Apa sih yang Harus Saya Miliki di Usia 25 Tahun? (Bagian 1)
Akhir-akhir ini marak pembahasan di sosial media mengenai apa yang harus kita capai di usia 25 tahun. Bermula dari sebuah konten di twitter yang bertuliskan ‘usia 25 tahun idealnya punya apa?’, lalu meledaklah lini masa media sosial dengan berbagai unggahan para pelakunya. Ada yang berkata di usia tersebut idealnya sudah punya gaji minimal sekian, tabungan minimal sekian, cicilan rumah sudah beres sekian persen, sudah punya mobil pribadi, jabatan minimal anu, dan lain sebagainya.
Sah-sah saja sebenarnya memiliki pandangan seperti itu. Tetapi ada yang menarik. Kebanyakan yang dituliskan itu adalah keinginan yang merupakan hasil akhir dari sebuah proses. Gaji 10 juta atau memiliki jabatan minimal Manager adalah hasil akhir dari sebuah proses menyakitkan yang bernama “meniti karir”. Tabungan 100 juta adalah hasil akhir sebuah proses panjang bernama “ngirit dan nabung”. Punya mobil dan rumah pribadi adalah hasil akhir sebuah proses melelahkan bernama “ngurus KPM dan KPR”.
Orang yang baru mulai meniti karir rata-rata tidak langsung mendapatkan gaji 10 juta di awal karirnya, karena memang standar gaji yang berlaku umum di Indonesia tidak segitu. Memang ada perusahaan yang menawarkan lebih besar untuk posisi-posisi pemula, namun tidak banyak yang begitu. Artinya, orang tersebut harus berjuang untuk bisa naik gaji atau naik pangkat, sebelum bisa posting “saya punya gaji 10 juta”. Menabung 100 juta juga prosesnya tidak mudah. Betapa banyak gawai yang kita ingin beli hanya karena kita melihat teman (atau rival) di sebelah kita juga punya hal yang sama, betapa air liur kita mengalir deras ketika kita melihat sahabat-sahabat kita berlibur di pulau eksotis nun jauh di mata, betapa kita ingin membahagiakan pasangan kita dengan memberikan kejutan kepadanya meski itu menguras seluruh jatah makan kita selama 6 bulan. Hal-hal seperti itulah.
Artinya apa? Artinya adalah, untuk menulis sebuah konten itu mudah, tetapi mencapainya sebuah hal yang berbeda sama sekali. Keinginan-keinginan seperti itu memang asyik untuk ditulis dan dipajang di media sosial. Bahkan ada yang berkata “ini sebagai penyemangat bagi diri sendiri dan orang lain”. Tetapi akan lebih baik (dan menginspirasi) jika kita turut membagikan BAGAIMANA kita dapat mencapai keinginan-keinginan tersebut. Bukan hanya hasil akhir yang ingin kita capai, tetapi bagaimana cara kita mencapainya. Di usia 25 tahun itu (yang banyak dikatakan sebagai usia quarter life crisis), ada beberapa hal yang perlu dimiliki sebelum bisa posting gaji sekian puluh juta tadi. Kita akan membahas hal pertama di artikel kali ini.
Mindset.
Mindset adalah pola pikir atau sekumpulan pemikiran kolektif di dalam diri seseorang terhadap sebuah hal tertentu, yang dapat memengaruhi kita dalam bersikap dan berperilaku. Mindset berperan penting dalam kegagalan dan keberhasilan seseorang, karena dari mindset yang benar, maka akan muncul sikap yang benar. Sikap yang benar akan menunjukkan perilaku yang benar. Perilaku yang konsisten ditunjukkan akan menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan yang benar akan mengarahkan kita pada hasil yang benar. Kira-kira begitulah.
Nah, di usia 25 tahun, apa mindset yang kita butuhkan untuk bisa sukses?
Pertama, penting untuk memiliki pola pikir pembelajar. Di masa yang banyak disebut sebagai masa dewasa awal ini, penting bagi kita untuk terus mengamati dan belajar dari seluruh hal yang terjadi di sekeliling kita. Salah satu karakteristik pada fase dewasa awal adalah banyaknya terjadi kebingungan, baik yang disadari maupun tidak, terhadap apa yang terjadi di dunia. Jika dulu kita relatif lebih dapat bergantung pada orang lain di masa kecil, sekarang kita dituntut untuk bisa lebih mandiri dari sebelumnya. Jika dulu mungkin ada yang bisa menanggung kesalahan kita, sekarang jika kita tidak tepat mengambil keputusan, konsekuensinya akan semakin besar, baik bagi diri kita sendiri, maupun bagi orang lain. Untuk itulah kita harus terus belajar dan mengembangkan diri, mau terus membenahi diri untuk menjadi yang lebih baik. Mindset ini penting untuk dimiliki.
