0

The Disrupted Disruption

Published: Saturday, 05 December 2020 Written by Jeffrey Pratama

 

 

Ingatkah kalian, beberapa dekade yang lalu, ketika umat manusia masih berada dalam puncak kejayaannya dan sedang memasuki masa yang disebut sebagai era disrupsi digital?

Sebentar....

Ah lupa.... rupanya belum sampai berpuluh-puluh tahun yang lalu. Lebih tepatnya, tahun lalu. Tahun 2020 ini memang terasa seperti satu dekade yang kelamaan.

Tidak perlu menunjuk hidung siapapun, kambing hitamnya sudah jelas. Warnanya sudah sedemikian pekatnya sampai-sampai orang yang penglihatannya terganggu pun akan mampu mengarahkan telunjuk ke arah mahkluk jahanam itu.

Anyway...

Tahun ini seharusnya ada banyak kejadian seru. Olimpiade 2020 di Jepang, Formula E, piala Eropa, Wonder Woman dan Black Widow (!), semuanya batal terjadi di tahun ini. Selain itu, event-event teknologi yang tadinya selalu menjadi ajang unjuk angkuh para developer tahun ini pun harus puas dengan pameran virtual. Sombong sih tetap, tetapi akan jauh lebih puas jika bisa melihat wajah orang lain ketika kita sedang nyombong.

Perkembangan teknologi yang menjadi primadona panggung dunia selama ini harus bersedia turun pangkat menjadi pemeran pendukung dulu. Peluncuran misi luar angkasa pertama yang pesawatnya dibuat dan dikelola oleh swasta hanya heboh selama beberapa saat, itu pun di negeri asalnya, Amerika Serikat. Sisanya? Kita lebih asyik ghibahin virus. Bahkan, terbersit di pikiran ini kalau astronot yang menumpang pesawat ulang alik tersebut justru bersyukur bisa meninggalkan bumi untuk sementara.

Selain itu, ada yang lebih gawat lagi. Ada ratusan (bahkan ribuan, mungkin juga lebih dari itu) perusahaan yang tahun ini harus bangkrut karena pandemi. Perusahaan-perusahaan top dunia seperti Muji, Brooks Brothers, pemegang waralaba Pizza Hut, Wendy’s, dan lainnya mengajukan bangkrut. Padahal beberapa tahun terakhir ini perkembangan bisnis sedang berlomba-lomba menuju puncaknya dikarenakan penggunaan teknologi big data yang menjadi jantung revolusi 4.0. Perusahaan-perusahaan startup baru banyak yang gulung tikar. Secara natural, tanpa pandemi pun perusahaan-perusahaan tersebut akan banyak yang gagal lolos seleksi alam. Namun keberadaan pandemi turut menambah parah kondisi yang ada. Rencana bakar uang yang ternyata turut membakar rumah serta isinya misalnya, tren pasar yang berubah drastis karena prioritas bergeser, sampai pada pemodal yang bangkrut duluan. Para Startup yang disebut-sebut sebagai katalis ekonomi baru dalam menyongsong era revolusi industri ke-empat ini malah banyak yang keok. Secara umum, apa yang dituliskan McKinsey.com dalam artikelnya cukup dapat merangkum kondisi saat ini: COVID-19 and the Great Reset.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di era ini? Mengapa revolusi industri 4.0 yang digadang-gadang menjadi puncak kedigdayaan pemanfaatan teknologi manusia malah harus di “reset”? apa kabar disrupsi digital yang tadinya begitu genit sebelum tahun 2020 ini? Lalu bagaimana kita (saya dan kalian), yang menjadi pelaku sejarah dunia ini dapat menyikapinya dengan baik?

Selow. Santai. Tidak ada jawaban untuk semua pertanyaan di dunia. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha mencari tahu jawaban yang terbaik, meski kadang-kadang ngga nemu juga.

Ini adalah artikel berseri, jadi akan ada lanjutannya. Jadi bagi yang mudah bosan membaca panjang-panjang, sepertinya ini bukan penyita waktu luang yang pas buat kamu.

 

REVOLUTION

Kita mulai dari yang paling dasar dulu. Revolusi 4.0. Apakah itu? Adakah yang masih ingat? Atau malah belum pernah dengar?

Begini. Dunia tempat kita berpijak saat ini adalah hasil dari perubahan-perubahan yang tidak terhingga jumlahnya. Dari jaman kita masih berbentuk monyet (bagi yang percaya teori evolusi), sampai ke jaman kita ngata-ngatain teman kita monyet. Dari jaman dinosaurus, sampai jaman kloning kambing, anjing babi, dan hewan-hewan lainnya. Dari jaman es, sampai jaman dimana semua es akan mencair. Semua perubahan-perubahan itu terjadi dengan atau tanpa kita sadari, dengan atau tanpa kita intervensi, dengan atau tanpa seijin kita.

