0

Review Buku Suluh Rindu - Habiburrahman El Shirazy

Published: Monday, 12 September 2022 Written by Dipidiff

 

Judul : Suluh Rindu

Penulis : Habiburrahman El Shirazy

Jenis Buku : Fiksi Religi

Penerbit : Republika Penerbit

Tahun Terbit : 2022

Jumlah Halaman :  594 halaman

Dimensi Buku : 13.5 × 3 × 20.5 cm

Harga : Rp. 130.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 97862327915031

 

Softcover

Bahasa Indonesia

Dapatkan bukunya di Republika Penerbit di Republika.id

 

 

Sekelumit Tentang Isi

 

“Jodoh itu memang misteri. Ada yang sudah mencari ke mana-mana, eh ternyata jodohnya tetangga sendiri. Itu bukan hal yang aneh.”

Ridho kini telah berhasil memajukan pesantren di tanah kelahirannya, Way Meranti. Namun dengan semakin bertambahnya santri di pesantren tersebut, muncul banyak permintaan untuk membuka pesantren putri agar anak-anak perempuan pun dapat menimba ilmu di sana. Jelas, tanggung jawab ini di luar kemampuannya. Di sisi lain Syifa, adik dua pupu yang selama ini jadi tanggung jawab Ridho, sudah diwisuda sebagai hafidzah. Dengan kemampuan bacaan Al-Qur’an dan suaranya yang indah, tak heran Syifa menjadi sorotan saat acara wisuda, bahkan hingga masuk koran daerah dan televisi nasional. Sudah tiba bagi Ridho maupun Syifa untuk menentukan jodohnya untuk makin memantapkan jalan mereka dalam syiar agama. Namun, cobaan terberat Syifa ada di depan mata. Sementara Ridho tak bisa mencegah hal buruk yang akan segera terjadi padanya.

Seperti apakah akhir kisah Ridho dan Syifa ?

 

Rekomendasi

Buku ini saya rekomendasikan kepada semua pembaca yang mencari novel islami dengan topik cinta dan pernikahan, dengan latar pesantren yang kental. Banyak wawasan dan isu yang diangkat di sini. Konflik ber-layer, internal dan eksternal. Ending tertutup.

 

Ada sesuatu pada gambar sampul buku ini yang mengingatkan saya serta merta pada kata kunci Melayu, atau Sumatera, mungkin karena sungainya, atau perahunya, entahlah. Dan ternyata memang latar cerita banyak berada di kota di pulau Sumatera. Saya sendiri baru tahu hal ini karena sejujurnya belum membaca buku pertamanya. Ada semacam kerinduan yang terobati saat membaca Suluh Rindu, karena saya asli Sumatera, yang merantau ke Jawa setelah dewasa. Buku ini jadi lebih personal, karena mengingatkan saya pada kampung halaman, yang memang tidak persis di Lampung, tapi saudara-saudara saya dulu banyak yang tinggal di kota Lampung.

 

This Book Review Might Have Spoiler!

 

Tokoh dan Karakter

- Tofik
- Syifa
- Santi
- Bang Sahrul
- Ridho
- Lina
- Yunus
- Bang Tofik
- Sita
- Bu Rosma
- Romo Kyai Mukhlas
- Kakek Jirun
- Nenek Halimah
- Kyai Shobron
- Nyai Fathiyyah
- Diana
- Fredi
- Yunus
- Kyai Mukhlas
- Nenek Zumroh
 

Di Suluh Rindu kita akan bertemu dengan tokoh cerita yang cukup banyak. Saya sendiri sempat bingung dengan nama-namanya, untungnya untuk tokoh utamanya sendiri sebenarnya sedikit dan lebih mudah diingat. Ada Syifa, gadis bersuara merdu, pandai mengaji, dan hafal 30 juz Al Qur'an, baik hati, dan sholehah. Terkait tokoh Syifa ini agak membingungkan karena di awal digambarkan bijak, namun memasuki konflik ternyata ada karakter kurang tegas dalam diri Syifa yang menyebabkan dia menghadapi konflik besar pernikahan. Tapi mungkin di sini lah titik dimana kita bisa melihat sisi manusiawi sebuah tokoh cerita, dan lagipula Syifa melakukan itu dalam bentuk baktinya kepada sang nenek. Saya jadi penasaran, kalau dikaji dari sudut pandang ajaran Islam, lebih berat mana menghindarkan diri dari pernikahan dengan pria yang jelas-jelas akhlaknya buruk dengan melanggar petuah nenek.

