Review Buku The Guest List - Lucy Foley
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense
A Reese's Book Club Pick
The New York Times Bestseller
One of The New York Times Thrillers of 2020
Judul : The Guest List
Penulis : Lucy Foley
Jenis Buku : Psychological Thrillers, Murder Thrillers, Suspense Thrillers
Penerbit: Harper Collins
Tahun Terbit : September 2020
Jumlah Halaman : 384 halaman
Dimensi Buku : 13.00 x 19.70 x 3.40 cm
Harga : Rp. 177.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780008297190
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Di sebuah pulau di lepas pantai Irlandia, para tamu berkumpul untuk merayakan pernikahan dua orang yang punya kehidupan paling sempurna. Pengantin pria: tampan dan menawan, seorang bintang televisi yang sedang naik daun. Pengantin wanita: cerdas dan ambisius, penerbit majalah. Sebuah pernikahan selebriti yang glamor sudah direncanakan dengan seksama: gaun desainer, lokasi terpencil, pesta mewah. Di pulau ini sinyal telepon memang susah, ombak yang mengepung pulau memang besar dan menakutkan, tapi tiap detail sudah direncanakan dengan baik dan akan dilaksanakan oleh ahlinya.
Benarkah semua berjalan dengan sesempurna itu? Saat perayaan dimulai, kebencian dan kecemburuan kecil mulai berbaur dengan kenangan dan harapan. Pengiring pria memulai permainan minum yang tak terkendali. Pengiring pengantin tidak sengaja merusak gaunnya. Teman tertua pengantin wanita bersulang dengan tidak nyaman.
Dan kemudian ada yang mati. Siapa pelakunya? Dan mungkin yang lebih penting, mengapa?
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Disain sederhana, dengan ilustrasi gambar pulau tempat tkp berada, warna merah dan hitam pada font jelas mengingatkan kita pada genre buku yang suspense thriller.
Tokoh dan Karakter
Aoife
Freddy
Charlie
Hannah
Will
Jules
Olivia
Jhonno
Di awal saya meraba-raba siapa yang bakal terbunuh dan siapa tokoh terjahatnya. Plotnya bagus banget karena membuat misteri kejahatannya dibiarkan terekspos pelan-pelan. Di dalam hati saya merasakan kengerian dan keterkejutan yang berulang. Lucy Foley membuka kedok si jahat sedemikian rupa. It works for me, shocking me!
Menurut Lucy Foley, tokoh-tokoh dalam novelnya murni imajinasi, dan bukan dari real person, meski tak dipungkirinya juga bahwa dari tiap tokoh ada saja satu atau dua sifat yang mewakili diri pribadinya, demikian hal ini diungkapkan Foley dalam salah satu wawancaranya di media.
Catatannya adalah semua tokoh dalam cerita ini punya sisi lemah sedemikian rupa yang menyebabkan mereka menjadi unlikeable. Ada yang depresi, ada yang self center, ada yang egois, dan penuh dendam, dan lain sebagainya. Ini tentunya menyesakkan ya buat pembaca tertentu yang ga suka tipe tipe tokoh antagonis yang sifatnya memuakkan dan negatif.
Deskripsi tokohnya detail, sangat detail karena memang setelah selesai membaca saya menyadari betapa pentingnya detail fisik tokoh ini untuk penguatan sisi cerita dan psikologisnya.
'There's Jules's mum,' Charlie says, pointing to the elder woman.
'Wow,' I say. She's not what I expected at all. She wears black skinny jeans and little cay-eye black glasses pushed back on to a glossy dark bob. she doesn't look old enough to have a thirty-something daughter.
'Yeah, she had Jules pretty young,' Charlie says, as if reading my mind. 'And that must be - Jesus Christ! I suppose that must be Olivia. Jules's little half-sister.'
'She doesn't look so little now,' I say. She's taller than both Jules and her mum; a totally different shape to Jules, who's all curves. She's very striking-looking, beautiful, even, and her skin is pale pale in the way that only really looks good with black hair, like hers. Her legs in her jeans look as though they've been drawn with two long thin lines of charcoal. God, I'd kill for legs like that.
Page 55
Aoife is standing there in a crisp white shirt and slacks, a clipboard in her hand, looking as if she's been up for hours. 'Morning,' she says - and I sense she is scrutinising my face. 'How are you today?' I get the impression Aoife doesn't miss a lot, with those bright, assessing eyes of hers. She's quietly rather beautiful. I sense that she makes an effort to underplay it but it shines through. Beautifully shaped dark eyebrows, grey - green eyes. I'd kill for that sort of natural, Audrey Hepburn-esque elegance, those cheekbones.