Tetapi seiring peradaban berkembang, manusia kemudian menjadi semakin ahli dalam memprediksi perubahan-perubahan tersebut. Paling tidak, kita mengklaim kalau kita semakin ahli. Makanya akhir-akhir ini kita melihat banyak upaya untuk menanggulangi pemanasan global, karena kita memprediksi kalau isu ini tidak segera diurus, maka kiamat dunia akan makin cepat. Katanya sih begitu.

Termasuk di dalam prediksi-prediksi tersebut adalah tentang teknologi. Menurut para ahli, saat ini manusia ada dalam masa revolusi 4.0. Sebelumnya, sudah ada revolusi 1.0, 2.0, dan 3.0. Artinya, setidaknya sudah ada empat revolusi besar dalam siklus hidup manusia, dilihat dari sudut pandang industri. Disebut revolusi karena masa tersebut menghasilkan perubahan yang besar-besaran dan cenderung radikal terhadap cara manusia beraktifitas.

Revolusi pertama mulai terjadi ketika mesin uap diciptakan. Sebelumnya, kebanyakan mobilitas manusia tergantung pada hewan, terutama kuda. Oke, mungkin ada yang menggunakan unta, sapi, dan lain sebagainya, tetapi mari kita anggap saja kuda itu seperti avanza-nya jaman dulu. Meski tidak sepenuhnya begitu juga, karena tidak semua orang bisa memiliki kuda pribadi. Tapi ya sudahlah, anggap saja begitu.

Saat mesin uap diciptakan, yang kemudian berlanjut pada penemuan kereta uap, tidak perlu waktu terlalu lama bagi kuda untuk kehilangan market share-nya. Manusia beralih ke teknologi-teknologi yang berbasis uap. Imbas penemuan itu pun semakin nyata ketika akhirnya banyak pekerjaan-pekerjaan hilang akibat pergantian tren ini. Kalau sebelumnya banyak pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan dunia perkudaan, maka dengan makin berkurangnya orang-orang yang berkuda, secara otomatis pekerjaan seperti itu semakin tidak relevan, dan akhirnya menghilang.

Revolusi kedua adalah ketika dunia mulai mengenal teknologi produksi masal. Dengan bantuan listrik, inovasi dan rekayasa di bidang industri, barang-barang seperti mobil, peralatan, dan mesin-mesin menjadi semakin mudah dijangkau. Ambil saja mobil sebagai contohnya. Henry Ford memang tidak menciptakan mobil pertama, tetapi dia yang turut andil dalam menjadikan mobil sebagai semacam trending topic di masanya. Dengan produk Ford-nya, Henry memampukan umat manusia untuk memiliki mobil dengan lebih mudah.

Revolusi ketiga mulai muncul ketika otomasi di dalam industri mulai diterapkan sebagai upaya efisiensi dan meningkatkan produktifitas kerja. Apalagi setelah teknologi komputasi mulai ramai dipakai, alat-alat manajemen modern mulai banyak dikembangkan, dan penggunaan robot dalam industri yang makin marak. Semuanya turut berpengaruh dan mengubah cara industri bekerja saat itu. Barang-barang lebih mudah dan murah untuk diproduksi, namun tetap dengan kualitas yang selalu meningkat dari waktu ke waktu.

Lalu akhirnya ada revolusi termutakhir, revolusi keempat. Disinilah tempat sebagian besar dari kalian lahir dan bertumbuh.

Revolusi yang akhirnya disebut sebagai revolusi 4.0 ini terjadi akibat teknologi internet. Bukan hanya internet biasa, tetapi internet of things, dimana semua data yang terkait dengan produk dan jasa dapat terkoneksi dalam sebuah jaringan internet, yang tujuannya membuat hidup kita makin mudah. Datanya pun bukan cuma data biasa seperti yang kita simpan di komputer kita sehari-hari, tetapi data yang luar biasa banyak dan mendalam. Data-data tersebut bahkan dapat memprediksi perilaku manusia, tahu apa preferensi kita, bisa menebak aktifitas kita sehari-hari, dan sebagainya. Agak mengerikan kalau membayangkannya dari sudut pandang ala-ala film Terminator atau ala buku Homodeus-nya Yuval Noah Harari. Tetapi tetap saja revolusi ini terjadi, dan kita sebagai umat manusia saat ini sedang ada dipusaran revolusi tersebut.