 

Alur dan Latar

Pov 3, alurnya maju dengan kecepatan sedang-cepat, berpindah-pindah latar lokasinya dari pesantren ke pesantren (pesantren Minhajus Sholihin, pesantren Kanzul Barokat Gisting), gunung Seminung, danau Ranau, Masjid Al Ihsan, masjid daerah Kembahan, masjid Al Azhar, rumah, kantor, restoran, apartemen, resort, dan lain sebagainya, di Liwa, Lampung, Sidawangi, Jakarta, Mesir, Yordania, Inggris, Malaysia, dll.
 
Konflik cerita cinta dan pernikahan, tentang Ridho yang dihadapkan pada keputusan untuk berumahtangga, Syifa yang harus mengambil keputusan terkait perjodohannya juga takdir pernikahannya kelak. Selain itu ada konflik warisan keluarga Lina dan Syifa, hubungan nenek dan cucu dan silaturahmi keluarga yang terkait. Kisah ini ber-ending tertutup.
 
 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Salah satu buku yang ditunggu para pecinta novel religi tentu saja Suluh Rindu dari Kang Abik. Buku sekuel dari Kembara Rindu ini terjual 600 eksemplar pada event IBF 2022, dilansir dari republika. com. Saya yakin teman-teman yang lain juga pada penasaran dengan karya terbaru Kang Abik ini.


Sejak halaman pertama saya sudah suka scene di gunung Seminung yang banyak mengandung pesan tadabur alam. Di bagian awal cerita ada adegan dimana Ridho, Syifa, Bang Sahrul, Lina, Santi, Tofik, dan Lukman mendaki bersama. Mereka saling menyemangati dan membantu di kala melewati medan yang berat, tak lupa berdoa dan terus memuji kebesaran Allah SWT. Dialog mengalir seiring langkah kaki mereka makin tinggi mencapai puncak. Ada beberapa percakapan dan kejadian di gunung yang berkesan buat saya, misalnya tentang tas carrier milik Ridho yang bentuknya paling aneh, mirip keba yang dipakai Suku Dayak di Kalimantan. Tas itu kokoh, kuat, dan multifungsi. Selain untuk membawa barang, juga bisa difungsikan untuk mengevakuasi orang jika diperlukan. Karena saya penasaran, saya akhirnya mencari informasi lebih lanjut tentang tas ini, dan menemukan informasi di sebuah situs bahwa tas carrier ini memang ada, namanya Kebal 50L Black Borneo Series. Eiger membuat tas ini terinspirasi dari tas kerangka kayu sebagai alat angkut tradisional khas suku Dayak saat melakukan ekspedisi Eiger Black Borneo 2015. Bahkan untuk saya yang bukan pendaki gunung dan tidak punya hobi naik gunung, wawasan ini rasanya menarik karena sebagai orang awam yang saya tahu hanya tas carrier model biasa.

Suasana hujan di puncak dan adegan ngopi di tenda juga favorit saya. Rasanya memang syahdu, dan seketika jadi membayangkan suasana ngopi di puncak gunung di tenda sambil merenungkan alam semesta dan pencipta. Di dalam dialog ada disinggung tentang mengapa di gunung ada hujan meski musim kemarau yang jawabannya ternyata karena di gunung secara umum curah hujannya lebih tinggi sehingga hujan bisa turun kapanpun, dan itulah sebabnya ketika mendaki di daerah tropis harus membawa jas hujan. Sepele ya, tapi saya suka hal-hal sederhana seperti ini diselipkan di dalam dialog.

Di adegan yang sama juga di deskripsikan momen makan bersama dengan nasi yang mengepul, ayam rica-rica, tempe goreng, sambal terasi, dan kerupuk bawang, teh, dan kopi panas. Wow! Rasanya saya jadi lapar menyimak bagian ini dan memang di beberapa bagian lain dalam cerita, Kang Abik memunculkan adegan makan yang lahap bersama keluarga dan teman. Meski tidak dominan, tapi novel ini cukup membuat saya merasa lapar. Oh iya, ada di salah satu adegan juga disebutkan tentang kue sekubal dengan gulai ayam. Kue sekubal ini ternyata sajian khas Lampung, bentuknya seperti lontong berbahan dasar ketan dan santan kelapa. Uniknya kue sekubal bisa disajikan bersama pasangan makanan yang rasanya manis maupun gurih, dan salah satu makanan pasangan kue sekubal adalah gulai ayam.

