Review Buku House of Earth and Blood (Crecent City #1) - Sarah J. Maas
A #1 New York Times bestseller!
Judul : House of Earth and Blood (Crecent City #1)
Penulis : Sarah J. Maas
Jenis Buku : Adult Fantasy
Penerbit : Bloomsbury Publishing (UK)
Tahun Terbit : Maret 2020
Jumlah Halaman : 816 halaman
Dimensi Buku : 15.20 x 23.30 x 4.50cm
Harga : Rp. 229.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9781635577020
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Gadis cantik berdarah campuran Fae-Human, bernama Bryce, menikmati kehidupannya bersama sahabat, Danika Fendyr, dan teman-temannya. Mereka bersenang-senang dan pergi ke pesta setelah pulang bekerja. Tapi setelah Danika terbunuh, Bryce hidup dalam trauma dan bayang-bayang misteri, karena pembunuhan itu belum terpecahkan. Archangel Micah menugaskan Hunt Athalar, angel pemburu Demon yang tampan, dingin, dan ditakuti. Lalu secara personal meminta Bryce melalui atasannya untuk membantuk investigasi.
Hunt tidak punya pilihan lain karena ia bukan cuma petugas penegak hukum tapi juga budak Micah yang berkuasa. Jika ia berhasil mengungkap pembunuhan ini maka kebebasannya akan ia peroleh lebih cepat. Sementara Bryce terikat kontrak kerja dengan atasannya, ia juga merasa berhutang terhadap Danica dan ingin membalaskan dendam kematiannya, sehingga Bryce tidak bisa menolak perintah ini. Ketika Bryce dan Hunt menggali jauh ke dalam perut Crescent City, mereka menemukan kekuatan gelap yang mengancam segalanya dan semua orang yang mereka sayangi, dan mereka menemukan, di satu sama lain, semangat yang menyala-nyala yang dapat membebaskan keduanya, jika saja mereka biarkan. Ketertarikan hati di antara Bryce dan Hunt tak terelakkan sebagaimana takdir yang mengikat mereka kemudian.
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Buat yang suka oranye atau kombinasi warna cerah pasti setuju dengan saya ya kalo disain sampul buku ini sangat menarik. Fisik bukunya yang tidak cuma lebar tapi juga tebal membuat kita penasaran, seperti apa sih isi novelnya. Seperti halnya buku-buku genre fantasy umumnya, novel yang ini juga punya peta dunia yang bisa membantu kita membentuk imajinasi yang lebih nyata dan mendapatkan gambaran visual dunia dalam cerita.
Picture: Universe
Tokoh dan Karakter
Hunt Athalar
Bryce Quinlan
Danika Fendyr
Naomi
Victoria
Ruhn
Micah
Ember Quinlan
Sabine
Fury
Juniper
Connor
Isaiah
Lehabah
Viper Queen
Hypaxia
dll
Bryce dan Hunt sebagai tokoh utama sebenarnya sangat likeable, hanya kelemahan-kelemahan mereka diekspos sedemikian rupa juga sehingga mungkin akan bikin jengkel pembaca. Sebagai tokoh, karakter mereka solid tapi juga tidak unik dibanding buku kebanyakan. Protagonis dan antagonis di novel ini lengkap. Karakternya dinamis dan tiga dimensi, karena bukan cuma fisik yang tergambarkan tapi juga emosi, sifat, kesukaan, keunikan, dan pikiran.
Saya pribadi sempat merasa kesal dengan karakter Bryce yang lemah di awal-awal buku. Mungkin ini akan dialami juga oleh pembaca lainnya. Tapi ketika cerita berlanjut, kelemahan Bryce ini justru terlihat manusiawi dan bisa dimaafkan :D. Bryce gadis yang suka menampilkan dirinya negatif ke orang-orang, padahal sebenarnya dia sangat positif. Ada sisi perenungan yang bisa kita dapatkan dari karakter Bryce ini. Hunt Athalar sendiri tidak sepenuhnya berkarakter positif, tapi harus diakui di mata wanita dia terkategori keren, mengundang empati, dan memunculkan naluri keibuan seorang wanita :D.
Tokoh-tokoh di novel ini cantik dan tampan. Apalagi dua tokoh utamanya. Agak terlalu perfect jadinya memang dan mungkin buat sebagian pembaca ini too much karena Bryce begitu cantik dan menarik sehingga seolah disukai semua orang (meski Bryce di dalam cerita tidak merasa demikian), begitupun dengan Hunt Athalar. Tapi buat saya pribadi ini tidak masalah karena murni memandangnya sebagai tokoh-tokoh imajinasi yang bebas untuk dideskripsikan seperti apa oleh penulisnya.
