Review Buku Beautiful World, Where Are You - Sally Rooney
Winner of Goodreads Choice Awards 2021 in Fiction
The Sunday Times and Global Number One Bestseller
"Winner of Novel of The Year at the An Post Irish Book Awards"
Judul : Beautiful World, Where Are You
Penulis : Sally Rooney
Jenis Buku : Literary Fiction, Romance
Penerbit : Farrar, Straus & Giroux
Tahun Terbit : 2021
Jumlah Halaman : 368 halaman
Dimensi Buku : 21,79 x 14,48 x 3,18 cm
Harga : Rp. 280.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780571365432
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Eileen, Simon, Alice, dan Felix hidup di jaman modern masa kini. Alice, seorang novelis, berkenalan dengan Felix. Di pertemuan pertama mereka, Alice mendapat kesan kalo Felix tidak menyukainya, meskipun demikian Alice mengajak pria itu untuk traveling ke Roma bersamanya. Sementara itu di Dublin, sahabat Alice yang bernama Eileen putus dari kekasihnya dan dekat kembali dengan teman masa kecilnya yang bernama Simon. Keempat orang ini melalui episode kehidupan orang-orang muda modern dalam proses pencarian jati diri, mempertanyakan banyak hal yang terjadi di dunia masa kini, dan berusaha menemukan makna hidup yang sebenarnya.
Rekomendasi
Novel ini saya rekomendasikan kepada hanya pembaca dewasa yang mencari buku dengan topik percintaan dan persahabatan, dengan latar masa kini. Tokohnya ditampilkan dengan karakter yang kompleks, mendalam, dinamis, berdimensi, dan manusiawi. Alur maju perlahan dengan pov ketiga. Sebuah novel yang mengajak pembaca untuk ikut merenungkan arti kehidupan dan menemukan keindahannya.
This Book Review Might Have Spoiler!
Tokoh dan Karakter
Eileen
Simon
Alice
Felix
Mungkin bukan bacaan yang tepat buatmu yang dalam kondisi emosi yang labil atau down. Tapi ini bakal menarik buat kita yang ingin baca novel nyastra dengan pendalaman tokoh yang bagus. Fyi, tokoh Elieen punya karakter yang mungkin bisa bikin pembaca frustasi. Hati-hati buat yang character-driven.
Eileen, semasa kuliah begitu cemerlang, peraih medali dan penghargaan, cantik dan cerdas, membuatnya menjadi gadis yang dipuja. Kejeniusannya dalam akademik memang sudah terlihat sejak kecil dan remaja. Ia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, lalu bekerja di sebuah magazine... and that's all. Gajinya biasa, karirnya biasa, gaya hidupnya biasa, hubungan percintaannya biasa. Ada kehampaan yang terbaca di sini. Bahkan ketika dia kembali ke cinta masa kecilnya, Simon, itupun terasa gamang.
Alice kebalikan dari Eileen, dia tidak cantik. Semasa kuliah dia gadis yang tak terpindai. Alice berpembawaan penuh semangat, tapi prestasi dan nilai-nilainya rata-rata saja. Lulus kuliah, Alice fokus ke menulis buku-buku yang menyuarakan ide-ide yang ada di kepalanya. Sekian tahun berlalu, buku Alice laris manis, membawanya ke puncak kesuksesan, profilnya bahkan punya halaman wikipedia. Lalu Alice depresi karena 'tekanan kesuksesan'. Lagi-lagi hampa.
Para tokoh utama di sini memang bukan tipe yang likeable. Justru Rooney menampilkan tokoh-tokoh cerita dalam kondisi dan kepribadian yang ga sepenuhnya oke. Kita akan menemui sisi egois, kurang berpendirian, jealous, dingin, dan lain-lain dari si tokoh, yang mana menurut saya manusiawi. Dari sini tergambarkan bahwa orang-orang memang punya sisi lemah masing-masing, tidak semua orang disukai, tapi semua orang dapat dicintai, atau sebaliknya. After all, buku ini memang bergenre romance. Dan dari dua buku Rooney yang saya baca, para tokoh ceritanya memang punya karakter yang kompleks.
Untuk deskripsi tokoh, rasanya mencukupi, saya bisa mengimajinasikan sosok Eileen dan Simon yang cantik tampan, Alice yang eksentrik, dan Felix yang biasa tapi menarik.
