Review Buku Puisi Koma Tanpa Titik - Elvira
Judul : Koma Tanpa Titik
Penulis : Elvira
Jenis Buku : Puisi
Penerbit : One Peach Media
Tahun Terbit : 2021
Jumlah Halaman : 86 halaman
Dimensi Buku : 14.5 x 18 cm
Harga : Rp. 72.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9786236516942
Hardcover
Buku ini bisa didapatkan di Tokopedia One Peach Media
Sekelumit Tentang Isi
Kali ini tanpa quote, semua puisi di dalamnya beraroma manis dan dreamy tapi tetap berpijak pada kenyataan. Kadar cintanya juga pas untuk menerbitkan sebuah harapan di hati bahwa masih ada cinta sederhana di tengah pahitnya lautan kehidupan. Terus ada satu keunikan lainnya, 'Koma Tanpa Titik' adalah buku pertama yang dihiasi kolase fotografi dan ilustrasi.
Mari kita intip daftar isinya:
Aku --
Ketika Aku Bercerita Aku
Stoples Harapan
Sebuah Lelap yang Tersekap
Journal Book
Yang Tak Kautahu
Pencuri Itu Aku
Merayu Restu
Naluri Imigran
Kelam Kabut di Atas Ciremai
Refleksi Cermin Datar
Kamu --
Pertamaku
Kamu yang Aku Tahu
Rinduku di Sungai Pinang
Menuju Pulau Dewa Laut
If Not You
Bintangku Itu Kamu
Jantung Hati
Jejak Radio Kayu
Segara Air Mata
Kamu, Angin yang Menggerakkan
Jarak --
Perkara Menanti
Rekayasa Jarak
Secangkir Teh Osmanthus
Dua yang Terikat
Sebuah Keinginan Membersamaimu
Cintaku Itu Ilalang Liar
Membilang yang Tak Terbilang
A Pair of Wooden Watches
Tertahan Gamang
Lautan Rasa
Berikan Seutuhnya!
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Dari gambarnya jelas ini temanya cinta ya. Soalnya ada gambar ilustrasi sepasang kekasih, no doubt. Tapi yang bikin saya suka dengan disain ini sebenarnya adalah pilihan warnanya. Kesannya kalem, adem, tenang, damai,... dan bukankah cinta harusnya begitu (?)
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Apa itu puisi?
Sejenak saya merenung. Di blog ini, saya sudah mereview beberapa buku puisi, ada yang dari Lang Leav, Amanda Lovelace, Rupi Kaur, bahkan Margareth Atwood. Saya juga penulis puisi amatiran dan punya acara IGLive bersama sahabat saya untuk meng-hore-kan puisi bertajuk Ngobrol Puisi bareng Ayu dan Dipi. Tapi balik lagi ke pertanyaan awal, apa itu puisi (?)
Mari cek wikipedia ya.
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan pemaknaan khusus. Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya. Perkembangan dan perubahan bentuk dan isi pada puisi selalu mengikuti perkembangan selera, perubahan konsep estetika dan kemajuan intelektual manusia. Puisi mampu membuat ekpresi dari pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi dilakukan dengan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menarik. Isi di dalam puisi merupakan catatan dan perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.
Dalam penafsiran saya, puisi memang selalu berkaitan dengan urusan estetika. Kita berbicara 'rasa' begitu ketemu dengan sebuah puisi. Dan sejauh ini sepertinya banyak orang sepakat bahwa pemaknaan sebuah puisi bisa berbeda-beda, interpretasi diserahkan kepada masing-masing orang. Maka sejatinya tidak ada puisi yang jelek, semua bagus begitu ketemu dengan pembaca yang menyukainya. Seperti mostly apa yang ada di kehidupan kita, puisi juga 'relatif' dan ga 'mutlak'.
Perkenalan saya dengan buku puisi Koma Tanpa Titik terjadi di bulan September 2021, diawali sebuah direct message manis dari mba Elvira yang membincangkan buku terbarunya. Tak lama kemudian kami membuat janji untuk acara ngobrol santai seputar buku tersebut di instagram live saya @dipidiffofficial bersama mba Elvira dan Fernando dari One Peach Media Publishing. Sebuah acara yang hangat dan menyenangkan itu kemudian berlanjut ke project-project lain seputar buku. I am so grateful.
Paket buku kemudian datang, dan di luar ekspektasi saya ternyata isinya bukan cuma buku. Ternyata One Peach Media memang membundling bukunya dengan beragam merch yang cantik-cantik, ada postcard, gantungan kunci, bag paper yang estetik, dan lain-lain *kalian bisa liat paketnya di tokopedia One Peach Media.