Dari buku ini, saya juga baru tahu kalau kopi itu disebut sebagai minumannya para wali. Awalnya kopi adalah minuman penduduk Yaman lalu menyebar ke seluruh dunia, disebut sebagai minuman para wali karena dengan secangkir kopi para wali bisa mengusir rasa kantuk di malam hari sehingga mereka bisa bermunajat dan bermesraan dengan Tuhan setiap malam. Secangkir kopi bisa membantu para wali istiqamah dalam beribadah, juga membantu para ulama merenung, memecahkan banyak persoalan, serta menulis kitab berjilid-jilid jumlahnya. Penasaran ingin cari tahu soal ini lebih jauh, mari googling dan temukan satu artikel di republika.co.id yang menjelaskan kopi itu minuman para sufi. Sebagai yang suka kopi, hati saya senang membaca informasi ini.

Syifa mengangguk lalu menyeruput kopinya. Ia sangat menyukai kopi yang dihasilkan dari kebun-kebun kopi di kampungnya. Ia juga sangat menyukai aroma kopi. Entah kenapa aroma kopi membuatnya merasa segar. Simbah Kyai Harun sering mengatakan kopi adalah minumannya para wali, mula-mula kopi adalah minuman penduduk Yaman lalu menyebar ke seluruh dunia. Kenapa disebut minuman para wali, karena dengan secangkir kopi para wali bisa mengusir rasa kantuk di malam hari sehingga mereka bisa bermunajat dan bermesraan dengan Tuhan setiap malam. Secangkir kopi bisa membantu para wali istiqamah dalam beribadah, juga membantu para ulama merenung, memecahkan banyak persoalan, serta menulis kitab berjilid-jilid jumlahnya.
Malam itu hanya Lina dan Yunus yang tidak menyeruput kopi. Mereka lebih memilih menyesap teh dengan keharuman melati. 
Halaman 10
 
 
 
Yang saya tahu penanganan pasca digigit ular itu seperti yang ada di film-film petualangan. Ikat di atas bagian yang digigit ular, lalu buat luka sayatan di bagian yang digigit dan sedot bisa ular keluar. Ternyata cara ini salah total ^^' . Mengingkat bagian tubuh apalagi menyedot bisa ular dari luka justru tindakan yang harus dihindari, demikian info yang saya dapatkan dari situs hello sehat. Di dalam adegan cerita, kedua hal itu juga tidak dilakukan. Tokoh Lina meminta Syifa yang digigit ular untuk tidak menggerakkan bagian yang tergigit sama sekali.
"Itu darah di bagian yang digigit ular segera disedot, Bang Ridho, agar bisanya keluar," saran Yunus. Namun Lina buru-buru mencegah.
"Jangan, itu cara penanganan yang tidak tepat. yang tepat adalah bagian yang digigit itu diusahakan tidak bergerak sama sekali. Yang paling penting cari ular itu untuk mengetahui jenis ularnya, agar nanti tepat dalam penanganan medisnya."
..
Yunus memukulkan trekking pole-nya ke rerumputan. Seekor ular belang hitam putih menggeliat marah. 
...
"Kenapa tidak disedot darahnya yang bagian luka? Yang saya tahu penanganan pertama bagian yang digigit ular, disedot, agar bisanya keluar melalui darah yang keluar," Yunus penasaran.
"Tidak perlu menyedot darahnya. Bisa ular welang ini berjenis neurotoksin yang menyerang syaraf. Bisa jenis ular ini menyebar melalui kelenjar getah bening, bukan melalui pembuluh darah, Jadi tak ada gunanya menyedot darah bekas gigitan ular. Juga tak ada gunanya pula mengikat kencang-kencang dengan harapan untuk menghambat aliran pembuluh darah. Langkah pertama yang harus diambil bukan menghambat aliran darah, melainkan menghambat peredaran bisa ular ke sekujur tubuh korban."
"Terus caranya bagaimana, Mbak?" tanya Yunus.
"Dengan melakukan imobilisasi. Yaitu mencegah agar bagian tubuh yang kena gigitan itu tidak bergerak. Sebisa mungkin sama sekali tidak boleh bergerak, ototnya jangan bergerak. ini supaya kelenjar getah bening tidak mengalirkan bisa ular ke seluruh tubuh. Jika otot-otot itu bergerak, maka kelenjar getah bening akan mengalirkan bisa ular itu. Dan kita harus membawa korban secepatnya mendapatkan perawatan medis. Sedikit membuat lega, di Indonesia telah tersedia antibisa polivalen untuk mengobati gigitan ular welang."
Halaman 24
 
 
 
