Review Buku Sangkakala di Langit Andalusia - Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Published: Saturday, 27 August 2022
Written by Dipidiff

Judul : Sangkakala di Langit Andalusia
Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Jenis Buku : Fiksi Sejarah
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : 2022
Jumlah Halaman : 484 halaman
Dimensi Buku : 13.5 x 2.8 x 20.5 cm
Harga : Rp. 110.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 978-623-279-143-5
Softcover
Tersedia di toko-toko Republika Penerbit
Sekelumit Tentang Isi
Novel ini berkisah tentang masa dimana Islam di Andalusia ditaklukkan oleh Isabella dan Ferdinand. Peristiwa itu menyebabkan muslim terusir dari negerinya. Namun takdir tidak berhenti sampai di situ. Seorang pemuda yatim piatu penghafal Qur'an terakhir di Andalusia bernama Rammar Ibnu Baqar kelak berjuang di jalan Allah menegakkan tauhid di atas kedzaliman yang ada, pembuktian sebuah ramalan yang penuh misteri berikut teka-teki cincin dan kotak rahasia.
Perjalanan Hanum dan Rangga menelusuri jejak Rammar dimulai dari email yang dikirim seorang tak dikenal bernama Yaseen dari negeri Qordoba. Kisah mereka bersilang selimpat dengan perjuangan muslim Andalusia. Akankah kematian atau kebangkitan yang menanti di akhir cerita?
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada semua pembaca, terutama yang menyukai fiksi sejarah Islam, juga pembaca buku yang mencari bacaan yang menantang karena kompleksitas unsur-unsur cerita. Ada dua timeline cerita di buku ini yang sangat menarik untuk disimak. Timeline yang tidak kemudian tepat menyatu di satu titik, tapi tetap punya koneksi yang kuat. Sangkakala adalah sebuah buku yang ditulis dengan piawai dan indah. Story telling yang berkualitas, menyampaikan banyak pesan penting kehidupan dan keislaman.

Jauh pikiran saya bahwa buku ini bakal masuk kategori epik. Tapi saya 'mainnya' memang kurang jauh sih, atau pikiran saya waktu itu memang tidak terlalu dalam. Harusnya hanya dengan melihat sampul bukunya sudah bisa menebak hal tersebut. Seperti novel Aroma Karsa Dee Lestari atau Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Salim All Fillah, yang disebutkan terakhir lebih pas apple to apple-nya ya, bahwa Sangkakala di Langit Andalusia bakalan masuk kategori hisfic epik. Pilihan warna hitam merah menggambarkan suasana kemelut latar cerita, dan ilustrasi sosok siapakah itu? Mungkinkah Rammar Ibnu Baqar?
This Book Review Might Have Spoiler!
Tokoh dan Karakter
Boabdil: Abu, Abdi-llah Muhammad XII
Ratu Isabella
Raja Ferdinand
Columbus
Uskup Hernando de Talavera
Uskup Ximenes de Cisneros
Hanum
Rangga
Yaseen
Rammar
Miriam
Baqar
Fruela
Houda bin habibullah aka constancio
Wazir Al Mansoor
Sultan 'Al Fatih' Mehmet
Laksamana Kamal Reis
dll
Sesuai ekspektasi, tokoh ceritanya cukup banyak, tapi main character-nya akan dapat dengan mudah kita cermati. Istimewanya lagi, mba Hanum dan mas Rangga masuk ke dalam cerita dengan latar waktu masa kini. Sebuah konsep cerita yang menarik menurut saya.
Alur dan Latar
Cerita di novel ini beralur kombinasi, maju dan mundur dengan kecepatan sedang-cepat. Cerita ada di tahun 1400an, 1500an, dan masa kini, silih berganti. Kisah diceritakan dari sudut pandang gabungan. Pov 1 Hanum dan Rangga di masa kini, Pov 3 untuk alur cerita masa lalu Rammar Ibnu Baqar. Pergantian POVnya ditandai dengan nama Hanum atau Rangga. Permainan alur dan pov yang cantik ini mengingatkan saya pada skill menulis Claire Douglas yang novelnya baru-baru ini saya baca.
