Review Buku Love on The Brain - Ali Hazelwood
From the bestselling author of The Love Hypothesis.
Amazon Charts #11 This Week
Judul : Love on The Brain
Penulis : Ali Hazelwood
Jenis Buku : Romantic Comedy, Contemporary Romance
Penerbit : Berkley Books
Tahun Terbit : 2022
Jumlah Halaman : 368 halaman
Dimensi Buku : 20.96 x 13.97 x 2.39 cm
Harga : Rp. 184.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780593336847
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplusbandung, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Love on The Brain berkisah tentang Bee Königswasser yang ditawari memimpin proyek neuroengineering di NASA. Tawaran ini sangat besar artinya karena membuka peluang dan pengakuan bahwa ia kompeten di dunia yang didominasi oleh pria. Dengan rambut ungu dan tubuhnya yang mungil, Bee 'membalas dendam' dan 'mematahkan' semua diskriminasi gender dengan otaknya yang jenius-cemerlang. Namun antusiasme, semangat dan kepercayaan diri yang membuncah ini harus menghadapi tantangan besar seketika, begitu dia tahu pemimpin proyek besar itu adalah Levi Ward. Yang Bee tahu pria itu membencinya, memandang rendah dirinya, bahkan menganggapnya tidak ada. Akankah Bee berhasil menyelesaikan proyek ini? Seperti apa hubungan Bee dan Levi pada akhirnya?
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Tidak ada komentar khusus soal desain sampul buku ini karena sudah mencirikan genrenya yang romantic comedy, adult romance, dan contemporary romance. Pilihan warnanya juga sweet sekali, menggambarkan percintaannya yang juga manis. Tapi ternyata ada lebih dari satu penerbit yang mencetak buku ini dan bagian belakang bukunya berbeda.
Tokoh dan Karakter
Sama seperti novel The Love Hypothesis, Love on The Brain juga memiliki tokoh STEM heroine. Bee Königswasser tidak cuma punya otak yang brilian tapi juga cantik. Secara karakter, dia pada dasarnya ceria, seorang vegetarian yang suka kucing *hal-hal tentang vegetarian cukup ditonjolkan di sini, dan punya kondisi khusus pada stabilisasi gula darah yang menyebabkan dia sering pingsan ketika menghadapi beberapa situasi khusus, misalnya saat panik atau tiba-tiba melihat laba-laba. Setelah tunangan dan sahabatnya berkhianat, Bee tidak percaya lagi dengan yang namanya hubungan jangka panjang. Dia membangun tembok yang menghalangi kedekatan dengan siapapun. Selain itu Bee juga 'feel not belong to' yang merupakan imbas dari masa kecilnya yang tumbuh dalam asuhan banyak keluarga yang tinggal di tempat yang berbeda-beda.
Levi Ward pintar dan dihormati orang-orang. Pria tampan cool keren ini punya karakternya nyaris tak bercela dalam pandangan saya *gentleman banget. Dingin tapi lembut. Tapi Levi punya hambatan komunikasi yang merupakan sumber kesalahpahamannya juga dengan Bee. Keluarga Levi dingin dan tidak mendukung karirnya, terutama ayahnya. Dia dianggap mengecewakan keluarga karena tidak berkarir di militer seperti ayah dan saudara-saudaranya. Selain Levi dan Bee, tokoh Rocío cukup unik dengan kesukaannya pada mitos dan keyakinannya pada 'dunia kegelapan' *dengan cara yang gemesin.
Deskripsi fisik Bee dan Levi cukup detail. Bee tidak tinggi dan langsing. Matanya biru, rambut hitam lurus yang kemudian di cat warna ungu. Dia menato tubuhnya sesekali juga menindik. Dalam suatu kesempatan, Bee memakai jeans hitam dan atasan merah polkadot, mengepang rambutnya, memakai lipstik merah, dan menggunakan perhiasan anting-anting, dan cincin dari nenek. Dalam imajinasi saya sosok Bee ini pasti tampak berbeda di antara ilmuwan lainnya.
