0

Review Buku Lonely Castle in The Mirror - Mizuki Tsujimura

Published: Sunday, 16 January 2022 Written by Dipidiff

 

Japan Booksellers's Award tahun 2018

For fans of BEFORE THE COFFEE GETS COLD and THE CAT WHO SAVED BOOKS,

fantasy and reality are weaved together in sparse language that belies a flooring emotional punch.

'Strange and beautiful. Imagine the offspring of The Wind-up Bird Chronicle with The Virgin Suicides' - Guardian

 

Judul : Lonely Castle in The Mirror

Penulis : Mizuki Tsujimura

Jenis Buku : Magical Realism, Fantasy Fiction, Science Fiction

Penerbit : Transworld Publishers Ltd

Tahun Terbit : 2021

Jumlah Halaman :  368 halaman

Dimensi Buku : 21,40 x 13,50 x 3,10 cm

Harga : Rp. 259.000* harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 9780857527288

Paperback

Edisi Bahasa Inggris

Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Pada suatu hari tujuh remaja yang tinggal di Tokyo menemukan cermin di kamar tidur mereka bersinar. Karena penasaran mereka mencoba menyentuh cermin itu dan serta merta tubuh mereka masuk ke sebuah dunia lain, ke sebuah kastil menakjubkan yang dipenuhi dengan tangga berliku dan lampu gantung yang berkelap-kelip. Di kastil ini sudah menunggu seorang gadis aneh yang menjelaskan aturan-aturan yang bahkan lebih ganjil lagi kedengarannya. Ketujuh anak terpilih ini diberikan tantangan untuk menemukan rahasia kastil dan yang berhasil menemukannya akan dikabulkan permintaannya. Tapi, ada satu regulasi yang harus mereka patuhi, jika mereka tidak kembali ke dunia nyata pada jam lima, mereka akan mati. Pelan-pelan satu demi satu kebenaran terkuak, dan tidak mudah untuk menerima atau melalui itu semua. Butuh lebih dari sekadar keberanian untuk bisa 'survive'.

 

Rekomendasi

Saya rekomendasikan novel ini kepada pembaca yang mencari genre magical realism, science fiction, dan fantasi dengan isu problem di sekolah seperti perisakan, depresi, disfungsi keluarga, dengan penekanan pesan persahabatan, dan keluarga yang setia, saling mendukung, percaya, dan penuh kasih. Tokohnya dinamis dan terasa hidup. Latar kota Tokyo yang mengambil setting sekolah, rumah, dan mayoritas kastil di dalam cermin. Alurnya pelan-sedang mendalam. Plot twist di akhir sangat layak ditunggu. Ending tertutup meninggalkan pesan yang mendalam tentang harapan dan bahwa masa-masa sulit akan terlewati dengan saling membantu satu sama lain.

 

 

This Book Review Might Have Spoiler!

 

Tokoh dan Karakter

Kokoro, berhenti masuk sekolah karena dirisak teman sekolahnya.

Rion, rupawan, dan dia pemain bola.

Aki, gadis dengan kuncir kuda, percaya diri tapi rapuh.

Fuka, gadis berkacamata, suaranya khas seperti tokoh anime.

Masamune, gemar sekali bermain game.

Subaro, pendiam dan ada bintik-bintik di wajahnya seperti Ron Weasley.

Ureshino, tubuhnya gemuk, doyan makan, dan mudah jatuh cinta.

----

Wolf Queen, gadis penunggu kastil

Tojo-san / Moe chan, sahabat Kokoro

Sanada, teman sekolah yang arogan dan bossy

----

 

Barangkali kalian akan seperti saya yang sulit menentukan dengan cepat apakah 7 tokoh utama ini likeable atau tidak. Jadi sabar-sabarlah membaca bukunya sampai tamat untuk tau perkembangan karakter tiap tokoh. Deskripsi karakternya memang dalam dan terasa.

Deskripsi fisik tokoh mencukupi, tapi tersebar. Misalnya Kokoro yang melihat dirinya berpenampilan seperti orang sakit, lalu di bagian lain dia digambarkan oleh tokoh lain sebagai gadis yang cantik, atau Aki yang dideskripsikan berpotongan rambut kuncir kuda, lalu di alinea lain disebutkan tubuhnya yang tinggi semampai.