Deskripsi tokoh di buku ini detail dan hidup. Beberapa deskripsi fisik saya kutipkan di bawah ini.
It took all two centuries of Isaiah’s training on and off the battlefield to avoid flinching at that voice. To turn slowly toward the angel he knew would be leaning against the doorway, wearing his usual black battle-suit-an angel who reason and history reminded him was an ally, though every instinct roared the opposite.
Predator. Killer. Monster,
Hunt Athalar’s angular dark eyes, however, remained fixed on the window. On Bryce Quinlan. Not one gray feather on his wings rustled. Ever since their first days in the 17t Legion in southern Pangera, Isaiah had tried to ignore the fact that Hunt seemed to exist within a permanent riple of stillness. ...
Page 69
Her brother's black T shirt and dark jeans were tight enough to show off the muscles Fae went to pieces over, and that plenty of people on the VIP level were now ogling. The tattooed sleeves on his golden – skinned arms, however, were colorful and beautiful enough to piss off their father. Along with the line of rings one arched ear, and the straight black hair that flowed to his waist save for one shaved side. All painting a glaring billboard that said Fuck you, Dad!
Page 100
Alur dan Latar
Novel ini beralur kombinasi maju dan mundur dengan sudut pandang penceritaan orang ketiga. Kecepatannya sedang cenderung cepat, dengan proporsi romance sekitar 70 persen jalan cerita. Ini novel 'romance' dan 'crime murder' yang latarnya 'fantasy' masa kini (karena teknologinya sudah maju).
Perubahan besar pada alur akan kita temukan di sekitar 250 halaman terakhir. Agak mendadak menurut saya, tapi masih terhitung mulus karena diberikan penjelasannya kemudian. Di titik ini romance menjadi minor, berganti dengan adegan action yang heroic. Cara J. Maas mengolah cerita, membuat ide klise menjadi tidak bosan untuk dibaca. Ibarat baker berkata, 'resep boleh sama, tapi cara pengolahan - penyajian - dan yang bikinnya orang yang beda, hasilnya akan beda', nah begitulah novel ini.
Endingnya tertutup untuk konflik utama tapi terbuka untuk konflik lainnya sehingga sudah pasti bikin penasaran buat segera baca buku keduanya. Dan saya pribadi, baru kali ini, menunggu-nunggu buku kedua dari sebuah seri contemporary fantasy yang tebalnya 500 halaman ke atas 😊.
Latar ceritanya detail dan hidup.
Behind the sorceres, the hotel suite was decorated in Pangeran splendor: paneled white walls with gilded molding, plush cream carpets and pale pink silk drapes a four-poster oak bed big enough for her and the two males Bryce had heard when she called before. ..
Page 132
Not this... mess. It was barely better than the stockroom of a drive bar. A dented mental desk occupied most of the cramped space, a scratched purple chair behind it – tufts of stuffing poking out of the upper corner, and the pale green paint peeled off the wall in half a dozen spots. Not to mention the water stain gracing the ceiling, made worse by the thrumming fluorescent firstlights. Against one wall stood an open shelving unit filled with everything from files to crates of liquor to discarded guns; on the opposite, stacked cardboard boxes rose above her head.
Page 212
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Pengenalan berbagai 'jenis' makhluk fantasi di buku ditampilkan dalam satu lembar khusus seperti yang saya tampilkan gambarnya berikut ini. Ada beberapa yang sudah familiar buat saya seperti human (tentu saja), witches, animals, wolves, vampire, dragon, demon, dan lain-lain. Tapi yang lainnya cukup asing, seperti Fae dan sprite, mungkin karena saya juga baru ini mengikuti buku J. Maas.
Picture: halaman khusus pengenalan para makhluk fantasi
Hal pertama yang saya sadari dari novel ini adalah romance-nya yang punya banyak porsi dalam cerita. Meski tokoh dan latarnya fantasi (vampire, angel, fae, wolf, dll), dan misteri pembunuhan menjadi ide utamanya, percintaan dua tokoh utama secara garis besar tak jauh beda dengan novel romance ringan buat pembaca dewasa. Saya pribadi suka romance yang ringan, manis, dan bikin ketawa, so cliche adegan-adegannya, jadi saya tidak keberatan dengan novel ini. Justru cocok untuk selingan baca buku lainnya yang serius/berat kontennya, karena House of Earth and Blood mudah dicerna. Catatannya mungkin agak sulit juga membayangkan beberapa adegan cinta antara vampir dan wolve misalnya, which is saya skip dan cukup tau saja.