Alur dan Latar
Pov 1 (Bee), alur maju sedang-cepat. Selain konflik cinta dan internal tokoh utama, ada pula konflik akademisi seperti sabotase proyek *predictable sayangnya . Bee juga difitnah di dunia maya.
Romansanya bisa dilihat dari dua sisi, enemy to lover dari sisi Bee, tapi love at first sight bagi Levi. Ya, romcom selalu mudah ditebak endingnya. Tapi bobot romcom bagi saya ada di ide cerita, plot, dan kekuatan emosi percintaannya.
Setting kekinian, di NASA, Johnson Space Center, Houston, Discovery Building, tapi di antara lokasi-lokasi yang ada saya justru paling ingat dengan rumah Levi. Mungkin karena saya pecinta rumah yang nyaman :D.
Rumah Levi seperti rumah pada umumnya. Rumah bata yang cantik dengan tanaman mint untuk burung kolibri di kebunnya. Sepanjang jalan masuk ada banyak kunang-kunang yang berterbangan. Area lantai atas sama cantiknya dengan lantai pertama tapi dengan lebih banyak sentuhan personal. Ada pemutar vinil dan CD juga pajangan di dinding. Kamar tidurnya seperti katalog interior rumah, dengan dua jendela besar, perabotan kayu, rak buku setinggi langit-langit, dan di bagian tengah ruangan ada tempat tidur berukuran besar, dengan selimut lembut. Gara-gara ini saya jadi terinspirasi menamam tanaman rambat pakan lebah dan beragam bunga yang disukai kupu-kupu di rumah dengan lebih serius :D
To be fair, it's a totally normal house. But it perfectly matches my ideal, which, to be fair again, is not particularly lofty. My lifelong dream is a pretty brick home in the suburbs, a family with two point five children, and a yard to grow butterfly-friendly plants. I'm pretty sure a psychoanalyst would say that it has to do with the nomadic lifestyle of my formative years. I am a stability slut, what can I say?
Of course, when I say "lifelong dream" I mean until a couple of years ago. Once I realized how life-alteringly cruel humans can be, I scrapped the family part from the dream. The house lingers, though, at least according to the pang in my heart when Levi pulls up the driveway. First thing I notice: he grows hummingbird mint in his garden - nature's hummingbird feeder, and my favorite plant. Grrr. Second: there are no cars in the driveway. Weird. But some lights inside are on, so maybe his wife's is just in the garage. ..
He gives me a silent look that seems to mean Haven's we been over this seven times already? and leads me up his driveway, where we're surrounded by a delightful amount of fireflies.
...
The upstairs area is just as pretty as the first floor, but with more personality. I spot a vinyl player and CDs, pictures on the walls, even some Pitt swag I recognize from my own apartment. his bedroom, though ... his bedroom is magic. Something out of a catalog. It's a corner room with two large windows, wooden furniture, ceiling-high bookshelves, and, in the middle of the king-sized bed, sleeping softly on top of the comforter...
Page 133
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Yang suka romance dengan latar academia rasanya tidak ada yang tidak familiar dengan nama Ali Hazelwood atau The Love Hypothesis. Bulan kemarin Ali menerbitkan novel terbarunya yang berjudul Love on The Brain.
Waktu membaca novel ini saya menemukan bahwa tokoh utama cerita ternyata vegan. Ini menarik ya, karena keliatannya cukup spesifik diangkat sebagai topik dan sebagai bagian dari penokohan. Ada dalam satu adegan dimana Bee menyebutkan nama-nama makanan vegetarian (yang asing buat saya), misalnya jamur portobello, krim asam bebas susu, cheddar nabati, quinoa, bubuk agar, sirup maple, kacang-kacangan, biji-bijian, kurma, susu almond, tahu, buah dan sayuran, yogurt berbahan dasar kelapa, dan pasta miso. Sebagai yang "suka makan" seperti biasa nama-nama ini membangkitkan keingintahuan. Saya sendiri bukan vegan dan takjup dengan orang-orang yang sanggup tidak makan ayam, sop daging, dan rendang padang.