Tapi bagian yang paling saya suka dari adegan naik gunung ini adalah tips kesuksesan yang direfleksikan dari aktifitas naik gunung, bahwa mendaki gunung mencapai puncak bisa menjadi pelajaran bagaimana seseorang meraih cita-cita dan kesuksesannya. Keberhasilan seseorang naik ke puncak gunung karena didukung beberapa faktor, mulai dari adanya pembimbing hingga persiapan yang optimal baik fisik maupun mental. Harus paham ilmu seputar pendakian gunung, punya kemauan keras dan mau bekerja keras, disiplin, tidak mudah menyerah, fokus pada tujuan, berhati-hati dan berpikiran sehat, percaya diri dan antusias untuk suses, bertanggung jawab pada diri sendiri, tawakal pada Allah, dan waspada untuk tidak melakukan kecerobohan. Meraih impian seperti naik ke puncak gunung, ada mentor atau coach, butuh fisik dan mental, sedia bekerja keras, dll.
"Tidak ada yang salah," potong Ridho, "Yang paling penting adalah bagaimana kita mengambil pelajaran dan hikmah dari semua peristiwa ini sehingga menjadi bagian dan pintu-pintu kebaikan."
"Saya merenungkan dua hal," ujar Syifa.
"Apa itu?" Lina penasaran.
"Pertama, mendaki gunung hingga mencapai puncak bisa menjadi pelajaran bagaimana seseorang meraih cita-citanya. Meraih kesuksesannya. Bahkan, meraih sesuatu yang melebihi mimpi, ini bahasanya Dik Lukman. Meskipun mencapai puncang gunung adalah simbol nyata dan bukti nyata kesuksesan seorang pendaki. Orang bisa mencapai punggung Gunung Everest di Himalaya itu sudah sebuah prestasi, tapi dia yang mampu mencapai puncak Everest tentu nyata berprestasi dan ditulis sejarah.
Mendaki Seminung adalah pengalaman pertama saya naik gunung. Dan alhamdulillah saya berhasil mencapai puncak. Saya menyaksikan banyak keindahan. Dalam perenungan saya, keberhasilan ini karena banyak faktor. Pertama, karena saya dibimbing dan diberitahu oleh orang yang mengerti cara mendaki gunung yang benar. Udo Ridho orangnya. Uda Ridho telah berpengalaman mendaki tiga gunung di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Udo juga sangat detail menyiapkan segalanya. Setiap pagi, saya dan Lukman diajak jalan berkilo-kilo sambil membawa beban, dan langsung memakai sepatu gunung. Ilmu bertahan di alam liar pun diajarkan. Meskipun Udo Ridho sudah berpengalaman, tapi ia tetap meminta orang yang juga menguasai medan untuk ikut dalam perjalanan pendakian, yaitu Bang Tofik. Saya benar-benar menikmati perjalanan. Ketinggian 1881 mdpl terasa nyaman ditaklukkan.
Agar berhasil, saya harus mengerti ilmu atau cara untuk sukses. Lalu harus punya kemauan keras. Lalu kerja keras. Lalu disiplin dan tidak mudah menyerah. Lalu fokus pada tujuan. Lalu hati-hati dan selalu berpikiran sehat. Lalu percaya diri dan antusias untuk sukses. Lalu bertanggung jawab pada diri sendiri, memahami bahwa kesuksesan itu adalah tanggung jawab diri, bukan tanggung jawab orang lain. Itu semua dibarengi dengan tawakan sepenuhnya kepada Allah, Tuhan yang menguasai alam semesta. Itu renungan saya yang pertama."
...
"Yang kedua, kecerobohan sekecil apa pun berpotensi menghancurkan kesuksesan yang telah diraih. Ini perenungan Syifa pada kejadian digigit ular itu. Sebenarnya digigit ular itu tidak masalah kalau saat itu Syifa pakai sepatu bot. Sayangnya saat itu Syifa telanjang kaki, hanya beralaskan sandal. Akibatnya kaki Syifa terluka kena patukan ular. Itu kecerobohan Syifa. Jadi  Mbak Lina tidak salah mengajak Syifa untuk mengambil foto di area bunga edelweis itu. Yang salah adalah Syifa karena ceroboh, karena kendor dalam menerapkan disiplin. Padahal berkali-kali Udo Ridho sudah berpesan bahwa semua harus disiplin dan aturan naik gunung tidak boleh kendor, termasuk disiplin dalam sistem berpakaiannya, baik ketika jalan maupun ketika tidur, ketika tidak hujan maupun ketika turun hujan.
...
Kecerobohan kecil itu nyaris membahayakan nyawa Syifa. Sedikit kendor dalam berdisiplin nyaris merusak semua kebahagiaan dan keindahan yang diraih. Alhamdulillah. Allah menyelamatkan lewat orang-orang baik. Maka kita memerlukan orang-orang yang baik di sekeliling kita. Kita tidak bisa egois hidup sendiri atau hidup mementingkan diri sendiri."
Halaman 31