Catatan lainnya adalah pemilihan isu yang diangkat lumayan kelam, seperti trauma, obat-obat terlarang, gaya hidup pesta-pesta, sex bebas, dan kekerasan. Jadi memang tepat jika dibaca oleh dewasa saja. Percintaannya mungkin terasa seperti ketertarikan fisik belaka karena sexual interest yang cukup diekspos di dalam cerita, tapi J. Maas sebenarnya berhasil memunculkan sisi emosional dua tokoh utamanya dengan baik menurut saya. Ketertarikan Bryce and Hunt muncul pelan-pelan sejalan dengan berbagai peristiwa yang mereka alami bersama.
Pemilihan bahasa di dalam novel ini begitu apa adanya, vulgar, kasar, yang saya yakin tidak semua pembaca akan suka.
Lehabah hit pause on her show, leaning her head against the backrest of her little fainting couch. “He's dreamy.”
“Yeah, just ask him.” Bryce clicked out of the email she'd been reading - one of about a hundred between her and Tertian, and the first where he'd been mildly flirty with her.
“Hunt's handsome enough to be on this show.” Lehabah pointed with a dainty toe toward the tablet propped before her.
“Unfortunately, I don't think the size differences between you and Athalar would work in the bedroom. You're barely big enough to wrap your arms around his dick.”
Page 218
She could have sworn his voice dropped an octave or two as he asked, “Do you?”
With any other male, she would have said, Why don't you come find out?
With any other male, she would have already been on the other side of the desk. Crawling into his lap. Unbuckling his belt. And then sinking down onto his cock, riding him until they were both moaning and breathless and ...
Page 409
Buat saya semua romance, petualangan, dan aksi epic-heroic Bryce dan Hunt dalam novel ini berhasil memancing emosi saya untuk keluar secara total. It works! Tak peduli logline-nya yang klise, atau bahasanya yang kasar, bahkan romance-nya yang adult, saya tetap beropini ini sebuah novel yang bagus, terutama untuk buku yang setebal ini (800an halaman seringkali menjemukan). Di bawah ini saya kutipkan satu adegan action perkelahian Hunt Athalar melawan demon. Tentu saja ini hanya sebagian kecil dari sejumlah alinea yang mendeskripsikan adegan tersebut.
Hunt's free fist slammed into the creature's face hard enough to crack bone, but the crystal teeth remained clamped.
This thing pinned him down so easily. Had it done just this to Danika? Shredding and shredding?
Hunt grunted, brow bunched in pain and concentration. His lightning had vanished. Not one flicker of it rose again.
Every part of her shook.
Hunt punched the demon's face again, “Bryce –“
She scrambled into movement. Not for her phone, but for the gun holstered at Hunt's hip.
The creature released hunt's arm and leapt for her, Bryce fired, but too slow. The demon lunged to the side ...
..
Page 440
Mungkin sekali novel ini akan diadaptasi ke film karena memang layak untuk diangkat ke layar lebar. Jadi saya penasaran apakah ini akan kejadian atau tidak. Kemungkinan memang bakal sensor di sana sini :D, mengingat adegan dewasanya yang cukup terekspos. Jalan ceritanya sendiri saya yakin akan sangat menghibur, salah satunya buat mereka yang suka romance tapi bukan pure romance, alias bercampur dengan genre lainnya misalnya fantasi atau action, bahkan murder dan mystery.
Pesan yang ada di novel ini juga sebenarnya cukup banyak. Mulai dari kesetiaan, kepercayaan, dan ketulusan persahabatan, hubungan persaudaraan yang tidak selalu indah tapi saudara sejati itu selalu ada buat kita, tentang trauma kehilangan orang yang dicintai dan bangkit dari duka, tentang hati yang patah dan sendirian, tentang membela yang benar dan melindungi yang lemah. Jadi di luar warning content yang ada, novel ini juga punya nilai positif tersendiri.
Ternyata tak heran ya novelnya bisa sebagus ini, karena setelah saya mengetahui latar belakang Sarah J. Maas yang Magna Cum Laude di jurusan kepenulisan kreatif, yah rasanya ekspektasinya memang harusnya tinggi untuk buku-buku Sarah J. Maas. Unsur-unsur keagamaan dan pemujaan juga terasa di novel ini yang mana sesuai juga dengan pendidikan J. Maas yang ternyata mengambil jurusan ilmu agama.