Baca juga "Review Buku The Couple at No 9 - Claire Douglas"
Kisah Sangkakala di Langit Andalusia ber-ending epic, so emotional dan ber-plot twist.
Latar cerita mengambil lokasi yang beragam, dari Gharnata di musim dingin 1492, Cordoba masa kini, Indonesia masa kini, Madina Az Zahra 1500, Istana Alhambra, Perbukitan Alpujarras, Curtuba El Arus, Valencia masa kini, Ishbiliya 1462, Gharnata 1500, Museum San Jorge masa kini, Konstatinopel 1460, Mezquita Katedral masa kini, Balearik 1500, Cartagena 1500, Granada masa kini, dll.
Jadi secara total, novel ini punya permainan alur, pov, dan latar.
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Pernah tidak teman-teman merasa ragu membaca sebuah kisah fiksi sejarah karena merasa tidak punya wawasan yang cukup terkait topik histori yang menjadi latar utama cerita? Saya pernah, termasuk novel yang satu ini. Tapi perasaan itu saya tepiskan dengan berbagai perspektif lain yang lebih positif, diantaranya bahwa dari sebuah fiksi sejarah akan terbuka kemungkinan terpantiknya rasa penasaran untuk mempelajari fakta yang sebenarnya, bahwa hisfic itu asyik karena bukan hanya wawasan dan pesan yang ditawarkan tapi juga hiburan. Favorit saya terutama kalau novelnya berhasil epic dan ber-plot twist.
Nama Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra tampaknya tidak perlu saya jelaskan lagi profilnya karena sudah sangat populer, sebut saja buku 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika, rasanya hampir tidak ada pembaca di Indonesia ini yang tidak tahu dua buku tersebut. Sangkakala di Langit Andalusia adalah karya terbaru mba Hanum dan mas Rangga, diterbitkan oleh Republika pada Juli 2022.
Kita akan menemukan peta di awal buku lalu meluncur masuk melalui bab Overture yang mengantarkan kita pada kisah utama. Ada 3 bab di buku ini dan tiap bab selalu diawali dengan overture. Yang saya pahami, overture dalam musik adalah lagu pembuka atau musik pengantar. Kalau menilik isi overture di buku ini, saya kira perannya sama. Overture yang pertama di buku ini berlatar Gharnata, Musim Dingin, 1492. Ada 3 bab plus epilog, plus jejak kronologis, referensi, dan terakhir ada biografi penulis.

Picture: halaman peta di buku
Saya teringat betapa saya butuh penyesuaian ketika awal membaca buku ini terkait diksinya. Gaya puitisnya saya suka. Masa adaptasi yang saya alami lebih disebabkan karena berbedanya buku ini dengan buku-buku lain yang saya baca akhir-akhir ini. Sedikit waswas karena saya menemukan diksi dengan kata berulang di halaman-halaman awal, membuat saya khawatir akankah ini terus terjadi hingga akhir novel. Akan kah saya kecewa (?). Untunglah itu hanya kesan awal yang "salah", karena saya nyatanya sangat menikmati bacaan, bahkan menjelang puncak cerita, buku ini rasanya lengket di tangan, enggan dilepaskan, dan saya lupa segalanya, tenggelam dalam kisah Rammar Ibnu Baqar.
Buat yang penasaran sepuitis apa diksi novel ini, saya kutipkan penggalan narasi di bawah ini.
Sekonyong, hatinya tumpas. Siapa pun yang memahat seolah menujumkan hari ini. Hari yang rapuh, seperti kayu cedar di ruang singgasana yang melepuh.
