Review Buku IT - Stephen King
# 14 This week amazon charts
A major motion picture!
Judul : IT
Penulis : Stephen King
Jenis Buku : Horror Thriller
Penerbit : Hodder & Stoughton General Division
Tahun Terbit : Juli 2017
Jumlah Halaman : 1392 halaman
Dimensi Buku : 11.50 x 17.70 x 6.90 cm
Harga : Rp. 144.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9781473666931
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Selamat datang di Derry, Maine. Ini adalah kota kecil, tempat yang sangat dikenal sebagai kampung halaman. Hanya saja di Derry hal-hal menyeramkan yang menghantui itu nyata terjadi.
Enam dari tujuh orang remaja yang bersahabat dan tergabung dalam geng pecundang sekarang adalah pria dan wanita dewasa yang telah pergi jauh dari Derry, Maine, untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Tetapi janji yang mereka buat dua puluh delapan tahun yang lalu, saat mereka pertama kali menghadapi It dan kengeriannya yang memangsa anak-anak kota, menuntut mereka bersatu kembali di tempat yang sama.
Anak-anak di Derry kembali terbunuh. Awalnya mereka tidak ingat sama sekali kejadian masa remaja itu, kecuali Mike yang tetap tinggal di Derry. Tapi berangsur memori itu kembali, kali ini disertai teror yang makin menakutkan dari It, badut Pennywise, dan monster-monsternya yang sadis dan menjijikkan. Mereka ada di gorong-gorong kota Derry dan bersiap untuk sekali lagi melawan makhluk jahat yang bersembunyi di sana.
Pembaca Stephen King tahu bahwa Derry, Maine, adalah kota yang gelap, dalam, dan menakutkan yang diciptakan oleh Stephen King. Kota Derry muncul sebagai latar cerita di banyak bukunya, termasuk Bag of Bones, Hearts in Atlantis, dan 11/22/63. Tapi awal mula kota ini dikisahkan adalah dari buku It.
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Buku ini termasuk istimewa karena tebal halamannya yang mencapai 1376 halaman. Ukuran buku yang saya baca seperti novel paperback pada umumnya. Saya suka disain covernya yang misterius, sangat mencerminkan isi cerita, tapi juga sederhana. Ada disain sampul lain untuk buku ini yang didominasi warna putih, tapi saya jauh lebih menyukai cover hitamnya.
Tokoh dan Karakter
Bill
Ben
Bev
Eddie
Mike
Richie
Stan
Karakter para tokoh utama tergambarkan dengan jelas, salah satunya karena setiap tokoh utama dibahas per bab di buku ini. Ada satu adegan yang bahkan menghabiskan 100 halaman lebih.
Alur dan Latar
Alur novel ini kadang terasa cepat kadang lambat. Kisah disampaikan dari sudut pandang banyak tokoh, bahkan ada bab yang narasinya dari sudut pandang It. Konfliknya intinya jelas terbaca, tapi penyelesaiannya menarik untuk disimak. Endingnya tertutup dan bahagia, bahkan ada sentuhan manisnya. Ada juga unsur romance di dalam cerita. Isu yang diangkat di buku ini bukan semata-mata teror hantu dan monster tapi beberapa topik sensitif seperti perisakan, kekerasan, dan lain-lain. Persahabatan juga menjadi inti ide cerita. Alurnya juga maju dan mundur dengan kecepatan yang berbeda. Di awal-awal cerita pergantian latar waktu, antara masa lalu (ketika para tokohnya masih usia belasan tahun) dan masa sekarang (saat para tokoh utama telah dewasa), lebih berjarak, seperti umumnya novel-novel dengan alur kombinasi maju dan mundur. Tapi pergantian alur ini makin cepat dan mencapai puncaknya di akhir-akhir bab, di sekitar 1200an halaman. Antara masa depan dan masa lalu silih berganti diceritakan dalam satu bab. Kadang, satu-satunya pegangan kita adalah keterangan tempat dan tahun yang selalu disertakan King di sisi kanan halaman sebelum alur berubah.