Berikut penampakan 2 postcard buku ini. Bisa dibaca kalo puisinya memang gombal banget ya hahaha. Jenis jenis puisi yang bikin ketawa karena retjeh tak terkira :D, tapi kalo dibawakan dengan tepat yang retjeh justru berkesan.
Aroma dirimulah yang
mengalir dari jantungku
hingga terikat erat di setiap
kapiler nadiku.
Sayangku, kau hidup di
dalam arus pembuluh
darahku dan aku anemia
tanpa adanya dirimu.
Picture: Foto poscards
Selesai memperhatikan merchandise postcard, perhatian saya beralih ke bagian belakang buku yang ternyata ada puisi juga di sana. Puisi ini, menilik dari adanya kata koma dan dan titik, bisa dipastikan inilah salah satu puisi yang menyuarakan inti isi bukunya. Saya kutipkan di bawah ini puisinya untuk teman-teman baca ya.
Aku tahu, kau benci diperdaya,
tapi aku suka memperalat hatimu
Maafkan aku yang acap kali
mencuri warna matamu,
demi memintal keluwung di atas cerita
Aku tahu, kau tak sudi tertipu
Tapi lagi dan lagi kugunakan cintamu
demi koma yang kupetik dari
suara pilu milikmu
Sayangku,
janganlah kau menjemu dahulu
hingga hati mengunci kegilaan
Aku tak akan pernah membubuhkan titik
untuk larik-larik yang tak pernah usai
Biarkan saja aku memperdaya cintamu,
berulang-ulang hingga puisiku utuh
Saya sebut salah satu puisi, karena memang setelah membuka halaman awal buku ini, kita akan bertemu dengan sebuah prosa pendek, yang ketika dibaca, seolah berkesinambungan dengan puisi yang ada di bagian belakang buku. Saya suka sekali dengan diksi prosa Kenapa Koma Tanpa Titik? yang sederhana tapi dalam. Sebuah untaian kata yang bermakna.
Kenapa Koma Tanpa Titik?
Karena setelah membubuhkan titik, dibutuhkan kalimat baru untuk memulai tulisan berikutnya. Bagaimana jika aku dan kamu tidak lagi menjadi bagian dari cerita selanjutnya? Atau mungkin juga tidak ada kalimat baru, titik dan habis. Jadi, aku tidak sampai hati memberi titik untuk setiap aksara yang terpahat, agar tidak akan pernah ada akhir untuk tiap kisah kita yang tertera. Cukup koma saja untuk memberi jeda.
Buku puisi ini tentu punya halaman-halaman gambar, dan spesialnya, yang kita temukan di sini adalah kolase fotografi dan ilustrasi. Ini memang sisi unik, pembeda Koma Tanpa Titik dengan buku puisi lainnya. Foto-fotonya diambil oleh Elvira sendiri, termasuk foto di puisi Rinduku di Sungai Pinang yang memang diambil di Sungai Pinang sana. Niat bener ya :D
Picture: Kolase fotografi dan ilustrasi
Salah satu yang ditunggu dari buku puisi juga tentunya adalah unsur artistik layout tulisan. Di sini kita akan menemukan variasi layout dan permainan jenis huruf.
Picture: Layout tulisan dan permainan jenis huruf
Membaca bagian awal buku puisi ini mengingatkan saya sejenak pada buku puisi pujangga legendaris Khalil Gibran dengan buku The Prophet-nya. Di The Prophet, Gibran membingkai prosa-prosanya dengan prolog dan epilog berbentuk kisah. Di Koma Tanpa Titik saya juga menemukan bagian yang serupa. Tadinya saya sempat menduga tidak akan ada epilognya mengingat konsepnya yang 'koma tanpa titik' yang berarti tanpa ujung. Tapi ternyata epilognya ada di bagian akhir buku.
Kisah pada prolog menceritakan sepasang kekasih yang sedang menikmati waktu di cafe. Selagi mendengarkan musik cafe, mengembaralah pikiran ke sebuah pertanyaan tentang cinta yakni "memangnya cinta sederhana itu ada". Sebuah cerita yang simple dan manis menurut saya. Sangat sesuai untuk membingkai sebuah buku puisi tentang cinta yang puisi-puisinya dibagi ke dalam tiga bagian, Aku - Kamu- Jarak.