 

 

Satu hal lain yang menarik buat saya secara pribadi adalah kentalnya latar pesantren di Suluh Rindu. Dari novel ini saya mengenal yang namanya ujian hafalan riyadhoh, khatam tiap hari selama 40 hari, dengan begitu Al Qur'an seperti menempel di jiwa. Dan momen pamungkas khotmil Qur'an atau takhtim terasa epik buat saya yang orang awam ini. Di momen ini Syifa menyetorkan hafalan 30 juznya yang dengan detail diceritakan di novel ini, mulai dari suasana, tokoh-tokoh yang terlibat, ekspresi, respon, dan bagaimana Syifa menjalani ujian tersebut, misalnya ada maqam/irama Bayati, dan lain sebagainya.

 

Kebetulan tahun ini saya memasukkan putra saya di sekolah islam terpadu dengan program tahfidz Al Qur'an sehingga ketertarikan saya terasa semakin besar begitu membaca hal-hal seputar edukasi di pesantren yang ada di buku ini.

Sayang sekali memang bahwa pendidikan pesantren masih terdapat praktik senioritas yang berujung kekerasan seperti kasus yang baru-baru ini viral di salah satu pesantren besar di Indonesia memunculkan keraguan terhadap model pendidikan pesantren, padahal intisari ajarannya sendiri saya yakin baik. Dan yang saya suka dari buku ini adalah lewat kisah Syifa dan Ridho ada cerminan bahwa pendidikan pesantren itu bagus, dan orang-orang pesantren itu berpendidikan tinggi dan banyak yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Pesantren-pesantren juga bukan hanya sekolah tapi juga memiliki kegiatan bisnis yang maju dan modern. Misalnya di dalam cerita ada tokoh Ridho yang berbisnis ternak nila. Di buku ini bahkan disinggung sedikit tentang cara berternak nila yang ternyata tidak sembarangan. Dikatakan di dalam buku, meskipun budi daya ikan nila termasuk mudah, tapi baiknya diurus oleh yang berpengalaman supaya memperoleh hasil terbaik. Cara panen ikan nila harus apik, harus dilakukan dengan benar agar ikan yang didapat benar-benar berkualitas. Cara panen yang salah akan menghasilkan ikan dengan kualitas yang tidak maksimal dan itu mempengaruhi harga jual. Saat dipanen, ikan nila tidak boleh stress. Sebab kalau ikan stress, akan mudah mati. Karenanya sehari sebelum dipanen, ikan dipuasakan terlebih dahulu agar tidak stress selama proses panen dan distribusi. Waktu panen juga harus diperhatikan serius. Ikan nila sebaiknya dipanen di pagi atau sore hari ketika cuaca tidak panas. Agar ikan tidak stress karena suhu tinggi. Waktu sore hari dianggap terbaik karena udara cenderung lebih rendah. Kolam ikan juga bisa dibuat dengan menggali tanah atau di atas tanah sehingga lebih praktis dan menghemat lahan. Info yang menarik ya :D, terutama untuk saya yang memang suka bercocok tanam dan berternak meski dengan luas rumah di komplek yang terbatas, hobi ini belum sepenuhnya tersalurkan. 

 

Dari novel ini saya juga baru mendengar tentang silat Kumango yang dipelajari oleh santri putra, sedangkan Perisai Diri sudah familiar buat saya sebelumnya. Silat Kumango adalah salah satu silat khas dari tanah Minang yang diciptakan dan dikembangkan oleh Syekh Abdurrahman Al Khalidi, seorang ulama tarekat dan pendekar dari Tanah Datar, Sumatera barat. Langkah dan gerak silat ini diwarnai ajaran tauhid khas kaum sufi. Penamaan gerak dan langkah khas silat Kumango berbeda dengan silat lainnya. Dalam silat Kumanggo memakai istilah islami, yaitu langkah  alif-lam, lam-ha, mim-ha, dan mim-dal. Sesuatu yang khas lokal tradisional dalam unsur cerita selalu menarik perhatian saya.

