0

Review Buku Dial A For Aunties - Jesse Q. Sutanto

Published: Tuesday, 23 August 2022 Written by Dipidiff

 

One of NPR's Best Books of 2021!

One of PopSugar’s "42 Books Everyone Will Be Talking About in 2021"!

Winner of the Comedy Women In Print Prize 2021

Amazon Best Book of May 2021

 

Judul : Dial A For Aunties

Penulis : Jesse Q. Sutanto

Jenis Buku : Mystery, Romance

Penerbit : Berkeley Books

Tahun Terbit : 2021

Jumlah Halaman : 320 Halaman

Dimensi Buku : 21,08 x 13,97 x 2,29 cm

Harga : 179.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 9780593333037

Paperback

Edisi Bahasa Inggris

Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplusbandung, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)

 

 

Sekelumit Tentang Isi

 

Meddelin Chan (Meddy) hidup bersama ibu dan tiga orang bibi yang suka ikut campur. Suatu hari, ibunya membuat akun kencan online atas nama Meddy dan mengatur pertemuan Meddy dengan si laki-laki yang kemudian berujung pelecehan seksual. Dalam upayanya membela diri, Meddy tanpa sengaja membuat mobil yang dikendarai kecelakaan. Meddy panik lalu pulang ke rumah dengan si laki-laki yang ia duga mati. Ketiga bibi dan ibunya berembuk bagaimana cara terbaik untuk membuang mayat dan lepas dari jeratan hukum. Hidup Meddy, ibunya, dan para bibi jadi dipenuhi serangkaian aktifitas yang aneh tapi kocak setelahnya. Sementara itu mantan pacar Meddy yang baik hati, sukses, dan tampan kembali ke kehidupannya, membuat situasi menjadi campur aduk antara romantis, tegang, dan lucu.

 

Rekomendasi

Buku saya rekomendasikan kepada pembaca dewasa yang mencari novel drama keluarga + romantic comedy dengan bumbu murder mystery. Unsur budaya Cina-Indonesia dengan bahasa yang campur aduk antara Inggris, Indonesia, dan Mandarin (untuk Mandarin tetap dinarasikan dalam bahasa Inggris) membuat novel ini unik dari awal hingga akhir. Ringan dan menghibur.

 

 

This Book Review Might Have Spoiler!

 

Tokoh dan Karakter

Meddy
Ma
Er Jie, Second Aunt
Fourth Aunt
Second Aunt
Big Aunt
Nathan
Selena
Annie
Chris
Jake
Jacquiline
Tom Cruise Sutopo
 
Meddy gadis yang baik hati juga sangat peduli dengan keluarganya. Dia mengalami konflik dilematis dimana di satu sisi dia ingin hidup mandiri, jauh dari ibu dan bibi-bibinya, tapi juga tidak tega untuk melakukan itu karena khawatir dengan opini miring dan takut mengecewakan keluarga. Di awal cerita, karakter Meddy cenderung ceroboh dan lekas panik, tapi makin ke sini dia bisa berpikir lebih jernih bahkan menemukan solusi beberapa masalah. Entah ini bisa diterima sebagai bentuk transformasi tokoh, atau ketidakkonsistenan penokohan, saya lebih pilih yang pertama :). Ibu dan para bibi tipe-tipe orang yang ramai dan guyub, kok di saya pas ya dengan penokohan orang-orang Asia, padahal tentu tidak semua orang Asia seperti keluarga Meddy. Nuansanya juga mengingatkan saya pada beberapa film Cina yang pernah saya tonton dimana keluarga besar itu ramai berceloteh ketika sudah momennya ngumpul. Nathan juga tokoh yang likeable. Dia serius berhubungan dengan Meddy tapi justru Meddy yang penuh keraguan. Bisa dibilang Nathan ini pria idaman. Cakep, pekerja keras, karirnya bagus, setia, tulus, dll.

Personally, saya agak gemes dengan tokoh Meddy yang karakternya lemah di beberapa bagian. Tapi sepertinya perannya memang harus begitu untuk membangun sisi emosi cerita. Sebaliknya, kekuatan keluarga sangat terasa di sini selain kisah romansanya. Keluarga yang ramai dan suka saling turut campur ini tergambarkan dengan baik dan mengundang senyum.
 