A woman sat in a hotel bar, watching the door. Her appearance was neat and tidy: white blouse, fair hair tucked behind her ears. She glanced at the screen of her phone, on which was displayed a messaging interface, and then looked back at the door again. It was late March, the bar was quiet, and outside the window to her right the sun was beginning to set over the Atlantic. It was four minutes past seven, and then five, six minutes past. Briefly and with no perceptible interest she examined her fingernails. At eight minutes past seven, a man entered through the door. He was slight and dark-haired, with a narrow face. He looked around, scanning the faces of the other patrons, and then took his phone out and checked thescreen. The woman at the window noticed him but, beyond watching him, made no additional effort to catch his attention. They appeared to be about the same age, in their late twenties or early thirties. She let him stand there until he saw her and came over.
Page 3
Alur dan Latar
Plot maju pelan. Pov ketiga tanpa dialog hidup. Konfliknya romance dengan penekanan penemuan jati diri, cinta sejati, kebahagiaan, dan wisdom of life. Ending cerita tertutup dengan deretan pesan yang kuat ditinggalkan oleh Sally Rooney untuk pembacanya.
Latar Dublin, Inggris, Roma, tidak begitu ditonjolkan, karena fokusnya memang banyak di jalan pikiran dan perasaan tokoh cerita.
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Ini adalah buku terbaru dari Sally Rooney, seorang penulis yang buku debutan dan buku keduanya diadaptasi ke dalam TV series, Beautiful World, Where Are You adalah novel ketiganya.
Seperti apa ya karya ketiga Sally Rooney ini (?) Yang pasti buku ini sudah mendapatkan predikat Sunday Times bestseller, dan global bestseller. Novel ini juga menjuarai Goodreads Choice Awards 2021 kategori Fiction. Saya pribadi penasaran dengan tulisan Rooney setelah sederet award yang dia peroleh, dan namanya disebut sebagai salah satu penulis millenial terdepan. Pada akhirnya saya memutuskan membaca buku ini dan Normal People.
Sudah saya sebut di atas betapa hampanya nuansa cerita, tokohnya bikin frustasi, narasi tanpa dialog hidup, sampe sini, kalian yakin mau baca buku ini? Kalo saya sih yakin, karena meski tone ceritanya begitu, tapi saya punya harapan di ujung akan ada insight dan pencerahan terhadap problematika kehidupan modern masa kini yang meski hiruk pikuknya melelahkan namun harusnya ada dunia dan kehidupan yang indah penuh makna di sana. Dan saya memang menemukan ini di akhir cerita. Ga sehangat yang saya duga, tapi kesannya lebih mature aja.
Btw, soal dialognya yang saya sebut dialog mati, saya kutipkan di bawah ini ya, supaya buat teman-teman yang belum baca bisa dapetin gambaran.
He smiled benignly, watching the progress of their coffees behind the counter. Funny, he said, I had a bad dream the other night about you getting married.
What was bad about it?
You were marrying someone other than me.
The woman laughed. Do you talk like this to the women at your work? She said.
He turned back to her, amused, and replied: God no, I’d get in awful trouble. And quite rightly. No, I never flirt with anyone at work. If anything they flirt with me.
I suppose they’re all middle-aged and want you to marry their daughters.
...
Page 21
Di buku ini ada bab-bab berisi email-email Eileen dan Alice, dan dari surat ini juga beragam isu dan opini disampaikan mulai dari politik hingga feminism, dari kerusakan lingkungan hingga pandangan seksual serta gaya hidup modern. Remember, Sally Rooney aslinya memang juara debat dan esay-esaynya dimuat di berbagai media. Email-email ini barangkali akan terasa datar monoton dan membosankan buat sebagian pembaca, tapi bagi yang memang suka dengan diskusi beragam topik kehidupan, opini Eileen dan Alice cukup asyik diikuti. Yang pasti bisa dibayangkan akan cukup menantang ya untuk bisa mengadaptasi novel ini ke dalam film, karena ga terlalu movieable begitulah.
Email-email ini sebenarnya juga memberikan kesempatan pada pembaca untuk tau lebih dalam tentang isi pikiran tokoh Eileen dan Alice. Sesuatu yang seprivasi itu dibuka kepada kita untuk diselami, ga heran isi emailnya memang menyampaikan opini tokoh apa adanya yang kadang bertentangan satu sama lain, membuat saya yang membacanya seolah menyimak satu topik dengan dua perspektif.