Paling tidak, sampai tahun 2019 yang lalu.

 

DISRUPTED

Disruption, atau yang di dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “disrupsi”, adalah sebuah kata yang lumayan sering kita dengar sebelum 2020. Pemaknaan mudahnya adalah perubahan radikal yang terjadi, yang seakan menghancurkan tatanan yang berlaku sebelumnya. Disrupsi yang kita sering dengar adalah disrupsi digital, atau digital disruption.

Digital disruption erat sekali dengan revolusi 4.0, dimana peran utamanya adalah perkembangan teknologi itu sendiri. Teknologi di jaman sekarang berkembang begitu pesat, sampai-sampai kita (manusia yang menciptakan teknologi itu) dibuat kagum sendiri. Di tahun 90-an misalnya, TV terkecil kita masih sebesar microwave saat ini. Tapi sekarang, Televisi sudah semakin tipis, bahkan kita sudah bisa menonton siaran TV di layar Handphone. Saking majunya teknologi televisi saat ini, tahukah kalian kalau kita sudah memiliki TV transparan? Meski saya tidak bisa membayangkan enaknya nonton TV transparan, tapi ada aja perusahaan yang membuat barang itu. Satu lagi deh contohnya, sebuah teknologi yang sehari-hari kita pakai: Telepon genggam, atau yang saat ini sudah jadi telepon baper karena mereka lebih suka disebut telepon pintar (smartphone). Setiap tahun keluar model baru yang membuat versi terdahulunya menjadi seperti tidak relevan. Bahkan Apple pernah mengeluarkan dua model iPhone (iPhone 8 dan iPhone X) secara bersamaan. Sesuatu yang waktu itu cukup menarik disimak karena beresiko saling hantam.

Dunia profesional juga terimbas urusan disrupsi ini. Ada banyak perusahaan yang khusus mengembangkan unit/divisi baru untuk menangani transformasi digital karena “takut” hanyut dalam arus disrupsi. Anak-anak muda dengan latar belakang pendidikan IT menjadi primadona dan rebutan perusahaan-perusahaan yang berusaha tetap menjadi relevan di dalam industri. Kualifikasi terhadap rekrutan-rekrutan juga makin lama makin canggih, membuat para pemalas yang ogah-ogahan mengembangkan dirinya menjadi semakin terpuruk.

Tapi, itu semua di masa lampau. Sebelum COVID-19.

Saat ini, rasanya tidak ada satupun berita besar yang terkait teknologi atau digital disruption. Jangankan berita, bisa jadi orang-orang sudah pada lupa kalau dulu kita begitu semangatnya membahas isu ini. Sekarang, setiap hari yang kita lihat selalu tentang COVID-19, mulai dari update penderita, vaksin, atau lainnya. Bahkan di saat COVID-19 sedang tidak dibahas, kita tetap melihat orang-orang memakai masker, pelindung muka plastik, dan menolak bersentuhan, yang semuanya itu mengingatkan kita kalau kita masih dalam masa pandemi sial ini. Seakan-akan tidak ada satu ruang pun yang steril dari virus jahanam ini untuk bisa berdiskusi tentang hal lain. Semua yang kita bangun sebelum 2020, semua kejayaan manusia, teknologi, budaya, apapun itu, seakan-akan seperti terhenti. Dunia seperti sedang menekan tombol “pause”. Perkembangan teknologi seakan terlupakan sejenak, meski tetap bergerak dibalik layar, kalaupun memang masih ada pergerakan berarti. Disrupsi yang beberapa tahun lalu begitu mengemuka, sekarang harus bersembunyi dulu. Disrupsi itu telah tertahan oleh masalah lain yang lebih genit. Disrupsi itu telah terdisrupsi.

 

AND NOW WHAT?

Ada hal-hal yang bisa kita lakukan sendiri, seperti memutuskan mau bekerja dimana, mau membuat karya apa, mau makan apa malam ini. Tetapi ada juga hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan sendiri. Menurunkan hujan, membuat dosen kita memberikan kita nilai A meski kita lupa datang pada saat UAS, atau sekedar menebak apa yang dipikirkan wanita. Menghentikan pandemi ini salah satu hal yang tidak dapat kita lakukan, setidaknya belum.

Lantas, jika memang demikian, apa langkah yang bisa kita ambil?

