri kita dengan secepatnya, ubahlah hidup kita sesegera mungkin untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Karena belum tentu kesempatan itu akan datang lagi.
Sekali lagi, ubahlah, dengan segera.
About Jeff:
Jeffrey Pratama adalah seorang praktisi Human Resource yang telah 15 tahun berkarir di beberapa perusahaan terbaik di Industrinya. Selain sebagai seorang Executive Professional, Jeffrey juga merupakan seorang Coach yang tersertifikasi, dengan passion yang mendalam di bidang pengembangan diri dan karir, khususnya bagi anak-anak muda. Penggemar music jazz dan klub sepakbola Manchester United ini juga penikmat setia buku-buku, khususnya yang terkait dengan pengembangan diri dan bisnis.
TERBARU - Review Buku
Review Buku Novelist as a Vocation - Har…
01-03-2023 Dipidiff

New York Times Best Seller Sunday Times and New Stateman Book of The Year A Most Anticipated Book: Esquire, Vulture, LitHub, New York Observer Judul : Novelist as a Vocation Penulis : Haruki Murakami Alih Bahasa...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read moreReview Buku Kiki's Delivery Service - Ei…
21-12-2022 Dipidiff

A Junior Library Guild Selection. Kiki's Delivery Service is a Japanese classic, beautifully translated by Emily Balistrieri and brought to life with exquisite illustrations by Joe Todd-Stanton. Judul : Kiki's Delivery Service Penulis...
Read moreReview Buku Hayya - Helvy Tiana Rosa …
19-12-2022 Dipidiff

Judul : Hayya Penulis : Helvy Tiana Rosa & Benny Arnas Jenis Buku : Fiksi Religi Penerbit : Republike Penerbit Tahun Terbit : Juni 2022 Jumlah Halaman : 294 halaman Dimensi Buku : 14 x 3...
Read more