Ia melihat namanya tersemat di sebuah pintu besar. Abu Abdi-llah Muhammad XII atau Boabdil. Dicakarnya pahatan itu dan dirubuhkan. Lebih baik ia menghancurkannya sendiri. Toh cepat lambat akan ditanggalkan dan dibakar oleh ratu dan raja yang baru. Ratusan tahun Dinasti Nasrid bertakhta, ia tak menduga dadu kekalahan dipergilirkan untuknya.
Sama gontainya dengan sang majikan, para wazir dan abdi mengikuti ke mana pun pria terhormat itu melangkah. Belum pernah mereka melihat tuannya menitik air mata. Bahkan tak setetes pun saat menyaksikan kematian ayahnya, Sultan Muley Hacen. Sebab hari ini bukan kematian seseorang. Melainkan kematian peradaban.
Sekian lama musim dingin membawa angin berikut gelegar petir. Namun salju menahan diri. Mempersilakan hujan mengguyur Gharnata, kota ribuan pohon delima. Sebersit kemuraman menggelegak di antara rintik yang membasahi dinding Alhambra. Istana merah marun itu meluntur menjadi kecoklatan. Angin menggoyang beberapa delima masak di pohon. Hingga jatuh babak menghujam tanah yang keras
Halaman 4
Sangkakala di Langit Manusia memiliki dua timeline cerita. Sebuah ide yang menarik ya :). Timeline 1 ada di masa kini yakni kisah Hanum dan Rangga yang dikontak Yaseen via email, dari sana Hanum dan Rangga kemudian menapak tilas sejarah Rammar Ibnu Baqar dengan datang langsung ke sana. Dalam perjalanan ini ada muhasabah yang punya pesan mendalam tentang banyak hal. Sebagai pembaca saya merasa tercerahkan dan juga terpantik keingintahuan yang besar untuk memahami sejarah penaklukan Islam di Andalusia.
Di timeline 1 ini, Hanum dan Rangga berkunjung ke katedral-katedral yang dideskripsikan di dalam buku dengan detail. Saya langsung googling dengan kata kunci nama katedral yang disebutkan di buku.
Di Spanyol, banyak katedral dan gereja yang mencengangkan. Dari struktur, arsitektur, dan kemegahannya untuk bangunan yang berusia ratusan tahun. Seperti yang aku sebutkan, Katedral Valencia ini sama sekali tidak menimbulkan efek wow. Terlalu biasa dibandingkan bangunan Gaudi, Sagrada Familia di Barcelona, atau Notre Dame de Paris. Terlalu muda dibanding katedral Stephandoms di Wina. Terlalu pendek dibanding katedral legendaris II Duomo di Florence. Relik yang menyelubungi interior katedral Valencia tidak terhitung istimewa. Di kertas risetan Rangga pun, fragmen cerita bahwa katedral ini dahulu adalah masjid yang dibetot menjadi gereja oleh rezim
Ada hal menarik juga yang saya catat dari percakapan Hanum dengan pemandu wisata bernama Jimenez. Saat itu obrolan sedang bergulir ke tokoh sejarah Isabella dan Ferdinand, dua nama ini membuat Hanum merasa tidak nyaman. Lalu Jimenez berkomentar bahwa bagi muslim, dua tokoh itu memang zalim, tapi bagi Aragon, Kastillia, Navarro, Leon, dan Portugal, dialah pemersatu kerajaan Espana. Di titik ini Hanum tersadar bahwa dalam kacamata sejarah, serigala atau domba menjadi tidak jelas perbedaannya. Pernyataan Hanum ini menarik buat saya, dan saya juga setuju dengan hal tersebut. Kehidupan biasa saja punya banyak perspektif, apalagi yang ekstrim seperti Isabella dan Ferdinand, belum lagi kalo sejarah tokoh yang bersangkutan erat kaitannya dengan perpolitikan dan kekuasaan.
"Isabella dan Ferdinand," celetuk Jimenez tiba-tiba. Dua nama yang langsung membuat dahiku mengerut, mimikku membatu. Jimenez menelaah air mukaku.