Misalnya topik lingkungan yang diutarakan oleh Alice di emailnya,
I was in the local shop today, getting something to eat for lunch, when I suddenly had the strangerst sensation – a spontaneous awareness of the unlikeliness of this life. I mwan, I thought of all the rest if the human population – most of whom live in what you and I woyld consider abject poverty – who have never seen or entered such a shop. And this, this, is what all their work sustains! This lifestyle, for people like us! All the various brands of soft drinks in plastic bottles and all the pre-packaged lunch deals and confectionery in sealed bags and store-baked pastries – this is it, the culmination of all the labour in the world, all the burning of fossil fuels and all the back-breaking work on coffee farms and sugar plantations. All for this! This convenience shop! I felt dizzy thinking about it. I mean I really felt ill. It was as if I suddenly remembered that my life was all part of a television show – and every day people died making the show, were ground to death in the most horrific ways, children, women, and all so that I could choose from various lunch options, each packaged in multiple layers of single-use plastic. ...
Page 17
Dan balasan Eileen terkait topik itu.
I know we have good reason to be sceptical of aesthetic nostalgia, but the fact remains that before the 1970s, people wore durable clothes of wool and cotton, stored drinks in glass bottles, wrapped food produce in paper, and filled their houses with sturdy wooden furniture. Now a majority of objects in our visual environment are made of plastic, the ugliest substance on earth, a material which when dyed does not take on colour but actually exudes colour, in an inimitably ugly way. One thing a goverment could do with my approval (and there arent many) would be to prohibit the production of each and every form of plastic not ugently necessary for the maintenance of human life. What do you think?
Page 76
Berkaitan dengan banyaknya muatan opini, pikiran, dan perasaan tokoh di dalam cerita, Sally Rooney dalam wawancaranya di salah satu media menyampaikan bahwa dia sendiri merasa bosan ketika sudah sampai di bagian tersebut. Dalam kehidupan nyata, jelas, tidak ada yang memberi tahu gimana orang lain berpikir dan merasakan, dan dia sendiri bahkan hampir tidak tahu apa yang dia pikirkan. Jadi semakin Rooney mencoba mendekatkan dirinya dengan karakter melalui narasi yang ada, yang terjadi justru semakin jauh dirinya dari mereka, karena interioritas mereka sama sekali tidak menyerupai apa pun dari pengalaman hidup Sally Rooney yang sebenarnya. Akhirnya dia kemudian mengamati dan menggambarkan karakter yang mengatakan dan melakukan sesuatu, tanpa perlu berspekulasi tentang apa yang mereka pikirkan atau rasakan secara diam-diam, dan semakin banyak waktu yang dia habiskan untuk menulis dari perspektif ini, semakin dekat perasaannya dengan karakter tokoh, dan semakin mudah baginya untuk mengamati dan menciptakan kata-kata dan tindakan mereka. Untuk penulis, apa yang dilakukan Sally Rooney terkait proses kreatif di balik novelnya pasti menarik untuk disimak.
Dimana letak kebahagiaan itu? Adakah dunia yang indah di tengah kehidupan yang menampakkan banyak keburukan ini? Apa tujuan hidup itu? Pertanyaan tentang tujuan dan makna hidup ini salah satunya diutarakan oleh Felix dalam salah satu percakapannya dengan Alice yang waktu itu membahas mental breakdown.
They lapsed into silence. Alice drained the last of her wine from the glass, crushed her cigarette underfoot and folded her arms against her chest. Felix looked distracted and continued smoking slowly, as if he had forgotten she was there. He cleared his throat then and said: I feel a bit like that after my mam died. Last year. I just started thinking, what’s the fucking point of life, you know? It’s not like there’s anything at the end of it. Not that I really wanted to be dead or anything, but I couldn’t be fucked being alive most the time either. I don’t know if you would call it a breakdown. I just had a few moments where I was seriously not bothered about it – getting up and going to work and all that. I actually lost the job I had at the time, that’s why I am at the warehouse now. Yeah. So I kind of get what you’re saying about the breakdown. Obviously the experiences would be different in my case, but I see where you’re coming from, yeah.
Page 52
Sebuah pertanyaan yang filosofis ya, seperti halnya isi novel Sally Rooney ini yang bikin pembaca merenung, meresapi, memikirkan, dan menimbang. Baca pelan-pelan, keindahan sastra Beautiful World, Where Are You hanya bisa ditangkap dengan membaca kata demi kata secara seksama. Maka baca novel ini kalo kita yakin kita siap mengontemplasikan banyak hal, tentang kegamangan, gaya hidup glamour, agama, kemiskinan, popularitas, dan tentu saja tentang keluarga, persahabatan, dan cinta. Well yes, memang bukan topik-topik baru juga sebenarnya, tapi sekali lagi, buat kita yang suka menyimak opini, ini bakalan menggugah benak kita juga.