Latar lokasi dan suasananya sangat detail. Untuk yang suka hal-hal rinci informasi seperti ini sangat terasa luar biasa. Tapi memang butuh konsentrasi saat menyimak cerita untuk bisa mengingat banyak hal yang disampaikan, bukan cuma tentang latar tapi juga jumlah tokohnya banyak.
They went upstairs and down the hall to Bill’s room. It was boy-neat, which meant it would have given the mother of the boy in question only a mild headache to look at. The shelves were stuffed with a helter-skelter collection of boooks and comics. There were more comics, plus a few models and toys and a stack of 45s, on the desk. There was aso an old Underwood office model typewriter on it. His folks had given it to him for Christmas two years ago, and Bill sometimes wrote stories on it.
...
Page 401
Ben loved the library.
He loved the way it was always cool, even on the hottest day of a long hot summer; he loved its murmuring quiet, broken only by occasional whispers, the faint thud of a librarian stamping books and cards, or the riffle of pages being turned in the Periodicals Room, where the old men hung out, reading newspapaers which had been threaded into long sticks. He loved the quality of the light, which slanted through the high narrow windows in the afternoons or glowed in lazy pools thrown by the chain-hung globes on winter evenings while the wind whined outside. He like the smell of the books – a spicy smell, faintly fabulous. He would sometimes walk through the adult stacks, ...
Page 212
The house at 29 Neitbolt Street was just outside the Derry trainyards. It was old and boarded up, its porch gradually sinking back into the ground, its lawn an overgrown field. An old trike, rusting and overturned, hid in that long grass, one wheel sticking up at an angle.
But on the left side of the porch there was a huge bald patch in the lawn and you could see dirty cellar windows set into the house’s crumbling brick foundation. It was in one of those windows that Eddie Kaspbrak first saw the face of the leper six weeks ago.
Page 366
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Sebelum masuk part selalu ada kutipan dari tokoh-tokoh tertentu. Ternyata tokoh-tokoh yang dikutip ucapannya sangat beragam latar profesinya. Ada yang seorang penyair, ilmuwa, ada pula yang seniman atau penulis lagu.
PART 1
THE SHADOW BEFORE
‘They begin!
The perfections are sharpened
The flower spreads its colored petals
Wide in the sun
But the tongue of the bee
Misses them
They sink back into the loam
Crying out
You may call it a cry
that creeps over them, a shiver
as they wilt and disappear...’
- William Carlos Williams,
Paterson
‘Born down in a dead man’s town’
- Bruce Springsteen
Cara King menulis di novel ini 'kasar' tapi engaging. Contohnya di bawah ini,
According to the stories, you could go in there any night and see me close-dancing, rubbing their cocks together right out on the dancefloor; men french-kissing at the bar; men getting blow jobs in the bathrooms. There was supposedly a room out back where you went if you wanted to spend a little time on the Tower of Power – there was a big old fellow in a Nazi uniform back there who kept his arm greased most of the way to the shoulder and who would be happy to take care of you. ...
Page 31
Pendalaman karakternya sangat bagus. Tiap tokoh terdeskripsikan isi pikiran dan perasaannya, dan seringkali pertanyaan-pertanyaan sederhana dalam hidup terbahas dengan sangat mengena. Contohnya tokoh Ben yang pendiam, kelebihan berat badan, pintar, sopan, yang sebenarnya sangat bahagia dengan kesendiriannya hingga tidak menyadari bahwa ia sebenarnya kesepian.
If someone had asked him, ‘Ben, are you lonely?,’ He would have looked at that someone with real surprise. The question had never even occured to him. He had no friends, but he had his books and his dreams; he had his Revell models; he had a gigantic set of Lincoln Logs and built all sorts of stuff with them. His mother had exclaimed more than once that came from blueprints. He had a pretty good Erector Set, too. He was hoping for the Super Set when his birthday came around in October. With that one you could build a clock that really told time and a car with real gears in it. Lonely? He might have asked in return, honestly foozled. Huh? What?