Prolog
Suara manis dari vokalis salah satu band indie asal Bandung mengisi ruang hening seluruh coffee shop yang hanya terisi beberapa meja. Lirik lagu Simple I Love You terpantul berulang-ulang di dalam kepala padahal suara sang penyanyi telah usai. Sigh! Emangnya cinta sederhana itu apa sih, kesahku dalam hati.
Banyak yang bersuara, katanya cinta itu sesederhana kita mampu memahami pasangan. Namun, sayangnya banyak hati yang melupa kalau dirinya sendiri butuh dipahami. Ada lagi yang bilang, cinta itu sesederhana kita memberikan telinga untuk mendengarkan. Namun, bukankah adakalanya perasaan diri sendiri itu butuh didengarkan? Banyak juga yang berpendapat kalau kesederhanaan cinta diukur dari rasa ikhlas. Seberapa besarkah? Kok rumit, ya? Jadi, apa cinta sesederhana itu ada?
"Kok diam?" tanyamu.
Aku kaget, kutatap dirimu seakan-akan baru menyadari bahwa ada dua orang yang duduk dalam satu meja. Sambil memasukkan sedikit lagi gula dari kemasan ke cangkir kopi, aku balik bertanya dengan nada suara memaksa, "Sebenarnya ada gak, sih, cinta yang sederhana?"
Dari seberang meja, kamu menatapku dalam. "Cinta itu sederhana, yang rumit itu menemukannya," jawabku diimbuhi sebuah senyuman misterius. "Dengan orang yang tepat, kerumitan kehidupan bisa disederhanakan."
Dalam diam, tak putus mataku memandang dirinya seolah-olah aku baru menemukan dirimu untuk pertama kalinya. Entah kenapa, seiring habisnya isi cangkir, kurasa sekarang aku tahu apa itu cinta yang sederhana.
Halaman viii
Sebelum masuk ke Bagian Aku, ada sebuah puisi pendek yang bertopikkan rumah serta pulang. Selama ini dalam banyak puisi bahkan buku-buku pengembangan diri, rumah yang saya tau mengacu pada seseorang atau beberapa orang yang bikin kita bahagia, dan perjalanan ke rumah adalah pulang. Tapi di tulisan Elvira, ternyata rumah dan pulang itu tidak sama. Dengan puisi ini saya jadi asyik menginterpretasikan maknanya, menebak arahnya, selagi menikmati prosanya.
Baru kusadari ...
'rumah' dan 'pulang' itu tidaklah sama
Di mana ragaku berada,
itulah 'rumah'
Ke mana hatiku kembali,
itulah 'pulang'
Secara singkat saya gambarkan bahwa buku ini tentang sepasang kekasih yang punya hubungan jarak jauh. Di bagian Aku, puisi-puisinya mengangkat tema sudut pandang Aku dan perasaan cinta yang dirasa, di bagian Kamu ada puisi-puisi yang topiknya berpusat di orang yang dikasihi, dan di bagian Jarak ada puisi-puisi yang menyuarakan kerinduan, tentang harapan, dan tentu saja tentang jarak yang memisahkan.
Berikut saya kutipkan puisi di tiap bagian yang paling saya sukai.
Part Aku
Yang Tak Kautahu
Aku tahu,
bahuku tidaklah lebar
tapi seluruh bagiannya
kusediakan untuk
menampung air matamu
Aku tahu juga,
lenganku sangatlah kecil
tapi seluruh genggamannya
hanya cukup untuk
jemarimu
Dan aku tahu,
ke mana pun kaki
melangkah,
selalu ada
henti untukmu
Part Kamu
Kamu yang Aku Tahu
Kamu bukanlah isi dari hatiku
Aku tahu,
di dalam raga ini, tak ada sepotong hati jika
bukan kau di dalamnya
Kamu bukanlah apa yang tertanam di mataku
Tanpamu,
tak ada biru, hitam, hijau
Kau adalah warna dunia yang kulihat
Kamu bukanlah separuh aku.
Kau adalah apa yang ada di dalam aku
Kunang-kunang hatiku,
dengarkan sayap jiwaku berkilau kusyu
Selama kau ada,
apa pun dalam hidupku memiliki arti tersendiri
Seandainya kau hilang,
napasku pun hilang makna
Part Jarak
Membilang yang Tak Terbilang
"Sudahkah kauhitung?" tanyamu
"Berapa lama lagi?"