Kedua, kita perlu memiliki mindset untuk terus menantang diri sendiri. Banyak orang yang ketika sudah mendapatkan pencapaian yang diinginkan, mereka kemudian menjadi jumawa. Mereka puas terhadap pencapaian mereka, dan akhirnya mengendurkan otot, melepas pedal gas, dan akhirnya tertidur di sisi jalan. Sementara itu, para pengendara lainnya terus memacu mobil mereka dan akhirnya berhasil menyalip di trek lurus. Jangan pernah puas terhadap apa yang sudah berhasil di capai. Bersyukur itu wajib, merayakan keberhasilan itu perlu. Tetapi jangan menggunakan pencapaian dan keberhasilan kita sebagai alasan untuk menghentikan langkah kita mencapai yang lebih baik. Jangan membatasi diri untuk hal-hal di masa depan yang lebih baik dari saat ini.
Ketiga, bersabarlah, percayalah pada proses. Generasi sekarang lebih suka hal-hal yang sifatnya instan. Mau jadi terkenal, tinggal buat akun medsos lalu posting hal-hal memancing views seperti ngerjain orang, memberikan hadiah berisi sampah, dan sebagainya. Mau jadi penyanyi sukses, ikut ajang pencarian bakat, yang anehnya mengorbitkan orang yang piawai bernyanyi, namun di saat yang bersamaan juga memberikan panggung untuk orang yang sama sekali tidak bisa bernyanyi. Intinya, rasa instan semakin menguat di era modern ini.
Perlu disadari bahwa sukses yang sejati tidak akan datang dalam sekejab mata. Ada proses yang harus diikuti untuk mencapai sukses yang sebenarnya. Apa yang kita lihat di televisi tidak mewakili apa yang sebenarnya terjadi. Televisi hanya menangkap hasil akhirnya. Kita hanya disajikan tontonan bagaimana Lionel Messi menggocek lawan-lawannya seperti anak kuliahan melawan balita, atau Elon Musk dengan segala kekayaannya berhasil menerbangkan pesawat luar angkasa, atau Mark Zuckerberg yang di usia muda tetapi berhasil menjadi salah satu orang terkaya di muka bumi, dan sebagainya. Yang kita sering tidak tahu adalah proses menuju kesuksesan tersebut ternyata tidak semudah itu. Inilah alasannya mengapa kita harus percaya pada proses, ketimbang hanya melihat hasil. Hasil akhir selalu merupakan akibat langsung dari proses yang terjadi sebelumnya. Jika kita mau hasil yang baik, terima proses pembentukannya, sepahit dan sesakit apapun itu.
Guys, usia 25 itu bukan pencapaian. Usia 25 tahun itu adalah bagian dari proses pendewasaan. Garis akhir kehidupan tidak ada seorang manusia pun yang tahu. Jika di usia tersebut kita sudah mencapai hal-hal yang baik, jangan sombong, karena bisa jadi besok lusa semuanya akan diambil dari kita. Sebaliknya, jika pada usia perak itu kita masih susah payah berjuang, jangan menyerah, karena proses masih panjang. Percayalah pada proses dan perjuangan yang kita lakukan. Teruslah belajar dan menantang diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Ujung-ujungnya keberhasilan kita akan diukur dari peninggalan apa yang kita berikan untuk generasi berikutnya, menjadi manusia yang dikenang seperti apakah kita saat hidup kita berakhir. Bukan sekedar postingan gaji 10 juta yang kita capai di usia bau kencur ini.
About Jeff:
Jeffrey Pratama adalah seorang praktisi Human Resource yang telah 15 tahun berkarir di beberapa perusahaan terbaik di Industrinya. Selain sebagai seorang Executive Professional, Jeffrey juga merupakan seorang Coach yang tersertifikasi, dengan passion yang mendalam di bidang pengembangan diri dan karir, khususnya bagi anak-anak muda. Penggemar music jazz dan klub sepakbola Manchester United ini juga penikmat setia buku-buku, khususnya yang terkait dengan pengembangan diri dan bisnis
TERBARU - Review Buku
Review Buku Novelist as a Vocation - Har…
01-03-2023 Dipidiff

New York Times Best Seller Sunday Times and New Stateman Book of The Year A Most Anticipated Book: Esquire, Vulture, LitHub, New York Observer Judul : Novelist as a Vocation Penulis : Haruki Murakami Alih Bahasa...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read moreReview Buku Kiki's Delivery Service - Ei…
21-12-2022 Dipidiff

A Junior Library Guild Selection. Kiki's Delivery Service is a Japanese classic, beautifully translated by Emily Balistrieri and brought to life with exquisite illustrations by Joe Todd-Stanton. Judul : Kiki's Delivery Service Penulis...
Read moreReview Buku Hayya - Helvy Tiana Rosa …
19-12-2022 Dipidiff

Judul : Hayya Penulis : Helvy Tiana Rosa & Benny Arnas Jenis Buku : Fiksi Religi Penerbit : Republike Penerbit Tahun Terbit : Juni 2022 Jumlah Halaman : 294 halaman Dimensi Buku : 14 x 3...
Read more