Deskripsi fisik tokoh yang paling saya ingat itu Nathan. Tidak terlalu detail juga, yang pasti Nathan ini cowok tampan dan seksi, dengan bentuk tubuh yang gagah. Selebihnya bahkan untuk fisik Meddy sendiri tidak ada yang benar-benar detail tergambar di benak saya. Para bibi dan ibu pun begitu. Tapi ini bisa kita liat cukup di cover bukunya yang sudah ada ilustrasi Meddy, ibu dan para bibi.
 
The years have been kind to Nathan. He's obviously started working out, even in his button-down shirt with the sleeves rolled up to his elbows, I can see his biceps straining against the fabric. His face has lost its teenage softness, giving way to a defined jawline that makes my teeth clench because fuck, he's hot. So much hotter than I remember, and I remember him as the most gorgeous boy I'd ever laid eyes on in real life. My gaze skitters to his hands. No weeding band.
Page 103

 

Alur dan Latar

Kisah diceritakan dari sudut pandang orang pertama (Meddy) dengan kecepatan alur sedang-cepat. Plotnya kombinasi maju mundur yang punya pola di awal-awal, lalu kemudian maju teratur hingga akhir kisah. Prolognya dimulai dari 8 tahun lalu, kemudian ke masa kini, lalu kembali lagi ke 7 tahun lalu, dan ke masa kini lagi, begitu pattern-nya, hingga kemudian berhenti di 4 tahun lalu, dan balik ke masa kini hingga akhir buku. Kalau ada kepikiran kenapa berhenti di 4 tahun lalu, mungkin karena di 4 tahun lalu itu masa vakumnya Nathan bersama Meddy, waktu jadi seperti berlalu begitu saja, tidak ada yang perlu diceritakan :D
 
Konflik cerita utama ada di soal cara menyembunyikan mayat. Meddy, ibu, dan para bibi bahu membahu menghilangkan mayat ini supaya lepas dari jeratan hukum karena mereka juga tanpa sengaja membuat situasi jadi runyam, bukan sebuah kasus kriminal murni sebenarnya. Selain itu ada konflik asmara antara Meddy dan Nathan. Kesalahpahaman masa lalu yang mungkinkah bisa terurai dan punya harapan untuk kembali bersama. Dari sisi internal, Meddy juga punya konflik diri yang merasa dilema antara ingin terus bersama keluarganya atau hidup lebih mandiri. Dia juga punya ketakutan kutukan keluarga dimana semua pria di dalam keluarga mereka akhirnya pergi. Cerita ber-ending tertutup.
 
Latar cerita di California, Oxford, San Gabriel Valey, resort, rumah, restoran, dll. Deskripsi fisik latarnya sendiri tidak begitu ditonjolkan. Salah satu lokasi yang saya paling ingat adalah keindahan resort tempat lokasi wedding Jacqueline dan Tom Cruise Sutopo. Hotelnya dibangun di atas bukit. Keliatannya agung dan suci. Resor ini dirancang dengan arsitektur Asia Tenggara kuno, dengan ornamen ukiran yang kaya menghiasi tiang-tiang raksasa. Lobi terbuka di dua sisi, menawarkan pemandangan resor dan laut yang menakjubkan di bawahnya. Langit-langitnya sangat tinggi dan di sekitar lobi terdapat kolam yang tenang dengan ikan koi oranye yang cemerlang dan lilin yang mengambang. Kayaknya indah ya :D. Kamar-kamarnya juga cantik. Ada di dalam suatu adegan dimana ruangan kamar Meddy dideskripsikan fisiknya. Kamarnya sebenarnya kamar termurah di resor itu, tapi tetap indah. Ada dua tempat tidur queen dengan bantal lembut dan bahkan selimut yang lebih empuk, jendela dari lantai ke langit-langit yang membuka ke balkon yang luas, perabotan modern di sekelilingnya, ber-AC sejuk. Yuk kita staycation di resor ini :D
 
The lobby of the hotel is built atop a hill. The words "majestic" and "hallowed" come to mind. The resort has been designed with ancient Southeast Asian architecture in mind, with richly carved ornaments decorating the giant columns. The lobby is open on two sides, offering a stunning view of the resort and the ocean below. The ceiling is so high I have to tilt my head all the way to back to see the top, and surrounding the lobby is a peaceful pond with brilliant orange koi and floating candles.
Page 98
 