Page 210
Tipe horornya yang imajinatif dan berdarah-darah mengingatkan saya pada buku-buku horor yang saya baca tahun 90-an. Adegannya banyak yang detail dan sadis (gore). Seperti filmnya, buku IT juga mendeskripsikan adegan terbunuhnya anak-anak yang menjadi korban IT dengan jelas, juga adegan teror para 'hantu'. Buku IT mungkin saja seram buat teman-teman, tapi mungkin juga tidak. Ini saya kira akan kembali pada 'selera dan definisi' horor masing-masing pembaca. Personally, sejauh ini IT tidak menakutkan buat saya karena sangat terasa fiksinya - berbeda dengan horor hantu di dunia nyata.
He looked at the picture fixedly for some time and was about to close the book when what had happened in December happened again.
George’s eyes rolled in the picture. They turned up to meet Bill’s own. George’s artificial say-cheese smile turned into a horrid leer. His right eye drooped closed in a wink: See you soon, Bill. In my closet. Maybe tonight.
Bill threw the book accross the room. He clapped his hands over the mouth.
The book struck the wall and fell to the floor, open. The pages turned, altough there was no draft. The book opened itself to that awful picture again, the picture which said SCHOOL FRIENDS 1957-58 beneath it.
Blood began to flow from the picture.
...
Page 296
The smell was what made him look back. The over whelming smell, as if fish had been left to rot in a huge pile that had become carrion – slushy in the summer heat. It was the smell of a dead ocean.
It wasn't Dorsey after him now; it was the Creature from the Black Lagoon. The thing’s snout was long and pleated. Green fluid dripped from black gashes like vertical mouths in its cheeks. Its eyes were white and jellylike. Its webbed fingers were tipped with claws like razors. Its respiration was bubbly and deep, the sound of a diver with a bad regulator. As it saw Eddie looking, its green-black lips wrinkled back from huge fangs in a dead and vacan smile.
...
Page 315
Isu-isu yang diangkat di novel ini lewat tokoh-tokohnya beragam. Hampir semuanya kelam dan membuat perasaan kita menjadi terbebani. Di 200 halaman pertama ada topik gay, keluarga, pasangan tanpa anak, dan lain sebagainya, di 200 halaman berikutnya ada isu perisakan di sekolah dan di lingkungan sosial. Mereka yang berbadan besar, berbicara gagap, bertubuh kecil kerap kali ditindas. Tokoh antagonisnya diberi latar situasi pula, yang dalam hal ini berkaitan dengan pola pendidikan keluarga yang penuh kekerasan. Ada pula isu kekerasan pada anak dan rumah tangga. Tapi tak melulu hal-hal yang sensitif seperti penganiayaan, homoseks, dan perisakan, buku ini juga membawa pesan tentang persahabatan dan nilai-nilai pada karakter tokohnya. Dari sini sudah terbayang ya jika horor IT bukan seperti buku horor kebanyakan jika ditilik dari unsur-unsur ceritanya.
Macklin came out of the bedroom in his billowy boxer shorts, hair standing up in corckscrews, cheeks grizzled with two days of weekend beard, breath grizzled with two days of weekend beer. ‘There now, Eddie,’ he said. ‘I got to take you up for slammin that fuckin door.’ In Rich Macklin’s lexicon, ‘taking you up’ was a euphemism for ‘beating the shit out of you.’ Which was what he then did to Eddie. Eddie had lost consciousness when the old man threw him into the front hall. His mother had mounted a pair of low coathooks out there, especially for him and Dorsey to hang their coats on. These hooks had rammed hard steel fingers into Eddie’s lower back, and that was when he passed out. When he came to ten minutes later he heard his mother yelling that she was going to take Eddie to hospital and he couldn't stop her.
‘After what happened to Dorsey?’ his stepdad had responded. ‘You want to go to jail, woman?’
That was the end of her talk about the hospital. She helped Eddie into his room, where he lay shivering on his bed, his forehead beaded with sweat. The only time he left the room during the next three days was when they were both gone. Then he would hobble slowly into the kitchen, groaning softly, and get his stepdad’s whiskey from under the sink. A few nips dulled the pain. The pain was mostly gone by the fifth day, but he had pissed blood for almost two weeks.