Selain tokoh vegan Bee dan Levi, ada satu tokoh minor yang lumayan menarik perhatian saya juga, namanya Rocio. Rocio ini karakternya unik karena dia sangat into dengan hal-hal yang menyeramkan dan mengerikan, misalnya hantu, mitos, sejarah kelam, tapi Ali Hazelwood menggambarkan tokoh ini dengan sudut pandang yang justru bikin saya tersenyum. Misalnya waktu Bee bertanya ke Rocio apakah dia bersemangat memulai proyek baru mereka di NASA. Alih-alih menjawab dengan semangat atau ceria, Rocio malah berkata sambil menatap muram Bee, "Di Prancis, guillotine digunakan baru-baru ini pada tahun 1977," yang ditangkap oleh Bee sebagai permintaan untuk diam. Teman-teman harus baca sendiri bukunya karena saya khawatir tidak begitu jelas menggambarkan sisi lucu tokoh Rocio ini.
Satu, tipe pria imut , yang terdiri dari pria yang menarik dengan cara yang tidak mengancam, mudah diakses, kombinasi penampilan bagus dan kepribadian yang menawan. Tim termasuk dalam kelompok ini, seperti Guy dan kebanyakan ilmuwan pria -- termasuk Pierre Curie (menurut Bee).
Terakhir, Sex Guys atau pria seksi. Menurut Annie, Levi adalah lambang dari pria seksi. Pria ini tidak bisa berhenti melintas dalam pikiran, mereka maskulin, berbakat, menonjol, dan kokoh.
Latar academia-nya kental, dengan narasi dan dialog seputar proyek neuroengineering research project *yang sejujurnya saya tidak ambil pusing karena merasa tidak harus paham juga. Benarkah banyak penjelasan tentang neuroengineering di buku ini(?) Setelah saya pikirkan lagi sebenarnya tidak juga. Narasi dan dialog tetap lebih banyak ke relationship para tokoh. Tapi suasana tetap terasa kental karena banyak unsur-unsur cerita yang disisipkan hal-hal berbau akademisi dan teknologi, bahkan judul babnya juga demikian.
Salah satu bagian dalam cerita yang menurut saya spesifik proyek riset adalah adegan dimana Levi menjelaskan ke Bee perspektif lain tentang kehidupan astronot yang di mata banyak orang keren dan hebat tapi sebenarnya tugas di luar angkasa itu tidak seenak itu. Disebutkan oleh Levi bahwa alam semesta itu terus mengembang dan semakin dingin, bongkahan galaksi kita tersedot, lubang hitam terlempar ke luar angkasa dengan kecepatan jutaan mil per jam, dan badai super surya berkobar dengan cepat. Sementara itu, para astronot NASA di luar sana memakai pakaian mereka yang tidak memadai, meminum berliter-liter urin daur ulang mereka sendiri, kulit kaki mereka menebal, cairan serebrospinal mereka mengembang dan menekan bola mata mereka ke titik penglihatan mereka menjadi memburuk, bakteri usus mereka adalah kacau balau, dan ada resiko sinar gamma yang benar-benar dapat menghancurkan mereka dalam waktu kurang dari satu detik. Ruang angkasa juga berbau seperti toilet yang penuh dengan telur busuk, dan tidak ada jalan keluar untuk para astronot menghindar.
Gara-gara ini saya jadi bertanya-tanya, benarkah demikian?