"Aku tak bisa membilang," jawabku
"Berapa jauh lagi?" ulangmu
"Sayang," jawabku, "waktulah yang menambahkan rindu,
dan jarak yang mengurangi temu
Bukan angka"
Bagi saya pribadi, rangkaian puisi yang ditulis memang manis, beberapa saya masukkan ke dalam puisi favorit saya seperti puisi Yang Tak Kautahu. Dan sebagai penutup, sebuah puisi sederhana, hanya tiga baris panjangnya, ternyata masuk ke dalam deretan puisi Koma Tanpa Titik yang paling saya suka, coz that rings true.
Dengan orang yang tepat
kerumitan kehidupan
bisa disederhanakan.
Cinta yang saya pahami adalah cinta yang mendatangkan kedamaian, bukan yang berdrama menghabiskan energi, cinta yang saya impikan adalah cinta yang menyederhanakan kerumitan hidup yang sudah rumit ini.
Siapa Elvira
100 kata untuk mendefiniskan @CatatanSeorangEha . Perempuan. Libra. Mom of one teenage girl. Cat lover. Accounting. Fotografer suka-suka. Tim kreatif AWI (Amateur Writer Indonesia). Penyuka udara dingin. Pencinta langit abu-abu. Penggila puisi. Pemburu minuman hangat. Penimbun buku. Pecandu musik. Pencari keheningan. Penimbang. Hard to say no. Pernah amnesia. Anemia akut. Vegetarian. A lover not a fighter. Introvert. Adjustable. Beta woman. Moody, seringnya. Melankolik. Unpredictable. Nomaden. Pistanthrophobia. Setia kawan. Penghindar konflik. Penyuka diskusi yang tak bisa diatasi. Manis bersama orang yang tepat. Menggila secara berbahaya setelah disudutkan. 4 buku solo. 50 buku antologi. IG @CatatanSeorangEha ǀ @3lv_ra . FB Fanpage CatatanSeorangEha
Sumber: Elvira
Selama bertahun-tahun belakangan ini, kelas menulis secara daring bertumbuh lebih dari kata cepat. Dari sekian banyak kelas menulis yang sudah kuikuti, ada satu pernyataan dari seorang mentor yang tidak bisa aku lupakan. Dalam menulis, belajarlah menggali ide dari kata benda terlebih dahulu, jangan dimulai dari kata sifat. Kenapa? Karena kata sifat itu abstrak, susah didefinisikan, jadi pengembangan idenya suka kabur. Contohnya, kata 'cinta'. Bukankah sulit untuk mendefinisikan mengenai cinta itu sendiri?
Herannya, aku justru menyukai tema cinta dalam setiap tulisanku. Ehm... mungkin aku ini termasuk jenis murid nakal, ya. Buatku, sesuatu yang abstrak itu membuat jari lepas dalam mencanting frasa, kalimat, larik, hingga paragraf. Apa yang hari ini tangkap akan cinta kulepaskan lagi dalam aksara. Melalui menulis, aku, seorang perempuan Libra nan alay ini bebas mendeskirpsikan apa itu cinta. Bahkan keempat buku solo yang sudah selesai kutulis memiliki satu benang merah, cinta. Dimulai dari kumpulan puisi dengan quote Tentang Seseorang dan A Little Book About You, lalu novel Waktu Adanya Dirimu, hingga buku Koma Tanpa Titik ini.
