0

Review Buku Genduk - Sundari Mardjuki

Published: Wednesday, 10 March 2021 Written by Dipidiff

 

Judul : Genduk

Penulis : Sundari Mardjuki

Jenis Buku : Fiksi

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2017

Jumlah Halaman :  232 halaman

Dimensi Buku :  0.18 x 13.5 cm

Harga : Rp. 107.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 9786020332192

Paperback

 

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Genduk adalah sebuah fiksi yang diceritakan dengan gaya memoar. Berkisah tentang seorang bocah perempuan berumur sebelas tahun, yang tinggal di desa paling puncak Gunung Sindoro, Temanggung. Setting dibuat pada tahun 1970-an ketika petani tembakau sudah mulai mengolah tembakau yang masuk kualitas atas di dunia ini untuk dipasok ke pabrik-pabrik rokok.

Genduk melakukan pencarian jati diri dan pencarian atas sosok ayah yang tidak pernah dilihatnya seumur hidup. Konflik terjadi ketika Genduk menemukan kenyataan mengenai ayah yang selama ini dirindukannya. Konflik pun bergulir terkait dengan permasalahan yang dialami oleh para petani.

 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

Sebuah disain cover sederhana yang mengena. Dengan ilustrasi daun tembakau kering premium, cukuplah sudah saya menangkap hubungan antara disain dan isi cerita. Nice.

 

Tokoh dan Karakter

Kaduk, preman kampung yang tukang bikin onar, culas, manipulatif.

Jirah, teman sepermainan Genduk.

Lik Ngadun, bertautan keluarga dengan Biyung. Selalu berusaha membantu keluarga Genduk.

Yung, sikapnya yang keras terhadap anak perempuan satu-satunya dilatari kegetiran hidupnya.

Sapto Adi, cinta pertama Genduk. Anak kepala desa yang hidupnya berkecukupan.

Kaji Bawon, tetua di desa, mengajarkan Islam dan kebajikan.

 

Gadis kecil dengan kehidupan yang memilukan. Hidup tanpa ayah dengan ibu Yung (mungkin ini dari kata Biyung) yang keras karakternya. Ditempat kemiskinan. Pedih dan memilukan. Lalu hadirlah tokoh Kaduk yang menyebalkan dan culas. Ow ow ow.. cerita Genduk akan membuatmu tenggelam dalam emosi tersendiri. Hidup bisa begitu 'tidak adil' buat gadis kecil itu.

Untunglah ada Lik Ngadun yang sesekali bisa jadi pohon teduk untuk Genduk kecil, juga Kaji Bawon tua yang mengajarkan agama padanya, membisikkan utamanya sebuah sikap sabar dan daya juang.

 

Deskripsi tokohnya detail, dengan pilihan kalimat yang asyik dan kadang mengundang senyum. Misalnya deskripsi Sapto yang saya kutipkan di bawah ini.

Sapto berbeda dengan anak-anak lain. Perawakannya tegap seperti bapaknya. Jika anak lain bersekolah dengan nyeker atau bersandal jepit, Sapto bersepatu. Rambutnya selalu tersisir rapi dengan belahan pinggir. Dia selalu membubuhkan minyak sehingga rambutnya tampak klimis. Seandainya angin lesus menerpa desaku, memorak-porandakan rumah danl adang, aku yakin tatanan rambut Sapto tidak akan rusak. Tetap rapi klimis.

Halaman 35

 

Alur dan Latar

Alur cerita maju dengan kecepatan sedang - cepat. Konflik sederhana tapi menarik. Kisah kaum marginal menghadapi rentenir, dan segala macam tekanan sosial. Pergolakan batin Genduk juga pas porsinya. Pov orang pertama (Genduk). Ending bahagia dan tertutup.

Latar suasananya terasa sekali, di desa petani tembakau. Nuansa lokal tidak hanya tercermin dari nama tokoh, lokasi, pilihan diksi, tapi tentu saja ide ceritanya.

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Aneh juga kadang hal kecil dalam narasi adalah yang paling cepat memunculkan kesan dalam benak saya dan menciptakan impresi yang kuat. Untuk novel Genduk, hal ini saya dapatkan di paragraf soal jangkrik-jangkrik yang biasa ditangkap oleh masyarakat desa, dibakar, dimakan, yang mana untuk Genduk adalah sesuatu yang sangat menjijikkan. Dulu, waktu saya membaca novel Ahmad Tohari - Ronggeng Dukuh Paruk ada adegan jangkrik juga, makanya langsung teringat juga ketika menemukan adegan yang mirip di novel ini.