There was a full-length mirror in Kokoro’s room.

She had got her parents to put it up as soon as she had chosen her room – an oval – shaped mirror with a pink stone frame. When she looked at herself in it now, she looked sickly, and she felt like crying. She couldn’t stand to look at it any more.

Page 19

 

With the others there – a mix  of boys and girls – she felt less intimidated. She noticed how one of the boys, head bent, was holding what looked like a game console. Beside him stood a girl with glasses, and a plump-looking boy. Another boy leaning against the wall under the clock seemed at first glance quite good-looking. Even in his sweats, he looked a bit like a celebrity.

As Kokoro inspected them, she began to feel as if she’d seen something she shouldn’t have, and dropped her eyes quickly.

‘Hello,’ a voice said, and she looked up. A tall girl with a ponytail was smiling at her. ‘We’ve also just arrived. We heard you ran off yesterday, so this child told us to wait here for you, so you wouldn’t run away again.’

‘This child?’

‘Call me the Wolf Queen,’ announced the child stiffly.

Page 28.

 

Alur dan Latar

Pov ketiga, alur sedang-cepat, kombinasi maju mundur flashback, mulai asyik disimak begitu kita sudah bisa masuk ke dalam dunia fiksinya yang mana cukup mudah prosesnya karena latarnya mayoritas campuran fantasi-kastil dan dunia nyata-Tokyo. Minimal ga sesulit yang murni fantasi menurut saya.

Di dalam cerita ini para tokoh memasuki dunia lain, sebuah kastil, dengan portal sebuah cermin.

The glow in her room was becoming really bright.

She casually raised her head from her pillow, thinking she should switch off the TV, and gasped.

The TV was not on.

She must haven’t turned it off without realizing.

The light was coming from the full-length mirror near the door.

Page 19

 

Kastil yang ada dideskripsikan fisik dan suasananya dengan jelas, misalnya adanya tanggal, kamar-kamar, dapur, ruang bersama, hingga jam besar dengan pendulum yang bergoyang. Kastil ini diterangi cahaya tapi terasa dingin, ada dapur dan peralatan masak dan makan tapi tidak ada kompor. Dari jendela terlihat taman di luar, tapi tidak ada pintu menuju ke sana.

It looked like the set for a Hollywood film: a grand foyer inside a mansion, with thick carpeted stairs like the ones Cinderella ran down in the film.

The staircases led up to a landing with the tall grandfather clock halfway along. Inside it, a large pendulum swung gently back and forth, revealing a sun and moon design.

Kokoro knew it – this was exactly the same castle she’d been to the previous day.

Page 28

 

The absence of a plate for the apple made her think she’d try to locate the kitchen, if there was one. The Wolf Queen had said there was nothing to eat here, but there could still be plates.

The castle was most definitely cavernous, yet not as absurdly vast as those with dungeouns she’d seen in video games.

The grand foyer with the staircases and the seven mirrors was situated at one end of the castle. From there extended the long red-carpeted hallway towards their individual rooms. Beyond that was a common area, including the Game Room where they played their video games.

There was a dining room, too, which she had spotted earlier.

She stepped in gingerly and let out a yelp of surprise. Through this particular window she could see outside. The windows else where in the castle were made of frosted glass.

The greenery was clearly visible. A closer look revealed an inner courtyard, and beyond that lay the wing with the staircases and mirrors, forming a U-shape around the courtyard.

...

Page 66

 

Ada konflik remaja di sini, ada romance remaja, ada isu parenting juga, dan hal-hal lain yang memperkaya cerita. Membaca Lonely Castle in The Mirror akan membuat kita banyak merenung selagi kita menikmati ceritanya.

Ending novel ini tertutup, meninggalkan kesan yang dalam.

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Topik yang diangkat di novel ini menurut saya relate dengan kehidupan orang banyak yang melalui satu episode kehidupan yang namanya sekolah.

Tokoh Kokoro dalam cerita berhenti dari sekolahnya karena mengalami perisakan. Begitu besar trauma yang dia alami hingga tiap mau berangkat ke sekolah manapun setelahnya, dia merasa sakit perut dan ga enak badan, suatu gejala yang jelas mengarah ke psikosomatis. Insiden yang dialami Kokoro nanti akan dibuka sedikit demi sedikit sejalan bergulirnya alur cerita.