Walaupun tajuk akan cinta benar-benar kusukai, sesekali ada juga tulisan tentang perempuan, motivasi, ataupun perihal anak dengan tujuan mencari sesuatu yang beda. Semua tulisan tersebut, tersebar dalam berbagai judul buku antologi yang dihasilkan dari proyek menulis buku antologi, event, juga lomba-lomba menulis. Mungkin di antara kalian, ada yang pernah menemukan tulisan milikku di antara buku-buku antologi berikut:
Motivator Terbaik adalah Dirimu Sendiri (Mer-C Publishing, 2017)
Penantian Berharga (OPM, 2018)
Menunda Tabir Rindu (JSI Press, 2017)
Welcome to Becoming Writer (Penerbit WR, 2018)
Yang Ingin Kulupakan (OPM, 2017)
Hadiah untuk Ibu (Penerbit Ernest Indonesia, 2017)
The Sense of Happiness (Raditeens 2017)
Secangkir Air Mata (Mandala Pratama Publishing, 2017)
Denting Cinta (Raditeens, 2018)
Gelembung Cinta (Raditeens, 2018)
Nada dalam Aksara (OPM, 2018)
Kampung Aksara Berdaya (PT Inspirator Juara Indonesia, 2018)
Never Give Up (Raditeens, 2018)
Menghitung Jarak (Mandala Pratama Publishing, 2018)
Telisik Nusantara (Penerbit Ernest Indonesia, 2018)
September Love (OPM, 2018)
Maya (Penerbit Medialiterasi, 2018)
Segores Aksara Sahabat (Penerbit Mandiri Jaya, 2018)
Sepenggal Kisah Perjalanan (OPM, 2018)
Thrilling Tuesday (Ellunar, 2018)
Mengeja Kamu (Mandala Pratama Publishing, 2018)
Teropong Waktu (Raditeens, 2018)
Ya Allah, Izinkan Kami Menjadi Birrul Walidain (Kaifa Publishing, 2018)
Terpatri (OPM, 2018)
Selaksa Harap (Raditeens, 2019)
My Strength (OPM, 2019)
La.Rau (Ellunar, 2019)
A Borrowed Memories (Ellunar, 2019)
Pelangi di Negeri Air (Penerbit Medialiterasi, 2019)
Yang Belum Usai (Raditeens, 2019)
Bukan Cerita Semusim (OPM, 2019)
Balonku, Keretamu, dan Kupu-kupunya (Ellunar, 2019)
Kubiarkan Kau Terus Bercerita (OPM, 2019)
Dian dan Bersuara (OPM, 2019)
Ini Cuma Mitos (Ellunar, 2019)
June's Page (Ellunar, 2019)
Perjalanan Hari (OPM, 2019)
Reborn (OPM, 2019)
Relief Biru Waktu (Ellunar, 2019)
5 Masa: 5 Makna (Ellunar, 2019)
Break the Wall (2020)
Hujan Tumpah pada Hatiku yang Gersang (OPM, 2020)
Memoar dan Memar (OPM, 2020)
Melukis Tulis (Ellunar 2020)
serta Lalu yang Bertamu (OPM, 2020)
Dari pertama kali kenal, dunia tulis-menulis selalu memberiku banyak cerita seru yang membuat dada berdebar deras. Dimulai dari aktif menjadi bagian tim kreatif AWI (Amateur Writer Indonesia), ambil bagian sebagai kontributor dalam media daring Bernas, Juara 1 Sayembara puisi tema 'Kamu' yang diadakan Mandala Pratama Publishing, juara III Lomba Menulis Puisi bersama 'Sajak Berbisik', terpilih sebagai 50 Penulis Terbaik Ellunar 2019 juga tulisan terbaik event menulis bersama Gerakan Menulis Perempuan, sampai menjadi kontributor 14 Hari Menulis Harapan bersama Bentang Pustaka. Ah, sebenarnya masih banyak kisah-kisah lainnya yang tak tertuliskan. Benar-benar sebuah dunia yang memberi warna lain untuk rutinitas hidupku yang hanya berputar di sekitar pekerjaan kantor dan membesarkan seorang teenage girl.
Akhir kata, buat yang ingin menyelami diriku lebih lanjut, bisa langsung silaturahmi melalui
Instagram @catatanseorangeha , @3lv_ra
Fanpage FB: CatatanSeorangEha
Sumber: Buku Koma Tanpa Titik
Rekomendasi
Buku puisi ini saya rekomendasikan kepada pembaca yang menyukai buku puisi bertopik cinta yang juga mengangkat topik jarak yang terbentang di antara kisah cinta. Puisi-puisinya manis dan 'unyu-unyu', dosis gombalannya cukup buat dipake malam mingguan bagi lajang maupun yang sudah berpasangan, dan part Jarak bisa juga dipake buat pengingat diri dan si dia bahwa dalam jarak ada harapan, ada kesetiaan, ada janji, dan ada cinta. Buku ini makin istimewa karena memiliki halaman-halaman kolase fotografi dan ilustrasi. Nuansa warna buku hijau, coklat, peach, yang memberikan kesan menenangkan, sesuai dengan temanya juga yang mempertanyakan tentang 'memangnya ada cinta yang sederhana', yang kemudian dijawab dalam prosa paling akhir di buku 'dengan orang yang tepat, kerumitan hidup bisa disederhanakan'.
Menulis buku yang baik menurut saya, beberapa di antaranya berkaitan dengan kerapihan konsep si buku tersebut, sejauh apa isi buku mampu menyampaikan pesan penulisnya, dan dalam prosesnya bisa stand out dengan keunikannya, dan buku Koma Tanpa Titik memenuhi ekspektasi itu.
----------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff
National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff
Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff
A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read more