... dan ember kaleng akan dengan suka cita menangkap serangga-serangga itu. Terkadang, jika gangsir tidak keluar dari sarang, mereka menyiramkan air ke dalam lubang sampai penuh untuk memaksa gangsir-gangsir itu muncul. Tidak lama kemudian gangsir akan keluar. Dan hap! Tangan-tangan cekatan langsung menangkapnya.

Api unggun disiapkan. Gangsir yang sudah ditusuk lidi diberi garam, kemudian dibakar, menghasilkan bunyi gemeretuk. Aroma khas keluar dari badan-badan ringkih yang dibakar itu. Dan para lelaki itu pun dengan lahap menyantapnya.

Ketika hasil buruan gangsir melimpah, Lik Ngadun, kerabat Yung yang tinggal satu kampung dengan kami, suka memberikan sekantong gangsir pada Yung. Mata Yung pun berbinar-binar. Diberikannya uang seperak kepadaku untuk belanja ke warung. Kelapa muda, telur, dan ketumbar. Yung mamasak. Dari bilik bambu aku intip aksi Yung. Gangsir itu dicabuti sayapnya, diulek bersama bumbu dan kelapa muda di atas cobek besar. Dicampur dengan telur kemudian digoreng bulat-bulat. Rempah namanya.

Aku menitikkan air mata dan segera lari ke luar rumah.

Hueeek!

Seluruh isi perutku bertumpahan ke tanah.

Halaman 13

 

Adegan sederhana tapi sangat menyentuh. Sedihnya Genduk menjadi sedihnya saya juga. Genduk yang hidup tanpa ayah, tanpa tahu pasti apakah ayahnya mati atau meninggalkan mereka begitu saja. Begitu dalam dan pahitnya rindu Genduk pada ayahnya, tersampaikan lewat adegan-adegan dalam cerita, salah satunya yang saya kutipkan di bawah ini.

Aku pernah belajar kelompok di rumah Jirah. Kami sedang mengerjakan tugas matematika ketika mata Jirah tidak lepas menatap pintu. Ketika pintu itu dibuka dari luar, muncullah bapak Jirah, dengan kedua tangan memegang besek. Jirah pun menghambur, menarik-narik sarung bapaknya dengan mata berbinar-binar. Bapaknya tersenyum sambil mengelus poni Jirah. Aku pun beringsut keluar, pamit sebelum tugas matematika selesai. Kenduri yang dimakan Jirah dan aku dipastikan sama rasanya. Tapi lidahku mengecapnya dengan rasa yang berbeda.

Aku duduk di amben sambil menatap ke pintu. Kuikuti apa yang Jirah lakukan. Tapi pintu itu tak kunjung terbuka. Satu menit. Tiga puluh menit. Satu jam. Pintu tetap bergeming.  ...

Halaman 17

 

Kesedihan yang murni, tercipta pada banyak adegan ibu dan anak, Biyung dan Genduk. Emosi teraduk-aduk. Oh Genduk.. :(

Aku membuka pintu perlahan dan baru masuk beberapa langkah ketika sebuah suara menyambutku.

“Kamu pasti kembali. Karena biyungmu ini adalah rumahmu yang sebenarnya!”

Aku tergagap. Kulihat Yung duduk mematung di amben. Aku menghambur padanya dan memeluk Yung dengan erat. Baru sehari tempat ini kutinggalkan, tetapi rasanya sudah tahunan.

Aku menangis sesenggukan. Cerita Pak Yai terlintas kemudian di dalam kepala dan tangisku pun menjadi-jadi.

“Pak’e... sudah MATI!” Suaraku timbul-tenggelam dalam tangis yang kencang.

Malam itu biyung dan anak berpelukan dan menangis dalam kegelapan.

Halaman 148

 

 

Aha!, cinta pertama. Tak pernah saya terlewatkan dalam narasi-narasi yang mendeskripsikan first love seperti ini. 

Tidak ada anak yang mempunyai nama dengan awalan huruf C. Jadi, lanjut ke huruf D untuk Darman dan Darsono. Dan coba tengok ke huruf S. Hampir semua anak di kelasku mempunyai nama dengan awalan huruf S dan hampir semuanya satu kata. Sulastri, Sugiono, Slamet, Sukirno, Suparno, Sumiati, Suprihatin. Oh ya, ada satu nama dengan huruf S yang terdengar “berbeda” dari teman-temanku yang lain. Namanya Sapto Adi, anak Pak Lurah Cokro. Entah kenapa kalau menyebut namanya, pipiku terasa panas. Dan ada debar lembut di dada.