Siapa Sarah J. Maas
Sarah J. Maas (lahir 5 Maret 1986) adalah seorang penulis fantasi Amerika, terkenal karena seri debutnya Throne of Glass, pertama kali diterbitkan pada tahun 2012 oleh Bloomsbury dan seri A Court of Thorns and Roses, pertama kali diterbitkan pada 2015 juga oleh Bloomsbury.
Pada tahun 2008, Maas lulus Magna Cum Laude dari Hamilton College di Clinton, Oneida County, New York, di mana ia mengambil jurusan penulisan kreatif dan belajar ilmu agama
Maas mulai menulis apa yang akan menjadi novel debutnya, Throne of Glass, ketika dia berusia enam belas tahun. Setelah menulis beberapa bab dari novel itu (kemudian berjudul Queen of Glass), J. Maas kemudian mempostingnya di FictionPress.com, di mana tulisan ini kemudian menjadi salah satu cerita paling populer di situs. Bab ini kemudian dihapus dari situs ketika ia memutuskan untuk mencoba menerbitkan novel.
Pada 2008, Maas mulai mengirim draft novelnya ke agen sebelum menandatangani kontrak dengan Tamar Rydzinski dari The Laura Dial Literary Agency pada 2009. Throne of Glass dibeli pada Maret 2010 oleh Bloomsbury, yang kemudian membeli juga dua buku tambahan dalam seri ini. Buku seri ini kemudian tersedia di 15 negara dan 35 bahasa. Beberapa novel prekuel yang dibuat dua tahun sebelum novel pertama juga telah diterbitkan. Maas akan menulis tujuh buku dalam seri ini. Buku kedua dari seri ini, Crown of Midnight, dinobatkan sebagai New York Times young adult best-seller. Pada September 2015 diumumkan bahwa Mark Gordon Company telah memperoleh hak siar televisi untuk Throne of Glass. Buku terakhir dalam seri, Kingdom of Ash, dirilis pada 23 Oktober 2018.
A Court of Thorns and Roses, seri kedua Maas, adalah retelling dari Beauty and the Beast. Buku trilogi pertama ditulis pada tahun 2009 tetapi tidak diterbitkan sampai tahun 2015. Serial ini sedang dalam perjalanan untuk menjadi sebuah film.
Pada 16 Mei 2018, Maas mengumumkan seri ketiga keseluruhan dan seri fantasi dewasa pertamanya, Crescent City, buku pertama yang berjudul House of Earth and Blood dan dirilis oleh Bloomsbury pada 3 Maret 2020
Sumber: wikipedia
Sarah J. Maas adalah New York Times # 1 dan penulis laris internasional seri Throne of Glass dan A Court of Thorns and Roses, serta seri dewasa Crecent City. Buku-bukunya telah terjual lebih dari sembilan juta kopi dan diterbitkan dalam tiga puluh tujuh bahasa. Sebagai penduduk asli New York, Sarah saat ini tinggal di Pennsylvania bersama suami, putra dan anjingnya.
Books by Sarah J. Maas
The Throne of Glass Series
- The Assassin’s Blade
- Throne of Glass
- Grown of Midnight
- Heir of Fire
- Queen of Shadows
- Empire of Storms
- Tower of Dawn
- Kingdom of Ash
- The Throne of Glass Colouring Book
The Court of Thorns and Roses Series
- A Court of Thorns and Roses
- A Court of Mist and Fury
- A Court of Wings and Ruin
- A Court of Frost and Starlight
- A Thorns and Roses Colouring Book
The Crescent City Series
- House of Earth and Blood
Sumber: buku House of Earth and Blood
Rekomendasi
Saya rekomendasikan novel ini untuk hanya pembaca dewasa saja yang menyukai genre romance-fantasy yang romancenya manis (proporsi mencapai 70 persen jalan cerita), lucu, dan intens dengan drama yang ga bikin sakit hati, yang tokoh-tokoh ceritanya cantik tampan tapi (sayangnya 🤔) bukan manusia, karakternya likeable, dinamis dan tiga dimensi. Ada action dan petualangan, serta aksi heroic yang epic. Latar fantasinya kuat, dan kekinian. Alurnya maju cukup cepat, Pov ketiga. Ending bahagia.
Content Warning : Murder, blood, sexual content, drugs.
Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.
Donasi dapat ditransfer ke:
BCA 740 509 5645
Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros
14-09-2023 Dipidiff

An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...
Read moreReview Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff

National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff

Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff

Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read more