 
 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Hal pertama yang menarik perhatian saya begitu membuka novel ini adalah kata pengantarnya. Ternyata bagi Jesse buku ini adalah surat cinta buat keluarganya. Diceritakan di sini bahwa keempat kakek nenek Jesse berasal dari Cina yang imigrasi ke Indonesia antara tahun 1920 dan 1930, dan ketika mereka tiba di Indonesia, mereka mengubah nama Cina mereka menjadi nama Indonesia untuk menghindari xenophobia. Chen menjadi Sutanto. Ho menjadi Wijaya. Orang tua Jesse menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan Mandarin sebagai bahasa kedua. Jesse dikirim ke Singapura untuk menghindari kerusuhan tahun 90an. Lama tinggal di Singapura, Jesse mengadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa pertama dan hampir lupa bagaimana berbicara bahasa Indonesia. Tiap kali orang tuanya datang, komunikasi jadi perkara yang rumit. Dari situasi itulah akhirnya komunikasi mereka jadi campuran bahasa, Inggris, Indonesia, dan Mandarin yang campur aduk. Kalimatnya jadi putus-putus dan sering kesulitan untuk menyampaikan apa yang ingin dikatakan.


Beberapa bibi di Dial A berbicara dengan Inggris yang patah-patah ini. Menarik sekali ketika Jesse bilang bahwa pemahaman mereka tentang bahasa Inggris bukanlah cerminan dari kecerdasan mereka, tetapi cerminan dari pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk dia. Kata Jesse, buku ini sama sekali tidak mewakili komunitas Asia secara keseluruhan karena tidak ada satu buku pun yang dapat mewakili komunitas individu yang begitu besar. Tapi dari buku ini Jesse berharap bisa sedikit memberikan gambaran yang kuat dari keluarga yang sudah membesarkan dan melindunginya selama ini.
Ini semua kata pengantar yang dalam dan punya histori kalo menurut saya. Entah karena saya orang Indonesia, yang pasti buku Jesse memang bikin saya bangga, karena lewat karyanya ada bagian dari bahasa dan budaya kita yang dikenalkan di dunia internasional.

 
 

Perpaduan Inggris, Indonesia, dan Cina yang ada di buku ini memang membawa nuansa yang berbeda. Rasanya unik dan menarik ketika ada selipan-selipan bahasa dan budaya kita di novel humorous fiction dan romantic comedy ini.

Ada budaya Cina berkaitan dengan makanan. Yang paling saya ingat waktu adegan makan-makannya Meddy bersama ibu dan para bibi. Di sini terlihat bagaimana masing-masing orang saling meletakkan makanan ke piring orang lain yang ternyata itu memang budaya makan keluarga Cina, yang menunjukkan cinta dan rasa hormat. Bibi Besar meletakkan iga rebus ke piring Meddy, Meddy meletakkan pangsit di piring bibi yang lain dan menuangkan teh untuk semua orang. Bibi Kedua memotong char siu baos jadi dua dan menempatkan satu setengah di piring semua orang. Mejanya berbentuk bundar agar semua orang bisa menjangkau makanan. Ukuran makanannya juga berpengaruh, yang paling besar potongannya diberikan ke yang usianya paling tua, potongan terbesar kedua diberikan ke yang senior nomor dua, begitu seterusnya. Hal ini menunjukkan kesopanan dan orang yang bersangkutan sudah dibesarkan dengan baik, yakni hidup dengan memperhatikan orang lain sebelum diri sendiri. Dalam ya maknanya :).
 