The universe keeps expanding and getting colder, chunks of our galaxy are sucked away, black holes hurl through space at millions of miles per hour, and solar superstorms flare up at the drop of a hat. Meanwhile NASA astronauts are out there in their frankly inadequate suits, drinking liters of their own recycled urine, getting alligator skin on the top of their feet, and shitting rubber balls that float around at eye level. Their cerebrospinal fluid expands and presses on their eyeballs to the point that their eyesight deteriorates, their gut bacteria are a shitshow - no pun intended - and gamma rays that could literally pulverize them in less than a second wander around. but you know what s even worse? the smell. Space smells like a toilet full of rotten eggs, and there s no escape. you re just stuck there until Houston allows you to come back home. So believe me when I say: I'm grateful every damn day for those two extra inches."
Page 194
Bagian lain yang ada istilah teknis dan saya tidak begitu paham (dan tidak ingin mencari tahu) adalah tentang ide pembuatan helm astronot yang menurut Bee ada masalah dengan switchboard-nya, dan solusinya adalah dengan melepas swtichboard itu, membangun sirkuit terpisah untuk bisa memanfaatkan sifat magnetotermal masing-masing, lalu menggunakan remote nirkabel, dan mengisolasi semua sirkuit. Teman-teman ada yang paham? Saya sejujurnya tidak, dan untunglah tidak harus paham juga untuk tetap bisa memahami alur cerita dan konteksnya.
".... We've been having issues with the switchboard, right? We've been trying to fix it, but ... what if we just bypass it?"
"But the different frequencies ---"
"Right. That's where I'm going to scare you."
"Scare me?"
"Yes." I make room on the table, and start sketching a diagram. "But don't be scared."
"I'm not scared."
"Good. Stay unscared."
"I -- Why would I be scared?"
"Because of what I'm about to show you. Which you might fiend scary." I tap the back of the pen on the top of my diagram. "Okay. We remove the switchboard." I draw a cross on it. "We build separate circuits. and then we leverage the magnetothermal properties of each one ---"
"--- for speed." Levi's eyes are wide. "And if we have separate circuits --"
"-- we can rely on the wireless remote." I grin at him "Will it work?"
He bites into his lower lips, staring at the diagram. "The wiring will be tricky. and isolating each circuit. But if we work around that..." He turns to me with a wide, breathless grin. "This could work. It could really work."
Page 221
Personally, justru isu yang menarik ada di kesetaraan gender dan proses ujian masuk yang tidak adil bagi semua orang. Di dalam cerita tokoh Rocio mengikuti tes GRE dan gagal. Dari situ diangkat tentang tes masuk yang sulit tersebut. Ada satu pandangan terkait tes masuk ini, bahwa tes seperti GRE dan SAT itu sudah ketinggalan jaman. Keberhasilan sekolah pascasarjana bergantung pada kualitas yang tidak diukur oleh GRE. Ada sebuah pertanyaan mengapa tidak bergerak menuju pendekatan holistik untuk penerimaan lulusan? Apalagi biaya tesnya sangat mahal, begitupun persiapan tes, materi, dan tutor yang harganya juga selangit. Artinya hanya oragn-orang yang punya finansial yang bisa mengakses tes ini dengan mudah. Ujung-ujungnya yang tidak punya uang dan para wanita jadi terpinggirkan. Ada istilah untuk situasi ini yaitu Stereotype Threat. Banyak literatur yang sudah membuktikan bahwa GRE merupakan peramal yang buruk untuk kemampuan seseorang dalam menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Tapi test ini tetap digunakan untuk instrumen penerimaan masuk pascasarjana di berbagai negara.
Thought provoking ya. Saya jadi ingat berapa harga kelas IELTS dan test IELTSnya. Dan ternyata di bagian akhir buku, Ali Hazelwood memang mengangkat isu ini karena memang memiliki opini terkait test tersebut.