Page 309
Ben was very quiet during the show. Ole Haystack had nearly been spotted by Henry, Belch, and Victor earlier, and Richie assumed that was all that troubling him. Ben, however, had forgotten all about the creeps (they were sitting close to the screen down below, chucking popcorn boxes at each other andhooting). Beverly was the reason for his silence. Her nearness was so overwhelming that he was almost ill with it. His body would break out in goosebumps and then, if she should so much as shift in her seat, his skin would flash hot, as if with a tropical fever. When her hand brushed his reaching for the popcorn, he trembled with exaltation. He thought later that those three hours in the dark next to Beverly had been both the longest and shortest hours in his life.
Page 411
Membaca buku dan membandingkannya dengan film selalu menarik untuk dilakukan. Salah satunya adalah ketika kita menemukan bagian-bagian yang tak ada dalam film tapi dijelaskan dengan gamblang di bukunya. Di buku dijelaskan juga dengan detail tentang ritual Chud Chud. Bahkan dengan membaca bukunya saya jadi tahu mengapa tokoh Ben dewasa menjadi begitu tampan di filmnya ^^.
If you were a Himalayan holy-man, you tracked the taelus. The taelus stuck its tongue out. You stuck yours out. You and it overlapped tongues and then you both bit in all the way so you were sort of stapled together, eye to eye.
....
Page 812
Bill and Eddie laughed, and Ben grinned at them. When he grinned, there was a ghost of the handsome man he would become in the lines of his face.
Page 354
Saya menyukai bagaimana Stephen King memberikan kesan adanya kekuatan lain di luar kekuatan manusia yang membimbing geng pecundang untuk bisa bersatu dan mengalahkan Pennywise. Di film hal ini juga tidak teraba oleh saya mengingat tidak ada tokoh spiritual, simbol agama atau keyakinan yang terlibat dalam alur (*correct me please). Di buku juga dijelaskan awal mula IT bahkan ada bab yang menyampaikan pikiran dan perasaan It.
Now they were coming again, and while everything had gone much as It had foresee, something It had not foreseen had returned, that maddening, galling fear ... that sense of Another. It hated the fear, would have turned on it and eaten it if It could have .. but the fear danced mockingly out of reach, and It could only kill the fear by killing them.
,,
Page 1230
Kengerian buku It pada akhirnya bukan hanya terletak pada teror Pennywise dan monster-monsternya, tapi juga pada latar kehidupan para tokohnya yang tidak bahagia. Ayah yang gila, ibu yang sakit mental, bahkan anak yang psychophaty sejak kecil ada di buku ini. Salah satu tokoh di novel ini memiliki ibu yang bersikeras anaknya sakit sehingga anaknya percaya kondisinya memang demikian.
‘Four years ago, in 1954 – the same year as the DePaul tests, oddly enough – Dr Handor began prescribing this HydrOx for you. That stands for hydrogen and oxygen, the two components of water. I have condoned this deception since then, but I will not condone it anymore. Your asthma medicine works on your mind rather than your body. Your asthma is the result of a nervous tightening of the diapragm that is ordered by your mind... or your mother.
‘You are not sick.’
Page 936
Di tengah-tengah adegan sadis, kekerasan, dan penuh darah, selalu ada bagian yang baik bahkan nyaris 'indah' yang menyelinginya, terlepas dari benar atau salahnya adegan tersebut dalam penilaian kita.
Maybe, he thought, there aren't any such things as good friends or bad friends – maybe there are just friends, people who stand by you when you’re hurt and who help you feel not so lonely. Maybe they’re always worth being scared for, and hoping for, and living for. Maybe worth dying for, too, if that’s what has to be. No good friends. No bad friends. Only people you want, need to be with; people who build their houses in your heart.
Page 972
Setelah selesai membaca buku ini, terasa perbedaan antara buku dan film (*mengacu pada It Chapter Two movie). Untuk ending dan bagian konflik puncak, saya lebih menyukai versi filmnya. Terutama sisi romance tokoh Ben dan Bev. Tapi ending versi buku juga tidak kalah manisnya.
Siapa Stephen King
Ada alasan mengapa Stephen King merupakan salah satu penulis buku terlaris terbaik di dunia. John Connolly menggambarkan Stephen King sebagai penulis dengan beragam karya yang 'sangat menarik' dan Daily Express menyebutnya sebagai penulis yang dapat 'menciptakan seluruh dunia dan membuat pembaca hidup di dalamnya'.