... steamers down in the center of our table, and I feel an almost overwhelming need to beat my chest and crow. I got those shrimp dumplings! Me!
"Eat more, Meddy. You should keep your strength up for tomorrow," Big Aunt says in Mandarin, plopping two pieces of braised prok ribs on my plate while I carefully place dumplings on everyone else's plates and pour them tea. Second Aunt cuts the char siu baos into two each and places one half on everyone's plate. The table being round means all the dishes are equally within reach of everyone, but Chinese family meals aren't complete without everyone serving food to everyone else, because doing so shows love and respect, which means we all need to do it in the most attention-seeking way possible. What's the point of giving Big Aunt the biggest siu mai if nobody else notices?
"Thank you, Big Aunt," I say dutifully, placing a fat har gow on her plate. I always reply in English no matter which language my family is speaking because Second Aunt says listening to me struggle through Indonesian or Mandarin makes her blood pressure rise. "You eat more too. We're all counting on you tomorrow. And you, Second Aunt." The second-biggest har gow goes on Second Aunt's plate. Third biggest goes to Fourth Aunt, and the last remaining one goes on Ma's plate. That shows that Ma has brought me up well, to look out for others before ourselves.
Page 9
 
 
Di dalam buku juga disebut desainer Indonesia. Kalau teman-teman ada yang menyimak dunia fashion tentu familiar dengan nama Biyan Wanaatmadja, desainer terkenal asal Surabaya. Di buku ini ada nama Biyan disebut-sebut, dan saya menduga itu mengacu ke Biyan Wanaatmadja.
She's not kidding. The dress is huge, and it takes the two of us to pull it off the mannequin and hang it up against the floor-to-ceiling window. The sunlight at its back makes it almost translucent, and every lace detail shines through. I was expecting a Vera Wang or an Alexander McQueen, but the silk label says Biyan, which is a nice surprise. An Indonesian designer. It makes me like Jacqueline even more. It strikes me, as I take pictures of the dress from various angles, that this is the first time I'm photographing a wedding dress by an Indonesian designer, and it feels special somehow. It rekindles the love I have for photography and why I decided to join my family's venture in the first place. If only wedding photography could be all about the intimate details - just me, my camera, pretty dresses, and happy couples, instead of the family obligation and drama that come with it. But now is so not the time to think about leaving the family business.
Page 128
 
Kalimat di buku ini campur bahasa, Inggris, Indonesia, dan Mandarin. Senangnya adalah kalimat berbahasa Indonesianya cukup banyak. Mandarinnya seingat saya sedikit atau malah tidak ada dan dinarasikan tetap dalam bahasa Inggris, lalu kalau tidak salah tidak ada catatan kaki. Mungkin pusing ya untuk yang bukan orang Indonesia, tapi untuk saya jelas tidak ada masalah.
 
I can only shake my head and wave a weak hand at him, indicating that he should continue. Once I catch my breath, I say. "Kita lupa handphone nya dia."
"Handphone siapa - oh," Ma gasps, her hand flying to cover her mouth. "Ada dimana handphone nya?"
I don't know where it is. I shake my head.
"Pasti di dalam kantung celana," Second Aunt says.
Page 98
 
 
Di buku juga ada diceritakan budaya pernikahan keluarga Tionghoa-Indonesia. Ada acara penjemputan, upacara minum teh, dan seremonial tertentu. Sebelum penjemputan, ada veiling ceremony, di mana orang tua pengantin wanita mencium pipinya dan kemudian menutup wajah pengantin wanita dengan kain indah, seremoni ini bermakna transformasi dari wanita menjadi pengantin sudah selesai. Di sebagian besar keluarga Tionghoa-Indo, tidak peduli berapa usia si anak, anak-anak biasanya tinggal bersama orang tua mereka sampai mereka menikah dan pindah. Jadi bagi sebagian besar keluarga, ini adalah perpisahan.
Lalu ada acara penjemputan. Di sesi ini pengiring pengantin datang lalu mendapatkan tantangan dari pihak wanita. Tantangannya tidak harus serius seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan tapi juga bisa yang lucu-lucu. Selanjutnya adalah upacara minum teh. Pengantin menyajikan teh untuk orang tua mereka, dan orang tua mereka memberikan hadiah kepada mereka. Secara tradisional, hadiahnya dalam bentuk paket emas atau paket merah berisi uang.



Menyikapi premise novel ini memang tidak boleh serius mengikuti tema kecelakaan dan mayat yang disembunyikan. Semua dilihat dari sisi kelucuan para bibi dan ibu yang ide-ide menyembunyikan mayatnya logis tapi berujung fatal dan mengundang senyum. Definisi logis di sini juga relatif karena beberapa idenya jelas kurang cerdas kalau ditimbang dari model penyelesaian sebuah kasus kriminal yang lebih serius. Berbagai insiden yang terjadi di sepanjang acara pernikahan juga harus diframe dari perspektif humor, karena tipe ide humornya menurut saya memang masuk ke 'menertawakan kemalangan dan kekacauan' juga.
 