Sebenarnya ada banyak sekali langkah yang bisa diambil. Pertanyaan yang lebih dalam lagi adalah, bagaimana caranya untuk tahu kalau langkah yang kita ambil itu adalah langkah yang paling tepat? Apalagi, kalian adalah anak-anak muda yang saat ini sedang berada di ambang peralihan tahapan hidup. Dari yang tadinya kuliah, sekarang bekerja; tadinya baru memulai karir, sekarang sedang mencoba menapaki profesionalisme yang sesungguhnya; tadinya merasa bebas, sekarang mulai merasa perlu bertanggung jawab kepada masa depan.

Setidaknya ada empat hal yang perlu kalian pertimbangkan dengan cermat untuk dapat melangkah.

  1. Pikirkan kembali semuanya. Kalian harus memikirkan ulang semua yang sudah kalian persiapkan sebelumnya. Target, cita-cita, cara mencapai cita-cita tersebut, tantangannya, dukungan-dukungan yang kalian perlukan. Semuanya. Karena peta permainan sudah berubah sekarang. Cara-cara lama sudah basi, dan tidak relevan lagi dipakai.
  2. Rencanakan tindakan yang akan kamu lakukan. Rancang tindakan-tindakan yang akan kamu lakukan. Pertimbangkan segala sesuatunya dengan baik. Ingatlah pada tujuan akhir yang ingin kamu capai, lalu buatlah jalur menuju ke sana, selangkah demi selangkah.
  3. Tahun 2020 ini seakan berlalu tanpa jejak. Kita sudah kehilangan satu tahun produktif kita. Bukan berarti kita tidak produktif di tahun ini ya, karena banyak juga industri dan orang-orang yang berhasil menggunakan masa pandemi ini sebagai peluang untuk sukses. Nah, justru karena itulah, kita harus bergerak lebih cepat. Selain karena memang kita sudah kehilangan waktu banyak untuk bisa produktif, kita juga bersaing dengan orang-orang yang sudah memulainya lebih cepat, yang sama laparnya, atau bahkan jauh lebih lapar dari kita. Tidak ada waktu untuk bersantai. Ketika sudah tahu apa yang mau dilakukan, lakukan dengan segera.
  4. Temukan kembali dirimu. Kalau yang ini agak reflektif. Dalam setiap apa yang kalian lakukan, jangan lupa untuk terus mengecek realita yang ada. Selalu introspeksi, pelajaran apa yang sudah kalian dapatkan hari ini, besok, dan seterusnya. Jika baik, tingkatkan. Jika buruk, eliminasi. Dan di ujung jalan nanti, jangan lupa untuk menemukan kembali diri kalian yang baru. Bukan sosok lama, tetapi versi upgrade dari diri kalian.

Kita akan bahas satu persatu poin di atas dalam kesempatan-kesempatan berikutnya. Tetapi intinya seperti ini, guys. Kondisi saat ini tidak mudah. Semua orang tahu itu. Tetapi dibalik kondisi separah apapun, selalu ada hal baik yang dapat kita syukuri, minimal kondisi ini akan memampukan kita untuk memperbaiki dan meningkatkan diri. Karena itu, tidak perlu untuk berkecil hati, atau ngedumel kesana kemari karena susah dapat kerjaan, atau bahkan di PHK. Yang sudah berlalu, anggap sebagai pelajaran untuk menuju masa depan yang lebih baik. Dan untuk menuju kesana, kalian diberikan anugerah berupa waktu supaya kalian dapat memikirkan segala sesuatunya dengan lebih baik. Jadi lakukan itu. Mulailah kembali dari awal.

COVID memang belum selesai, tetapi suatu saat akan berakhir. Kebanyakan dari kita akan bertahan dan melanjutkan hidup. Dan saat hidup mulai kembali berlanjut, disrupsi yang tadinya seakan terhenti akan mulai menggeliat lagi. Kita pun harus kembali mempersiapkan diri, karena disrupsi yang berikutnya pasti tidak akan menunggu kita mengangkat senjata. Perubahan tidak pernah berhenti, bahkan disaat kita pikir mereka tidak ada. Mereka hanya bergerak diam-diam, tidak di atas panggung, sambil ngumpet menunggu saat yang tepat untuk mengejutkan kita.

 

Baca juga artikel serinya:

The Disrupted Disruption

Rethinking Everythink - The Disrupted Disruption Series

Orchestrate Your Action - The Disrupted Disruption Series

Run, Forrest! Run! - A Disrupted Disruption Series

 

 --

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros

14-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...

Read more

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Starbucks Jatinangor (a Story)

25-09-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Teman-teman sering menghabiskan waktu di Starbucks? Saya tidak. Alasan utama saya tidak sering ke Starbucks karena cafe kopi yang satu ini memang tidak ada di wilayah sekitar rumah saya. Tapi sekarang...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more