Stephen King adalah penulis lebih dari lima puluh buku, semuanya buku terlaris di seluruh dunia, termasuk Under the Dome, seri The Dark Tower dan End of Watch. Banyak buku King telah diadaptasi menjadi film dan serial televisi terkenal termasuk Misery dan The Shawhank Redemption. Film IT yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dirilis tahun 2017.
King adalah penerima America’s pretigious 2014 National Medal of Arts dan the 2003 National Book Foundation Medal atas kontribusi istimewanya bagi Amerika. Pada 2007 ia juga memenangkan Grand Master Award dari Mystery Writers of America.
Karya-karya Stephen King yang dipublikasikan oleh Hodder & Stoughton
Novels:
Carrie
‘Salem’s Lot
The Shining
The Stand
The Dead Xone
Firestarter
Cujo
Cycle of The Werewolf
Christine
Per Sematary
IT
The Eyes of the Dragon
Misery
The Tommyknockers
The Dark Half
Needful Things
Gerald’s Game
Dolores Claiborne
Insomnia
Rose Madder
Desperation
Bag of Bones
The Girl Who Loved Tom Gordon
Dreamcatcher
From a Buick & 8
Cell
Lisey’s Story
Duma Key
Under The Dome
11.22.63
Doctor Sleep
Mr. Mercedes
Revival
Finders Keepers
End of Watch
The Dark Tower I : The Gunslinger
The Dark Tower II: The Drawing of the Three
The Dark Tower III: The Waste Lands
The Dark Tower IV: Wizard and Glass
The Dark Tower V: Wolves of the Calla
The Dark Tower VI: Song pf Susannah
The Dark Tower VII: The Dark Tower
The Wind through the Keyhole: A Dark Tower Novel
As Richard Bachman
Thinner
The Running Man
The Bachman Books
The Regulators
Blaze
Story Collections:
Night Shift
Different Seasons
Skeleton Crew
Nightmares and Dreamscapes
Hearts in Atlantis
Everything’s Eventual
Just After Sunset
Stephen King Goes to the Movies
Full Dark, No Stars
The Bazaar of Bad Dreams
Non-Fiction:
Danse Macabre
On Writing (A Memoir of the Craft)
Buku It mendapatkan rating 4.5/5 di situs Amazon dan 4.2/4 di situs Goodreads.
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan hanya kepada pembaca dewasa yang mencari buku horror thriller tentang hantu dan monster yang bersumber dari imajinasi dan mimpi yang paling menakutkan dari tiap orang. Isu yang diangkat beragam, mulai dari homoseksual, pasangan tanpa anak, kekerasan, perisakan, rasisme, hingga mental illness. Nilai-nilai persahabatannya banyak mengandung pesan positif, meski (personally) ada bagian yang tidak masuk logika. Alurnya campuran dengan kecepatan yang berbeda-beda. Cerita disampaikan dari sudut pandang beberapa tokoh, termasuk It. Ending tertutup dan bahagia.
Content warning: sexual content, bullying, LGBT, murder, slaughter, racial violence, blood, psychopathy, mental illness, animal cruelty.
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - SELF EDUCATION
Cara Mewujudkan Impian dengan Manifestas…
03-11-2024 Dipidiff

Updated 24 Februari 2025 I think human beings must have faith or must look for faith, otherwise our life is empty, empty. To live and not to know why the cranes...
Read moreMengapa Ringkasan Buku Itu Penting?
19-06-2022 Dipidiff

Pernah ga sih teman-teman merasakan suatu kebutuhan yang sebenarnya mendesak namun seringkali diabaikan? Mungkin karena rasanya kebutuhan ini sepele, atau mungkin dia tidak terasa mendesak sampe ketika waktunya tiba mendadak...
Read more10 Tips Mengatasi Kesepian
05-12-2021 Dipidiff

Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...
Read moreTentang Caranya Mengelola Waktu
11-08-2021 Jeffrey Pratama

“Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...
Read moreCara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…
25-09-2020 Dipidiff

Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...
Read more