Kerja Keras vs Kerja Keras
Jack Ma, salah satu orang terkaya di Tiongkok dan dunia, pernah mengemukakan sebuah hal yang cukup kontroversial beberapa waktu lalu. Ma mendukung penerapan sistem kerja 996, sebuah sistem kerja yang banyak dipraktekkan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok. Sistem kerja ini, sesuai namanya, berasal dari penerapan jam kerja karyawan yang di mulai dari jam 9 pagi, selesai di jam 9 malam, sepanjang 6 hari dalam seminggu. Total waktu kerja? 72 jam per minggu. Ada banyak sekali perusahaan di negeri tirai bambu tersebut yang mendukung dan memberlakukan sistem kerja ini, salah satu yang pasti adalah Alibaba Group, dimana Jack Ma berperan sebagai pendirinya.
Dengan sistem kerja 996 ini, sangat terlihat bahwa kerja keras dijadikan sebagai salah satu ukuran utama di dalam bekerja. Suatu hal yang kerap menjadi tolok ukur kesuksesan dari kebanyakan generasi yang lebih tua di sana, yang dianggap banyak berkontribusi terhadap keberhasilan negeri tersebut. Namun kisahnya kini tentu berbeda. Jika di jamannya, bekerja keras seakan-akan menjadi sebuah persyaratan mutlak untuk dapat merengkuh kesuksesan, tidak demikian yang berlaku pada jaman ini. Kerja keras telah menemukan lawan yang sebanding, yakni kerja cerdas, sesuatu yang entah dimulainya kapan, tetapi telah menjadi slogan bagi nyaris semua (jika tidak mau dikatakan: semua) generasi muda saat ini.
Masihkah relevan?
Rasanya tidak mungkin kalau generasi sebelumnya (katakanlah generasi X dan Baby boomers) tidak ada yang bekerja secara cerdas, meskipun jargon kerja cerdas ini belum terlalu ngetren di jaman mereka. Demikian pula sebaliknya, rasanya kurang ajar juga kalau mengatakan generasi sekarang ini semuanya pemalas dan tidak ada yang ikhlas bekerja keras. Antara kerja keras dan kerja cerdas sebenarnya berjalan beriringan, hanya saja mungkin perbedaan generasi dan atribut yang mengiringinya membuat seakan-akan salah satu frasa terkesan lebih melekat pada satu generasi ketimbang generasi lainnya.
Fakta yang terjadi saat ini adalah dunia sudah berubah, jauh dari dunia yang kita kenal 10-15 tahun yang lalu. Perkembangan teknologi yang terjadi secara eksponensial, revolusi industri yang melibatkan kecerdasan artifisial semakin menjamur di berbagai bidang, dan yang terbaru adalah kondisi pandemi yang menghantam seluruh penjuru bumi, membuat orang-orang yang masih tinggal di planet ini perlu berubah.
Tanpa pandemi saja, generasi yang lebih muda sudah terkenal dengan karakter yang lebih dinamis, ambisius, menginginkan hasil secara cepat, dan lainnya. Dengan adanya pandemi, karakter yang sama juga dituntut untuk dimiliki oleh generasi-generasi sebelumnya, suka ataupun tidak.
Di sisi lain, pandemi global ini memberikan dampak kepada nyaris semua sektor kehidupan masyarakat. Selain persoalan kesehatan, yang terdampak sangat hebat adalah perkara ekonomi. Banyak industri yang harus menyerah dan gulung tikar, dan industri-industri lain terpaksa harus memikirkan kembali strateginya hanya untuk bisa bertahan. Banyak orang kehilangan pekerjaannya, dengan segudang alasan yang mereka terima dari perusahaan mereka. Banyak pengusaha kecil yang juga harus menutup usahanya. Lapangan kerja memang masih ada, tetapi kian terbatas. Sedangkan pencari kerja semakin banyak. Antara ketersediaan dan permintaan menjadi makin tidak imbang. Di sisi lain, bagi yang masih tetap bekerja perlu selalu waspada dan menunjukkan kinerja di level tertinggi, karena mereka tidak akan pernah tahu, bisa jadi esok adalah hari terakhirnya bekerja di sana.
Jadi, di era ketidak-pastian ini, baik kerja keras dan kerja cerdas itu sama pentingnya.
Bekerja Secara Efektif
Mungkin ada satu hal yang dapat ditawarkan untuk menjembatani pertentangan antara kerja keras dan kerja cerdas. Meskipun sejatinya kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, tetapi kadang masih ada saja orang-orang yang menggunakan pembelaan “kerja cerdas” di kala mereka sedang dipertanyakan etos kerja, sikap, kemampuan komunikasi, dan lainnya. Sebaliknya, masih ada juga pihak-pihak yang masih menggunakan kutipan-kutipan motivasi yang seakan-akan hanya mengagungkan “kerja keras” ketimbang faktor-faktor lainnya.