"It's an indignity. GRE, SATs, all these tests are institutionalized gatekeepers, and the extent to which graduate programs over-rely on them for student admission is obscene. We are two decades into the twenty-first century, but we're still using a test based on a conceptualization of intelligence that s about as outdated as the Triassic. Graduate school success depends on qualities that are not measured by the GRE -- we all know it. Why aren't we moving toward a holistic approach to graduate admission? Also, the GRE costs hundreds of dollars! Who has the financial solubility for that? Or for the prep course, the materials, the tutors? Let me tell you who doesn't: not-rich people."
...
"You know who traditionally does poorly on standardized tests? Women and marginalized individuals. It's a self-fulfilling prophecy: groups that are constantly told by society that they're less smart walk into a testing situation anxious as hell and end up underperforming. It's called Stereotype Threat, and there's tons of literature on that. Just like there's tons of literature showing that the GRE does a terrible job at predicting who ll finish grad school. But the heads of graduate admission all over the country don't care and persist in using an instrument made to elevate rich white men."
Page 148
Saya suka novel ini karena bagus penokohannya *dialognya mengalir dan kriuk, latar akademisinya yang kental, konfliknya yang cukup banyak, dan romansanya yang greget gemesin. Di sisi lain saya merasa agak jenuh karena samar-samar menemukan kemiripan antara The Love Hypothesis dengan Love On Your Brain. Ada harapan plot twist sabotase proyek bisa lebih dalam dan rumit sehingga tidak tertebak dan lebih menantang. Namun genre buku ini romantic comedy, jadi logis kiranya jika tingkat kerumitan konflik maupun misterinya dijaga ringan dan renyah saja. Tokoh Levi juga masih bisa dikembangkan mengingat dia punya gangguan komunikasi dan harus terapi. Tapi isu ini dilewatkan oleh Ali Hazelwood, entah dengan alasan apa. Bagian ending novel ini juga rasanya nano-nano, karena adegan action-nya ada yang 'selesaikan' dengan 'kucing yang melompat', kucing yang tidak menunjukkan kedekatan luar biasa dengan tokoh utama. Kok rasanya saya berharap sebuah adegan beradrenalin dan model penyelesaian yang lebih solid dan "rumit" ya :D.
Dari kisah romansa Bee dan Levi ada pesan tentang memberikan kesempatan kedua pada orang lain, berbelas kasih, dan mencoba memaafkan. Ada pula pesan tentang lebih mencintai diri sendiri dan memberikan kesempatan diri kita untuk bahagia. Cinta memang butuh keberanian.
Siapa Ali Hazelwood
Ali Hazelwood berasal dari Italia, ia tinggal di Jerman dan Jepang sebelum pindah ke AS untuk mengejar gelar Ph.D. dalam ilmu saraf. Profesor Ali Hazelwood suka menonton fiksi ilmiah, olahraga lari, merajut, makan kue, dan juga pecinta kucing. Selain menulis novel, tentu saja ia menerbitkan artikel ilmiah tentang otak dan tinjauannya.
Rekomendasi
Novel ini saya rekomendasikan kepada hanya pembaca dewasa yang mencari novel romance berlatar akademisi, dengan STEM heroine yang cantik dan berotak brilian. Kedua tokoh utama likeable dengan konflik internal masing-masing selain konflik external menyelesaikan proyek, dan misteri sabotase proyek. Proporsi romansanya banyak dengan tipe enemy to lover.
Catatan: sexual scenes.
Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.
Donasi dapat ditransfer ke:
BCA 740 509 5645
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Dipi adalah seorang ibu yang gemar memanggang kue-kue, berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga berupaya tetap produktif dan berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Trainer, serta certified coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, LP3i, STON, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa muda di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviw buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - Review Buku
Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff

National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff

Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff

Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read moreReview Buku The Book You Wish Your Paren…
29-04-2023 Dipidiff

The Sunday Times No. 1 Bestseller, lebih dari 1,3 juta eksemplar terjual di seluruh dunia. Judul : The Book You Wish Your Parents Had Read (Orang Tuamu Wajib Membaca Buku Ini, dan...
Read more