 

Sudah tertebak sampai di sini barangkali, bahwa di Suluh Rindu banyak tersebar kutipan-kutipan bijak, misalnya yang saya ingat itu tentang pekerjaan atau aktifitas seberat apapun kalau direncanakan dan disiapkan dengan baik akan jadi ringan dan menyenangkan *halaman 20. Akan banyak ditemukan pula refleksi kehidupan dan keislaman, misalnya tentang memilih jodoh dengan tidak melupakan shalat istikharah. 

Bahwa harta bukan segalanya seperti yang diucapkan Syifa kepada Lina, bahwa dia tidak mau menuntut hukum hak warisan meski secara hukum ia yakin menang karena baginya harta bukan segalanya, dan lebih mengutamakan menjaga tali silaturahmi, bahwa ia yakin rejeki dan kasih sayang Allah itu melimpah ruah di mana-mana sehinggga tidak perlu risau dengan masa depan. Btw, konflik warisan ini adalah bagian yang saya suka juga karena seru, ada rasa penasaran seperti apa ujung cerita warisan ini dan apa taktik Lina dalam menghadapi kakaknya yang mencuranginya saat pembagian harta.

 
 
Ada pula nasihat untuk tidak menunda shalat karena shalat itu akan menjadi cahaya bagi pemiliknya ketika ia berada di alam kubur dan juga ketika berada di hari Kiamat. Shalat juga akan menjadi bukti bahwa seseorang itu benar-benar taat kepada Allah. Amal yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya maka seluruh amal ibadah seseorang dianggap baik. Jika buruk shalatnya yang lain dianggap buruk. Ada pula penjelasan tentang kenapa orang yang tidak menjaga shalatnya akan dikumpulkan di neraka bersama Qarun, Fir'aun, Haman, dan Ubay bin Abi Khalaf. Kalau ingin tahu lebih banyak tentang penjelasan topik ini, teman-teman silakan baca sendiri bukunya. :)
 
 
 
Untuk topik yang lebih serius, ada sentilan tentang tokoh yang sembunyi dan lari dari tanggung jawab. Dikisahkan waktu itu Ridho mengunjungi salah satu gurunya dan Romo Kyai ini menyampaikan kalau ia mengusulkan Ridho untuk masuk komisi fatwa atau komisi pendidikan yang mana ditolak dengan halus oleh Ridho. Lalu Romo Kyai menimpali dengan kekhawatirannya akan sosok yang penuh potensi tapi tidak mau duduk di kepengurusan MUI. Kalau tokoh-tokoh yang punya kapasitas, kapabilitas, dan integritas memilih sembunyi dan lari dari tanggung jawab keumatan, maka tokoh-tokoh tidak jelas yang akan mengisinya.
Ini relate dengan salah satu ingatan saya dimana salah satu desa tempat saudara saya tinggal pernah dipimpin oleh ketua preman lantaran saat pemilihan kandidat yang bagus-bagus justru memilih mundur. Thought provoking.
 
 

Ada pula sentilan-sentilan pada pemerintah, soal koruptor, hingga literasi Indonesia. Wawasan ini ada di adegan dimana Ridho berkunjung ke rumah Romo Kyai Mukhlas, kyai kharismatik di Lampung Barat. Di situ Ridho membaca majalan yang diterbitkan oleh sebuah ormas Islam keluaran terbaru. Di sana ada opini dari seorang cendekiawan tentang literasi di Indonesia. Berikut saya kutipkan narasinya di bawah ini

Cendekiawan itu menulis bahwa tingkat literasi di Indonesia sangat memprihatinkan. Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini menempati rangking ke 62 dari 70 negara terkait tingkat literasi. Ini berarti Indonesia masuk dalam golongan 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah. Literasi sendiri pada pemahaman awalnya adalah kemampuan membaca dan menulis. Kini literasi dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam memahami dan mengolah informasi ketika melakukan proses membaca dan menulis. Jadi membaca dan menulis sebagai dasar literasi tidak bisa ditinggalkan. Literasi juga bisa dipahami sebagai kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan. Kedalaman pengetahuan selalu berbasis pada pemahaman atas informasi yang didapat dari membaca dan menulis. Semakin banyak yang dibaca dan semakin bermutu bahan bacaan yang dibaca, dengan sendirinya pengetahuan semakin luas dan dalam. Cendekiawan itu menyoroti salah satu akar penyebab rendahnya literasi bangsa Indonesia. Menurutnya, selama puluhan tahun perhatian tertuju hanya pada hilir, maksudnya masyarakat yang terus jadi bulan-bulanan penghakiman sebagai pihak yang rendah minat baca dan budaya bacanya. Selalu yang disalahkan masyarakat. perlu untuk melihat bagian hulu. Artinya kehadiran peran negara yang serius dalam menyediakan buku dari Sabang hingga Merauke. Buku harus mencapai masyarakat paling pelosok sekalipun, dalam porsi yang cukup. Negara harus serius berperan mengawal segala proses peningkatan minat baca, sampai seluruh lapisan masyarakat memiliki budaya baca yang ideal. 