Nah, berbicara mengenai faktor-faktor lainnya. Kesuksesan seseorang tidak hanya bergantung pada faktor “kerja keras” atau “kerja cerdas” saja. Masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi sebuah keberhasilan. Sikap yang tepat, komunikasi yang baik, pembimbing yang mendukung, bahkan terkadang sampai yang namanya “keberuntungan” pun diperlukan. Oleh karena itu, sebenarnya seseorang tidak dapat hanya bergantung pada kecerdasan atau kegigihan bekerja semata.
Mungkin yang lebih tepat ketimbang bekerja keras atau cerdas adalah bekerja secara efektif. Bekerja secara efektif artinya bekerja sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut. Pada saat perencanaan, lebih banyak menggunakan analisa dan kemampuan konsepsi, pemikiran kritis, penelusuran data dan informasi pendukung, dan lainnya. Singkatnya, kerja cerdas lebih cocok di fase ini.
Namun ketika sampai pada tahap pelaksanaan, maka seyogyanya kemampuan untuk menjalankan rencana yang lebih krusial dibutuhkan. Kegigihan seseorang untuk tetap pada garis perencanaan dan menyelesaikan apa yang telah disepakati di awal menjadi kunci. Jadi kerja keras akan lebih berperan di sini. Tentunya pada fase ini tetap diperlukan pengawasan yang juga membutuhkan kemampuan tertentu.
Intinya adalah, untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, yang dibutuhkan adalah gabungan dari kerja keras dan kerja cerdas, yang turut didukung oleh kemampuan-kemampuan lainnya. Jadi pada saat bekerja, jangan terpaku pada “yang penting kan kerja cerdas”, atau “saya akan bekerja keras” semata, tetapi lihatlah jenis pekerjaan yang ada, cari tahulah apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, lalu gunakan kemampuan-kemampuan yang ada sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pekerjaan tersebut.
Bekerjalah secara adaptif, dimana kita dapat secara mudah beganti-ganti mode tergantung dari tantangan yang kita hadapi di depan. Bekerjalah, tidak hanya mengandalkan pada jargon “keras” atau “cerdas” semata, yang beresiko menghasilkan kinerja yang tidak optimal. Bekerjalah secara efektif, karena itulah yang membedakan antara orang yang pekerjaannya berhasil dan gagal.
About Jeff:
Jeffrey Pratama adalah seorang praktisi Human Resource yang telah 15 tahun berkarir di beberapa perusahaan terbaik di Industrinya. Selain sebagai seorang Executive Professional, Jeffrey juga merupakan seorang Coach yang tersertifikasi, dengan passion yang mendalam di bidang pengembangan diri dan karir, khususnya bagi anak-anak muda. Penggemar music jazz dan klub sepakbola Manchester United ini juga penikmat setia buku-buku, khususnya yang terkait dengan pengembangan diri dan bisnis.
Saat ini Jeffrey juga secara rutin menjadi narasumber dalam diskusi online dengan Dipidiff seputar kehidupan profesional. Anda dapat mengikuti diskusi ini setiap dua minggu sekali, pada hari Minggu pukul 08.30 WIB di channel IGl LIVE @dipidiffofficial
TERBARU - Review Buku
Review Buku Novelist as a Vocation - Har…
01-03-2023 Dipidiff

New York Times Best Seller Sunday Times and New Stateman Book of The Year A Most Anticipated Book: Esquire, Vulture, LitHub, New York Observer Judul : Novelist as a Vocation Penulis : Haruki Murakami Alih Bahasa...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read moreReview Buku Kiki's Delivery Service - Ei…
21-12-2022 Dipidiff

A Junior Library Guild Selection. Kiki's Delivery Service is a Japanese classic, beautifully translated by Emily Balistrieri and brought to life with exquisite illustrations by Joe Todd-Stanton. Judul : Kiki's Delivery Service Penulis...
Read moreReview Buku Hayya - Helvy Tiana Rosa …
19-12-2022 Dipidiff

Judul : Hayya Penulis : Helvy Tiana Rosa & Benny Arnas Jenis Buku : Fiksi Religi Penerbit : Republike Penerbit Tahun Terbit : Juni 2022 Jumlah Halaman : 294 halaman Dimensi Buku : 14 x 3...
Read more