Page 151
'Chuck it here!' Will strides up the jetty towards us. On TV, he's good-looking. In the flesh, he's ... well, he's pretty breathtaking.
Page 56
Marriage is about finding that person you know best in the world. Not how they take their coffee or what their favourite film is or the name of their first cat. It's knowing on a deeper level. It's knowing their soul.
Page 257
Alur dan Latar
The Guest List bukan cuma cantik permainan alurnya (kombinasi maju mundur), tapi juga mendalam secara pengarakteran tokoh (semuanya ditunjang oleh pov 1 antar tokoh, lebih dari 5 tokoh, diselingi pov 3). Alur maju mundur ini membuat kita butuh fokus untuk memahami konteks cerita. Tapi tenang saja, alurnya tidak sekompleks The Seven Deaths of Eveyln Hardcastle.
Ujung ceritanya sendiri menarik karena bisa dikategorikan happy ending, bisa juga tidak, bahkan kalo kita punya rasa penasaran lebih lanjut, mungkin ending ini juga bisa masuk kategori menggantung.
Latar cerita detail dan hidup, menunjang suasana pulau yang terpencil dan suram. Dalam suatu wawancara Lucy Foley mengungkapkan suatu pulau di Irlandia bernama Connemara memberikannya inspirasi untuk latar dalam cerita. Pulau ini aslinya memang liar dengan pemandangan laut Atlantik yang luar biasa.
'Inis an Amplora, or Cormorant Island, in the English translation, is two miles from one end to the other, longer than it is wide. The island is formed of a lump of granite emerging majestically from the Atlantic, several miles off the Connemara coastline. A large bog comprised of peat, or "turf" as it is called locally, covers much of its surface. The best, indeed the only, way to see the island is from a private boat. The channel between the mainland and the island can get particularly choppy --'
Page 11
Opini - Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Kejahatan itu cuma asyik kalo di buku fiksi saja ya. Dalam kehidupan nyata, crime adalah salah satu peristiwa yang paling tidak diharapkan. Bahkan versi paling sederhananya, seperti kecopetan, juga bukan hal yang diinginkan kejadiannya.
Saya senang sekali novel ini menjadi buku pilihan dengan vote terbanyak di event Review By Request Maret 2021, karena thriller adalah salah satu genre favorit saya sejak dulu.
The Guest List adalah buku kedua dari Lucy Foley. Debut thriller Foley yang berjudul The Hunting Party mendapatkan peringkat No. 1 Sunday Times dan Irish Times bestseller. Jadi rupanya buku pertama dan kedua sepertinya sama-sama bagus ya ceritanya. Sebelum menjadi penulis penuh waktu, Foley adalah editor fiksi di industri penerbitan. Ia juga menulis karya-karya jurnalis yang dimuat di Sunday Times, Style, Vogue US, Marie Claire, dll. Dari sini terlihat jelas bahwa skill menulis Foley bukan karbitan.
The Guest List bercerita tentang seremonial pernikahan yang diadakan di sebuah pulau di lepas pantai Irlandia yang kemudian berujung maut. Di sana para tamu berkumpul untuk merayakan momen sakral ini. Tetapi kebahagiaan tak berlangsung lama. Ada kebencian dan kecemburuan yang diam-diam mengintai. Awalnya hanya kecelakaan-kecelakaan kecil, lalu kematian yang sesungguhnya pun terjadi.
Psychological suspense keliatannya lebih tepat untuk novel ini.
Bagian sepertiga awal buku mengingatkan saya pada Nine Perfect Strangers-nya Liane Morriarty yang mengenalkan pelan-pelan para tokoh cerita dengan pov pertama yang berganti-ganti antara satu tokoh dengan yang lainnya. Cara ini tentu saja membuat kita bisa memahami dan menyelami perasaan dan pikiran tokoh cerita dengan lebih baik. Di satu sisi, ada kemungkinan bagian ini agak berat karena sesuai dengan sinopsis cerita, novel ini tentang kebencian, iri hati, dan sisi kelam manusia lainnya *yang mana justru menarik kalo teman-teman memang suka dengan psychological suspense. Tiap tokoh juga punya rahasia yang membuat novel ini terasa suram nuansanya.
Freddy and I have been together for the best part of two decades and even now there are things I keep from him and, I'm sure, vice versa. Makes you wonder how much they know about each other, those two.
Whether they really know all of each other's dark secrets.