Halaman 83
 
Ridho membayangkan jika uang negara yang dikorupsi oleh para koruptor itu dibelikan buku, mungkin Idnonesia sudah penuh buku. Uang negara yang korup itu jumlahnya luar biasa besar. Mencapai ribuan triliun.
Ridho menghela napas. Ia kemudian berdoa seperti doa Simbah Kyai Nawir ketika ditanya tentang Indomesia. Ya Allah selamatkan Indonesia, ya Allah jagalah Indonesia, ya Allah rahmatilah Indonesia.
Ridho kembali membaca opini itu.
Sang cendekiawan menyodorkan data bahwa total jumlah bahan bacaan dengan total jumlah penduduk Indoensia memiliki rasio nasional 0,09. Sungguh memprihatinkan. Itu artinya satu bukuditunggu oleh 90 orang setiap tahun. Tak heran Indonesia memiliki tignkat terendah dalam indeks kegemaran membaca. Padahal standar UNESCO mematok minimal 3 buku baru untuk setiap orang setiap tahun.
"O andai saja, uang ribuan triliun yang digarong para koruptor itu digunakan untuk membangun perpustakaan yang mengasyikkan di tiap desa atau kecamatan, dengan koleksi buku yang lengkap dan menyenangkan, dengan program-program yang membuat semua orang datang ke perpustakaan dan membaca pun jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. O alangkah indahnya," teriak Ridho dalam hati.
Karena masyarakat Idonesia dianggap rendah budaya bacanya, maka otomatis rendah pula indeks literasinya. Penilaian ini mengakibatkan Indonesia dinilai rendah daya saingnya, rendah daya inovasinya, rendah indeks pembangunan SDM-nya, rendah pendapatan per kapitanya, hingga rendah gizinya.
 
Halaman 85 
 

Narasi tentang literasi dan perpustakaan tersebut mengingatkan saya pada satu obrolan dengan dua orang teman yang tinggal di luar negeri, di Finlandia dan Amerika. Teman saya bercerita di Finlandia itu program membaca sangat marak dan mencapai lingkup sosial paling kecil, setingkat RT dan RW kalau di-Indonesia-kan. Sekolah-sekolah juga memiliki program membaca dan menulis yang terintegrasi dalam kurikulum secara solid dan konsisten. Teman saya yang di Amerika bercerita betapa senangnya dia dengan perpustakaan di sana yang tersedia dimana saja, mudah diakses, tanpa biaya, dan lengkap koleksinya. Kita bahkan bisa memesan buku tertentu yang tidak ada di cabang perpustakaan terdekat, lalu diinformasikan ketika bukunya sudah tersedia. Begitu difasilitasi bacaan karena negara paham penduduk yang melek literasi dan teredukasi jauh lebih mudah 'diatur' dan dikembangkan kearah kemajuan bersama.



Tapi benang merah cerita memang ada di topik cinta dan pernikahan, tentang jodoh yang merupakan rahasia-Nya, wajib didoakan,  di istikharahkan, diupayakan dan dijemput dengan jalan yang berkah. Selama ini mungkin banyak yang masih awam atau hanya tahu sedikit-sedikit tentang proses perjodohan secara Islam dengan tahapan taaruf dan lain sebagainya. Dan tidak menutup kemungkinan banyak yang skeptis dengan cara ini atau memandang Islam itu kaku dalam soal perjodohan, apalagi di dunia modern seperti ini. Melalui kisah Suluh Rindu rasanya mata ini terbuka bahwa pernikahan dalam Islam memang dijaga kebaikannya, keberkahannya, dan keutamaannya. Lamaran yang diajukan kepada si calon istri bukan serta merta harus diterima, tapi semuanya dikembalikan keputusannya kepada yang bersangkutan. Tidak ada pula mementukan jodoh seperti membeli kucing dalam karung, karena masing-masing dipersilahkan untuk saling bertemu dahulu atau lewat foto. Sedangkan untuk mengetahui karakter, bisa diupayakan dengan mencari informasi dari teman, keluarga, atau memang kedua orang ini sudah mengenal karena ada di lingkungan sesama pesantren yang saling berinteraksi kegiatannya.