Tujuh anak yang ada di Lonely Castle punya cerita masing-masing berkaitan dengan topik sekolah ini. Tidak semuanya seperti Kokoro yang dirisak, ada yang justru orangtuanya yang mengeluarkan si anak dari sekolah karena menganggap sekolah itu buang-buang waktu dan ga ada manfaatnya. Detail cerita tiap anak akan kita ketahui pelan-pelan namun pasti.



Tojo-san and Kokoro had been discussing which after-school club to join. But when the time came to meet, as they’d promised each other, Tojo-san strode right out of the classroom with Sanada and her crew. When they were out in the hallway Sanada said, loudly enough for Kokoro to hear, ‘I feel so sorry for those loners!’

As she slowly packed away her school books, ready to go home, she noticed the stares from the other kids, and Kokoro finally understood, the comment had been meant for her.

...

Why did they pick on me like that? She wondered.

They gave her the silent treatment.

They whispered about her behind her back.

They told other girls not to have anything to do with her.

They laughed.

Laughed and laughed.

Laughing at her, Kokoro.

Page 17



Ada aturan-aturan unik yang berkaitan dengan kastil, misalnya kastil buka sampai bulan Maret tahun depan, ketujuh anak yang diundang ke kastil diberikan misi mencari sebuah kunci kamar harapan. Dia yang berhasil menemukan akan dikabulkan harapannya. Kastil hanya bisa dikunjungi dengan cara masuk ke dalam cermin mereka saat bercahaya, dan tidak boleh ada orang yang melihat saat mereka memasuki cermin. Ada beberapa peraturan lain selain yang barusan saya sebutkan, nanti teman-teman bisa baca sendiri di bukunya.

‘You are all lost Little Red Riding Hoods,’ the Wolf Queen said.’ From now until next March, you will need to search for the key that will unlock the Wishing Room. The person who finds it will have the right to enter and their wish will be granted. In the meantime, every one of you must hunt for it. Do you follow me?’

Page 29



Sekarang saya tau kenapa di amazon ada kalimat "for fans of Before the Coffee Gets Cold". Indeed, ada beberapa hal yang mengingatkan saya pada novel itu pas baca Lonely Castle in the Mirror, pertama soal aturan-aturan yang diterapkan, itu mengingatkan saya pada proses ke masa lalu di buku Before the Coffee Gets Cold yang juga punya aturan-aturan tertentu meski aturannya berbeda. Lalu kedua buku ini sama bergenre magical realism dan fantasi. Hanya Lonely Castle in the Mirror punya unsur scificnya.

Yang pasti, kedua buku ini tetap punya kekhasan masing-masing. Personally, secara emosi, Before the Coffee Gets Cold lebih menguras, tapi Lonely Castle in the Mirror menawarkan lebih banyak misteri dan plot twist. Somehow pesan ceritanya juga lebih fokus karena punya topik tertentu yang digarisbawahi.

Berkaitan dengan latar ada satu hal yang menarik perhatian saya, yakni soal kamar kokoro yang dipenuhi dengan koleksi buku-buku fairy tales yang bukan hanya dalam bahasa Jepang tapi juga dalam dalam bahasa asing; Inggris, Prancis, Jerman dan bahasa lainnya. Koleksinya meliputi Cinderella, Sleeping Beauty, The Snow Queen , dan lain-lain. Yes, di sini kita bertemu dengan tokoh utama pecinta buku. Saya kira penggambaran kamar Kokoro pasti menarik disimak oleh pembaca yang juga suka buku ya. Dan setelah membaca cerita sampai habis nanti, teman-teman akan bisa memahami betapa buku dongeng anak ini juga menjadi bagian dari konsep cerita yang sudah dijalin Tsujimura dari awal hingga akhir.

On one side was a bay window with velvet curtains and white latticework – a window like an empty birdcage she’d only ever seen in a Western fairy tale.

Up against the wall was a bookcase, a huge one.

Kokoro caught her breath. She thought she caught a whiff of old paper. The musty smell that hit your nostril whenever you ventured into the far corner of a tiny bookstore, the place where few people ever want. A smell she loved.