Halaman 35

 

 

Lokal sekali suasananya ya. Dan urusan Dunia dalam Berita serta warga yang berkumpul di balai desa untuk nonton tv adalah momen khas masyarakat kampung jaman dulu. Tahun 2017 masihkah situasi ini ditemui?? Tampak novel Genduk mengambil setting cerita di masa lampau.

Sekarang TV menampilkan siaran Dunia dalam Berita. Menandakan sudah jam sembilan malam. Ini acara yang aku suka selain ketoprak. Yang paling kunanti adalah pembukaannya. Satu menit sebelum siaran dimulai, ada bunyi khusus yang disertai dengan gambar jam. Kemudian ada suara khas penyiar laki-laki yang menyebutkan, “Kita menantikan dunia dalam berita”. Dan ketika jarum jam tepat  menunjukkan pukul 21.00 WIB, muncul bola dunia yang berputar. Malam itu dibuka dengan berita Pol Pot dan pasukan Khmer Merah menguasai Kamboja.

Halaman 42

 

I love it. Terimakasih Sundari Mardjuki, untuk ceritanya yang begitu membumi, dengan bahasa yang berpuisi, menghidupkan kembali budaya tradisional Indonesia melalui cerita.

Kutatap langit yang terbentang di atas kepalaku. Bulan masih bulat ranum, membentuk lingkaran sebesar uang koin lima rupiah. Dikelilingi oleh tebaran bintang gemintang yang indah. Semakin malam, bulan mulai bergerak semakin tinggi. Udara mulai terasa menggigit, tetapi tidak mengurangi keceriaan anak-anak bermain.

Kulihat semuanya duduk bersila dan mulai menyanyikan lagu dolanan, Padang Bulan, Gundul Pacul, Sluku-Sluku Bathok, Ilir-Ilir, Jaranan, dan tentu saja lagu kesukaanku yang judulnya Montor-Montor Cilik.

Montor montor cilik

Sing nunggang mbleneg

Lungguh lenggat-lenggut

Ngantuk siyat-siyut

Ana grobag mandheg

Amak gredeg

Grobage isi babi

Ambune ra pati wangi

..

Halaman 42

 

Tentu saja buat kita yang suka pada topik kuliner, alinea-alinea tentang makanan seperti ini akan serta merta menarik perhatian.

Aku duduk di samping Yung dengan mulut ikut komat-kamit. Tetapi mataku sibuk tertuju pada aneka jajanan pasar di depanku. Pasti khusus didatangkan dari kota Parakan. Ini pemandangan yang jarang terlihat. Kue kancing yang atasnya diberi hiasan gula warna-warni. Biskuit dengan selai kacang. Brondong jagung dan brondong beras warna-warni. Wajik cokelat dengan harum pandan dan gula merah, yang terlihat legit dan berkilat-kilat. Jadah dari ketan yang tampak putih pulen. Kue ku yang berbentuk seperti mata kerbau yang di dalamnya berisi kacang hijau.

Halaman 48

 

Kehidupan Genduk tergambarkan dengan jelas. Kesederhanaannya, permainan masa kecilnya, yang juga saya mainkan dulu waktu kecil... sukses membuat saya bernostalgia. Dulu saya bermain masak-masakan seperti ini dengan sepupu saya, yang beberapa tahun lalu sudah berpulang lebih dulu ke Tuhan Yang Maha Esa. Adegan ini membuat saya rindu padanya.

Saat masa punggel itu, aku juga membantu Yung. Dengan tenggok kecil, aku memasukkan bunga-bunga tembakau yang sudah kupetik ke dalamnya. Di rumah, aku main pasar-pasaran dengan Jirah dan Sumiati. Bunga-bunga itu kupotong-potong menjadi semacam sayuran. Jirah mengambil semacam mi-mian yang tumbuh subur di pohon perdu depan rumahnya sementara Sumiati mengambil pelepah daun pisang yang ada di kebun miliknya. Pelepah itu dibelah dan dipotong-potong,. Seolah-olah menjadi tahu dan tempe. Kalau ada jantung pisang, kami akan membelahnya dan menemukan bunga pisang kecil-kecil. Bunga itu kadang kami bentuk menjadi bebek-bebekkan.

Kalau semua ‘jualan’ sudah siap, kami kumpulkan anak-anak kecil. Mereka berbaris rapi membawa segepok uang di tangan. Tentunya bukan uang betulan. ...

Halaman 70

 

Konflik yang sudah sering diangkat di buku-buku lain, bahkan film-film lokal kita, yakni soal tercekiknya warga akibat rentenir. Prihatin.