Lamaran dari Padeglang itu membuat jiwanya seperti terpasung. Ia ingin langsung menolak, tapi kali ini ia merasa berat untuk melakukannya. Ini akan jadi kali kelima ia menolak lamaran jika ia tidak menerimanya. Sementara itu, ayahandanya seperti mengisyaratkan agar dirinya tidak terus-terusan menolak orang-orang saleh yang datang melamar.
"Abah khawatir sabda Nabi itu terjadi padamu, jika orang saleh datang melamar terus-terusan ditolak tanpa alasan yang bisa diterima akal sehat dan syariat, "kata Kyai Shobron, kakak sulungnya, kepadanya.
"Tetapi kalau saya tidak ada rasa suka, bagaimana? Kan tidak mungkin rumah tangga dibangun tanpa rasa cinta," protesnya.
"Benar, rasa suka dan saling sayang itu penting sekali dalam membangun rumah tangga. Maka Baginda Nabi meminta kalau seseorang pelamar itu melihat calonnya. Saling lihat. Apakah ada potensi untuk membangun rasa saling sayang? Apakah bisa diterima wujud dan bentuk calonnya itu? Kalau misal wajahnya buruk sekali tubuhnya ada yang cacat atau penyakit, ya bisa ditolak. Atau akhlaknya cacat, tentu harus ditolak. Tapi kalau secara umum, atau dalam timbangan keumuman orang itu cukup tampan, atau cukup cantik - meskipun tidak seperti bintang drama korea - dan agamanya baik, kenapa harus ditolak?
Halaman 57
 
Cinta didefinisikan dengan mulia dan indah di sini. Membacanya saja membawa ketentraman di dalam hati saya, ketika cinta tidak hanya dikaitkan dengan nafsu semata.
Jangan keliru memahami dan meletakkan kalimat cinta dalam membangun rumah tangga. Lihatlah, betapa banyak rumah tangga yang katanya dibangun atas dasar saling mencintai setelah pacaran sekian lama, tapi ujungnya bubar. Apakah itu cinta? Dan berapa banyak rumah tangga yang awalnya kata cinta seperti tersembunyi, dasarnya adalah takwa kepada Allah dan saling percaya. Rumah tangga dibangun atas dasar ibadah bersama. Pelan-pelan cinta itu tumbuh dan mengakar. Semakin lama semakin kokoh. Akarnya menghujam ke bumi. Pohon cinta itu subur disiangi air mata pengorbanan, kesetiaan, tanggung jawab, saling percaya, saling menambal kekurangan, dan saling menjaga di jalan keridhaan Tuhan. Ujungnya membuahkan kelezatan iman dan kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat dalam naungan rahmat dan cinta-Nya. Itulah cinta yang murni. Cinta yang sebenar-benarnya cinta."
Halaman 57



Pada akhirnya yang paling saya suka dari Suluh Rindu adalah muatan agama Islam yang terkandung di dalamnya, juga beragam wawasan dan isu yang diangkat. Saya juga suka latar pesantrennya yang menurut saya berhasil dibangun dengan baik dan terasa kental di dalam cerita dengan perjuangan Syifa sebagai hafidzah 30 juz Al Qur'an. Untuk unsur-unsur cerita, meski ending kisah cinta ini menurut saya terlalu tiba-tiba dan 'mudah', tapi saya suka konflik warisan keluarga Lina dan konflik Syifa dengan  pernikahan dan dengan neneknya serta penyelesaian ketiga konflik tersebut.

 
 

Siapa Habiburrahman El Shirazy

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY adalah sastrawan dan cendekiawan Indonesia yang memiliki reputasi internasional. Ia adalah sastrawan Asia Tenggara pertama yang mendapatkan penghargaan dari The Istanbul Foundation for Sciences and Culture, Turki. Selain itu, budayawan jebolan Al-Azhar University Cairo ini telah diganjar berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri. Insani Undip Semarang, menahbiskan penulis Ayat-Ayat Cinta ini sebagai Novelis No.1 Indonesia.

 

 

 

 

----------------------------------

 

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros

14-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...

Read more

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Starbucks Jatinangor (a Story)

25-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Teman-teman sering menghabiskan waktu di Starbucks? Saya tidak. Alasan utama saya tidak sering ke Starbucks karena cafe kopi yang satu ini memang tidak ada di wilayah sekitar rumah saya. Tapi sekarang...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more