The bookcase covered one entire wall and reached almost to the ceiling. As Kokoro sat on her bed contemplating her room, she felt a little dizzy.

Did everyone have a bookcase like hers?

Page 43

 

Tojo-san’s father was a college professor researching children’s literature. On the wall, he had framed line-drawings from old illustrated books he’d picked up while in Europe. Scenes from stories Kokoro was familiar with: Little Red Riding Hood, Sleeping Beauty, The Little Mermaid, The Wold and the Seven Young Goats, Hansel and Gretel.

‘Pretty weird scenes, aren’t they?’ Tojo-san said. By this time Kokoro was addressing her, too, more familiarly, as Moe-chan.

‘Papa collects drawings by this artist, including their illustrations for the Brothers Grimm books and illustrationss from Hans Christian Andersen stories.’

...

Page 16



Akhirnya saya paham kenapa novel ini bergenre scific ketimbang fantasi, tapi magical realism jelas sekali terasa ya. Tamatkan novelnya sampe selesai, dan teman-teman akan menemukan jawabannya. Apa yang kalian kira predictable mungkin ga semudah keliatannya. Mizuki Tsujimura menulis dengan sangat baik, idenya clear dan solid. Mungkin agak datar-pelan di awal dan tengah, sabar saja, karena bagian akhirnya sangat worth it buat ditunggu.

Di bagian akhir ada halaman bertuliskan informasi bahwa kisah Kokoro dan keenam anak lainnya menggambarkan problema dunia pendidikan di Jepang, kesehatan jiwa para siswa, jumlah anak didik yang drop out, kasus perisakan serta kekerasan, disfungsi keluarga, dan lain-lain. Rasanya kondisi ini tidak hanya terjadi di Jepang kan ya.

‘Because, you know, it’s normal. Compulsory education means going to school, letting the teachers tell you what to do without complaint. It’s way beyond not cool. It’s a nightmare.’

‘Masamune, that’s going a little  too far.’ Subaru smiled wryly, and glanced at Kokoro. ‘I think you startled her.’

‘But it’s true,’ Masamune insisted. ‘My parents had a huge bust-up with my homeroom teacher in sevent grade. They figured a pathetic school like that was not worth going to, and gave up on it.’

...

Page 53

 

There were so many things she wanted to say to her mother – that she wasn’t pretending to be ill, that she didn’t hate the School at all. She felt she needed to open up about all her feelings, and explain them in detail, but she was afraid that if she stayed in her mother’s company any longer, her mother would explode. She didn’t want to hear her mother on the phone calling the School to explain yet another absence, and so, carrying her pain alone, she trudged back upstairs.

Page 42



"We can help each other", sebuah kalimat yang membekas di benak saya setelah beres baca novel ini. Sebagai orangtua saya jadi tersadarkan, sebagai edukator saya jadi berpikir, sebagai individu saya jadi merenung. Kelak kalo putra saya sudah sampai pada usia sekolah, kisah Kokoro akan saya ceritakan. Akan lebih baik juga kalo dia baca sendiri lalu mendiskusikannya dengan saya.

Saya sebut Lonely Castle in the Mirror sebagai 'buku dengan sebuah misi".

 

Siapa Mizuki Tsujimura

Mizuki Tsujimura adalah seorang penulis Jepang yang berspesialisasi dalam novel misteri. Ia menulis buku anak maupun dewasa. Tsujimura memenangkan Japan Booksellers's Award tahun 2018 untuk novelnya Kagami no Kojo (Lonely Castle in the Mirror). Setelah terpilih beberapa kali untuk Naoki Prize, dia akhirnya menerima Naoki Prize 2012 untuk Kagi no nai Yume wo Miru (I Saw a Dream Without a Key). Novel Sumber: Buku Lonely Castle in The Mirror

 

 

----------------------------------

 

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros

14-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...

Read more

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Starbucks Jatinangor (a Story)

25-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Teman-teman sering menghabiskan waktu di Starbucks? Saya tidak. Alasan utama saya tidak sering ke Starbucks karena cafe kopi yang satu ini memang tidak ada di wilayah sekitar rumah saya. Tapi sekarang...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more