Page 8
Suddenly I feel like I can't breathe. I reach for the bedside table. The razor blade is there: so small, but so sharp. I pull down my jeans and press the razor's edge to my inner tight, up near my knickers, drag it into my flesh until the blood wells. The colour's such a dark red against the blue white skin there. It's not a very big cut; I've made bigger. But the sting of it focuses everything to a point, to the metal entering my flesh, so that for a moment nothing else exists.
Page 40
Deskripsi tokohnya detail, narasi dan dialog mengalir, latarnya juga hidup. Tapi apakah misteri pembunuhannya asik buat diulik?
Setelah sekian lama, hati saya dipasung oleh The Silent Patient lalu The Wife Between Us, akhirnya saya menemukan buku pengganti di genre psychological suspense yang berhasil bikin saya jatuh hati. Saya menyatakan diri saya telah Move On!
Novel ini mulus mengalir misterinya, dan yang paling saya suka adalah antagonisnya yang membuka sisi hati si jahat sedemikian rupa. Seperti laba-laba, Lucy Foley memintal jaring cerita dengan cermat, hingga pembaca terjerat dengan emosi yang intens dan endingnya yang mengejutkan. Tapi mungkin juga buat yang lain ini predictable karena gosipnya ada kemiripan dengan novel Lucy Foley yang sebelumnya.
Ini bukan novel yang punya sensasi pada adegan pembunuhan yang berdarah-darah, atau detail fisik korban yang rusak parah. *bukan seperti Anson Bishop.
Suatu dalam paragraf di buku mengingatkan saya tentang buku Non Fiksi berjudul Humankind. Lord of Flies dibahas oleh Rutger Bregman sebagai fiksi yang mengacaukan mindset manusia tentang karakter dasar manusia itu sendiri. Penasaran? Silakan baca juga review saya ya :) : Baca juga "Review Buku Humankind - Rutger Bregman".
'Yup,' Will says. 'We were at school together.' I'm surprised. The other men have that public schoolboy polish, while Johnno seems rougher - no cut-glass accent.
'Trevellyan's,' Femi says. 'It was like that book with all the boys on a desert island together, killing each other, oh Christ, what's it called --'
'Lord of the Flies,' Charlie says, the faintest trace of superiority in his tome. I might have gone to state school, it says, but I'm better read than you.
Page 84
Siapa Lucy Foley
Lucy Foley belajar Sastra Inggris di Universitas Durham dan UCL dan bekerja selama beberapa tahun sebagai editor fiksi di industri penerbitan, sebelum pergi memutuskan untuk menulis penuh waktu. The Hunting Party adalah novel kriminal debutnya, yang terinspirasi oleh tempat terpencil di Skotlandia yang memicu imajinasinya.
Lucy juga penulis tiga novel sejarah, yang telah diterjemahkan ke dalam enam belas bahasa. Karya jurnalistiknya telah muncul di Majalah ES, Sunday Times Style, Grazia dan banyak lagi.
Sumber: Amazon. com
Also by Lucy Foley
The Book of Lost and Found
The Invitation
Last Letter from Istanbul
The Hunting Party
Rekomendasi
Saya sangat rekomendasikan novel ini untuk teman-teman baca, terutama yang menyukai psychological suspense yang grip dan tensionnya bagus, dan punya ekspektasi terhadap permainan alur cerita berikut tokoh yang jumlahnya cukup banyak. Tapi hati-hati untukmu yang bertipe character driven, terutamanya karena para tokoh cerita di sini unlikable.
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - SELF EDUCATION
Cara Mewujudkan Impian dengan Manifestas…
03-11-2024 Dipidiff

Updated 24 Februari 2025 I think human beings must have faith or must look for faith, otherwise our life is empty, empty. To live and not to know why the cranes...
Read moreMengapa Ringkasan Buku Itu Penting?
19-06-2022 Dipidiff

Pernah ga sih teman-teman merasakan suatu kebutuhan yang sebenarnya mendesak namun seringkali diabaikan? Mungkin karena rasanya kebutuhan ini sepele, atau mungkin dia tidak terasa mendesak sampe ketika waktunya tiba mendadak...
Read more10 Tips Mengatasi Kesepian
05-12-2021 Dipidiff

Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...
Read moreTentang Caranya Mengelola Waktu
11-08-2021 Jeffrey Pratama

“Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...
Read moreCara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…
25-09-2020 Dipidiff

Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...
Read more