Banyak opini dalam cerita yang saya yakin menyuarakan kegelisahan orang-orang pada umumnya. Misalnya, soal kebahagiaan dalam hidup seperti yang diutarakan tokoh Simon di dalam cerita, bahwa ada bagian dalam dirinya yang menolak kebahagiaan itu datang karena merasa terlalu takut, karena tidak percaya pada hal-hal yang baik, karena yakin setelah sesuatu yang bagus terjadi maka berikutnya akan ada kemalangan. Opini saya sendiri kebetulan tidak sama, tapi saya pernah mendengar opini orang lain yang sama persis seperti Simon.
I don’t know. I tell myself that I want to live a happy life, and that the circumstances for happiness just haven’t arisen. But what if that’s not true? What if I am the one who can’t let myself be happy? Because I’m scared, or I prefer to wallow in self pity, or I don’t believe I deserve good things, or some other reason. Whenever something good happend to me I always find myself thinking: I wonder how long it will be until this turns out badly. And I almost want the worst to happen sooner, sooner rather than later, and if possible straight away, so at least I don’t have to feel anxious about it anymore.
Page 212
Karya Rooney yang ini rasanya membingungkan di awal, kelabu di tengah, lalu cukup hangat di bagian akhir. Ada bagian yang bikin saya merasa ga sabar ingin cepat tau apa yang terjadi lantaran plot pelannya bikin greget. Tapi saya bersabar karena narasi-narasinya itu yang sebenarnya membahas opini-opini yang menarik. Thought provoking. Misalnya tokoh Alice yang membenci dirinya sendiri yang seorang penulis terkenal, dan menganggap bodoh orang-orang yang tertarik dengan selebriti, atau tentang apakah Tuhan itu ada dan apakah orang baik yang tidak beragama itu tidak berTuhan, dan masih banyak lagi.
Kisah cinta Simon dan Eileen sangat menyentuh, begitupun Alice dan Felix. Yes, ini contemporary romance, dan karena pendalaman karakternya yang bagus, pembaca seolah mengenal dekat para tokohnya. Yes, bisa ditebak ya saya suka dengan tokoh Simon yang dewasa, setia, sabar, percaya pada Tuhan, berusaha untuk selalu menjadi orang yang baik.
Pesan yang paling terasa di buku ini pada akhirnya adalah tentang cinta dan persahabatan. Sebuah cinta dan persahabatan tanpa syarat yang meski terjadi sesuatu, cinta dan persahabatan itu tetap ada. Hubungan seperti ini bukannya tanpa ujian. Seperti pada cerita, para tokoh mengalami kekecewaan, sakit hati, amarah, dan lain sebagainya.
Alice dan Eileen adalah sahabat yang justru dekat karena perbedaan mereka satu sama lain. Alice mengagumi kecerdasan Eileen, juga daya tarik, kecantikan fisik, keanggunan dan pesonanya. Eileen mengagumi kepercayaan diri Alice yang ekstrem, ketidakpeduliannya terhadap pendapat orang lain, kepribadiannya yang tanpa kompromi, keekstentrikan, dan pencapaiannya. Masing-masing kadang melihat yang lain sebagai cerminan dari dirinya sendiri, dan di lain waktu sebagai gambaran dari segala sesuatu yang bukan dirinya. Rasanya ini relate ya dengan bentuk persahabatan di dunia nyata, ketika kita kagum dan tertarik pada orang yang berbeda dengan kita.
Novel ini punya underlined issues, antara lain pre-marital sex, sexual scenes, bisexual, depression, drugs, alcoholism, anxiety. Oleh karena itu baca Beautiful World, Where Are You sesuai usia.
Siapa Sally Rooney
Sally Rooney lahir di Irlandia pada 20 Februari 1991. Dia adalah seorang penulis dan penulis skenario Irlandia. Rooney telah menerbitkan tiga novel: Conversations with Friends (2017), Normal People (2018), dan Beautiful World, Where Are You (2021). Normal People diadaptasi menjadi serial televisi 2020 oleh Hulu dan BBC. Karya-karya Rooney mendapatkan pujian kritis dan kesuksesan komersial, dia dianggap sebagai salah satu penulis milenium terkemuka. Tulisannya telah muncul di The New Yorker, The New York Times, Granta dan The London Review of Books. Selain sebagai pemenang Sunday Times Young Writer of the Year Award pada tahun 2017, dia juga merupakan editor jurnal sastra Irlandia The Stinging Fly.
Sumber: Wikipedia, Amazon
-------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff
National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff
Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff
A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read more