Kerenyahan lain yang saya temukan di novel ini adalah penamaan orang-orang Cina-Indonesia yang diungkap di buku ini. Nama-namanya unik dan memang mengundang senyum, misalnya Gucci dan Tom Cruise Sutopo. Di buku diceritakan kalau orang Tionghoa-Indonesia suka menamai anak-anak mereka dengan nama orang terkenal atau brand populer. Kadang ada pula salah penulisan seperti Meddelin yang sebenarnya dimaksudkan Madeleine. Hal ini jadi mengingatkan saya pada novel Dayon yang ditulis uda Akmal Nasery Basral yang dibukunya diceritakan bapaknya Dayon menamai anaknya itu dengan nama aktor terkenal James Bond, tapi kemudian salah penulisan menjadi Jems Boyon :D.
 
Tomorrow is the start of a two-day wedding weekend extravaganza for Jacqueline Wijaya, daughter of Indonesia's largest textiles company, and - I kid you not - Tom Cruise.
Sutopo, that is. Yeah, the groom's name really is Tom Cruise Sutopo. I checked. It's exactly the kind of thing Chinese-Indonesians love naming their kids after - famous people and/or brand names (I have a cousin named Gucci, who mover very far away as soon as he was legally able to), or some form of misspelling of a popular Western name. Also case in point: Meddelin. My parents were aiming for Madeleine. Growing up, my cousins called me Meddlin' Meddelin, which is why I never, ever meddle in anyone's business , ever. Well, that and also the fact that my mother and aunts meddle enough for the whole family.
Page 12
 




Bacaan ringan dan menghibur dan punya keunikan berupa budaya Cina-Indonesia 😊. Buku ini menurut saya akan mengecewakan kalau kita berharap sebuah bacaan yang mengeksplor dan menggarisbawahi kasus pembunuhan. Penyelesaian konflik pembunuhannya juga tidak dalam di bagian akhir buku, seperti sebuah keberuntungan saja ketimbang ending model reveal ala buku-buku murder mystery. Dial A For Aunties lebih dekat ke drama keluarga+ romance plus bumbu pembunuhan.

Pada akhirnya yang paling saya sukai dari novel ini adalah pesan tentang keluarga yang saling menjaga dan peduli satu sama lain, bahkan ketika yang bersangkutan sudah berusia mandiri atau berumahtangga. Saya juga suka bobot budaya Cina-Indonesianya.

 

Siapa Jesse Q. Sutanto

Jesse Q. Sutanto adalah penulis buku dewasa, YA, dan middle grade. Jesse memiliki gelar master dalam penulisan kreatif dari Universitas Oxford. Hak film untuk fiksi wanitanya, Dial A for Aunties, dibeli oleh Netflix dalam perang penawaran yang kompetitif. Buku dewasanya termasuk Dial A for Aunties dan sekuelnya, Four Aunties and a Wedding. Buku-buku YA-nya termasuk The Obsession, The New Girl, dan romcomnya yang akan datang, Well, That Was Unexpected. Buku middle grade-nya termasuk Theo Tan and the Fox Spirit dan sekuelnya.

 

 

-----------------------------

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

Review Buku Earthlings - Sayaka Murata

14-02-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29   Judul...

Read more

TERBARU - STORIES OF PLACES

Tomoro Coffee (a Story)

11-09-2024 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Bandung sudah mulai masuk musim penghujan, setidaknya begitulah kelihatannya, karena dua hari ini hujan turun menjelang sore atau malam hari. Cuaca juga cenderung mendung dan syahdu. Cocok untuk ngopi di...

Read more

Woodyland Eatery Bandung (a Story)

23-07-2024 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Tak terasa Juli 2024 tiba. Saya masih ingat begitu susahnya mengatur jadwal untuk sekadar ngopi di cafe atau resto bersama teman. Agenda yang satu ini memang salah satu yang paling...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - SELF EDUCATION

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more