“Tahun lalu sudah nglimolasi. Sekarang apa iya harus ngewolulasi?” Suara Yung terdengar bergetar.

Nglimolasi itu lima belasan, istilah utang pada rentenir. Kalau utang seribu perak, dalam tempo tiga bulan, harus kembali seribu lima ratus. Kalau ngewolusasi artinya depalan belasan. Utang seribu harus dibayar seribu delapan ratus.

Aku menghela napas.Pantas rentenir itu kaya raya. Sementara petani gurem seperti Yung harus kerja keras sungsang sumbal.

Halaman 72

 

Pesan cerita yang ada di dalam novel ini membuat saya merenungkan banyak hal tentang kehidupan.

“Kajine, seandainya hidup ini memang cuma mampir minum, mengapa ada orang yang diberikan hidup senang. Tetapi ada juga yang susah melarat,” tanyaku.

“Genduk, dunia ini tempat sementara. Maka, kesenangan yang diberikan sama Gusti Allah ya hanya sementara. Demikian juga kesusahan, juga sementara. Kanjeng Nabi Muhammad bersabda bahwa mereka yang selalu sabar, syukur, dan selalu menjaga salatnya, akan selamat dunia akhirat. Jadi, buat apa hidup senang jika melalaikan perintah Allah karena akhirat itu kampung yang sejatinya,” jawabnya.

Aku menghela napas panjang.

“Jangan kira di dunia bergelimpangan harta itu nantinya senang. Semua hartanya nanti akan ditanyakan di hari perhitungan. Jadi, enak seperti kita ini, pertanyaan dari malaikat akan sedikit karena memang tidak banyak harta yang harus kita pertanggungjawabkan,” kata Kaji Bawon lagi masih dengan terkekeh. Dia tahu aku sedang bersedih dan berusaha menghiburku.

Aku pun ikut tersenyum. Aku tidak bisa membayangkan kelak Darman akan ditanyai oleh malaikat soal kulkasnya yang dijadikan lemari, Lurah Cokro ditanya soal hektaran sawahnya. Yung dan aku mungkin hanya akan ditanya soal gubug kami yang sering bocor, juga perabot sederhana di dalamnya

Halaman 154

 

Siapa Sundari Mardjuki

Sundari Mardjuki adalah seorang penulis Indonesia yang tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia. Ia lahir di Temanggung, Jawa Tengah pada bulan Desember 1975. Ia pindah ke Depok, Jawa Barat pada tahun 1994 untuk melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Dia menemukan minatnya dalam menulis sejak dia di sekolah menengah, di mana dia menulis cerita pendek tetapi menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Dia pernah bekerja sebagai Senior Marcomm Manager di Sony Music Entertainment Indonesia, di mana dia bekerja erat dengan banyak artis Indonesia populer seperti Isyana Sarasvati, Fatin Shidqia, Judika, GAC, TheOvertunes, dan lain-lain.

Selama tinggal di Belanda, ia belajar menulis di Amsterdam Writing Workshop dari 2010 - 2011.

 

Rekomendasi

Novel ini saya rekomendasikan kepada para pembaca yang menyukai fiksi berlatar lokal Indonesia, dengan suasana yang lekat dengan budaya tradisional dan konflik masyarakat marginal. Alurnya sedang-cepat, dengan pov orang pertama. Ini adalah sebuah kisah yang menyentuh hati dan emosi, sedih dan duka. Narasinya mengalir, dengan gaya bahasa yang terkadang puitis, kadang pula kocak. Ending cerita tertutup dan bahagia. Genduk adalah buku yang membawa pesan tentang kehidupan, tentang arti perjuangan, tentang harapan, dan cinta kasih.

 

 

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

Review Buku Earthlings - Sayaka Murata

14-02-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29   Judul...

Read more

TERBARU - STORIES OF PLACES

Tomoro Coffee (a Story)

11-09-2024 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Bandung sudah mulai masuk musim penghujan, setidaknya begitulah kelihatannya, karena dua hari ini hujan turun menjelang sore atau malam hari. Cuaca juga cenderung mendung dan syahdu. Cocok untuk ngopi di...

Read more

Woodyland Eatery Bandung (a Story)

23-07-2024 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Tak terasa Juli 2024 tiba. Saya masih ingat begitu susahnya mengatur jadwal untuk sekadar ngopi di cafe atau resto bersama teman. Agenda yang satu ini memang salah satu yang paling...

Read more

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - SELF EDUCATION

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more