"Sepertinya Anda kurang menikmati keindahan interior katedral. Orang-orang yang berkunjung ke sini menikmati kejayaan Isabella dan Ferdinad sekian ratus tahun lalu. Maklum, katedral ini bekas masjid," terang Jimenez sesuai dugaanku tentang asal-usul katedral ini.
Siapa yang tak kenal Isabella dan Ferdinand? Pasangan suami istri yang sejak aku mendengarnya dalam pelajaran di SD, dicanangkan oleh guru-guru sebagai pasangan raja dan ratu jahat.
"Dia memang zalim bagi muslim. Tapi bagi Aragon, Kastillia, Navarro, Leon, dan Portugal, dialah pemersatu kerajaan Espana. Negara ini."
Aku termenung agak lama. Dalam kacamata sejarah, serigala atau domba menjadi tidak jelas perbedaannya.
Halaman 92
Dalam dialog Hanum juga ada hal-hal sederhana tapi menarik seperti kesalahpahaman bahwa Muslim bukannya tidak percaya pada Yesus, yang benar itu Muslim mengimaninya sebagai Rasul dan utusan Tuhan, tapi bukan Tuhan.
Pernah dengar Holy Grail, cawan suci Yesus? Buku terakhir yang saya baca baru-baru ini yang juga menyebutkan cawan suci adalah buku Chivalry Neil Gaiman. Di Sangkakala Di Langit Andalusia disebutkan bahwa Holy Grail yang termahsyur itu terbuat dari pualam berwarna merah berkilau seperti akik bermotif agate, bergagang untaian emerald dan ruby yang menempel dengan anggun. Penggambaran ini mengingatkan saya pada ilustrasi di buku Chivalry Neil Gaiman, dimana cawan sucinya berbentuk biasa persis yang awalya dibayangkan oleh Hanum sebagai sebuah cawan yang berbahan perunggu yang sudah kusam karena tergerus waktu lebih dari 2000 tahun lamanya. So, jadi penasaran kan ya kebenarannya yang mana :D
Selama menerima telepon Rangga, aku tidak sadar melangkahkan kakiku masuk kapel di salah satu sudut katedral. Kapel yang tidak terlalu istimewa, karena lentera dipadamkan. Kecuali satu, yang menjadi magnet utama altar kapel itu: sebuah cawan.
Cawan yang digambar pelukis Leonardo Da Vinci dalam The Last Supper. Yang dikejar-kejar Indiana Jones. Disebut-sebut Dan Brown dalam The Da Vinci Code. Cawan yang konon digunakan untuk menadahi tetesan darah orang yang disalib dan terlukis dalam The Crucifixion. Terlalu banyak buku, novel, dan film yang memotret cerita relik misterius ini. Barang yang terlindung sebuah kaca antipeluru ini jelas bukan barang sembarangan bagi penganut Kristiani.
Cawan Yesus. The Holy Grail yang termasyhur itu.
Tadinya aku membayangkan, cawan suci itu terbuat dari kayu sederhana. Atau setidaknya berbahan perunggu yang sudah kusam karena tergerus waktu lebih dari 2000 tahun lamanya. Tapi cawan di depan mata ini jauh dari kesan sederhana, terbuat dari pualam berwarna merah berkilau seperti akik bermotif agate, bergagang untaian emerald dan ruby yang menempel dengan anggun.
"Ini asli?"
Jimenez hanya tersenyum melihat wajahku yang tak habis pikir. Senyumnya mengingatkanku pada senyum legendaris penguasa Indonesia 32 tahun.
"Kenapa, terlampau mewah, ya?"
Halaman 95
Di Timeline 1 kisah Hamun dan Rangga juga ada simbol-simbol yang ditampilkan. Jadi ingat profesor Langdon, tokoh fiksi ahli simbol-simbol dalam buku Dan Brown yang terkenal itu. Ada yang paham simbol apa ini? Saya kutipkan di bawah ini,
Kulihat sekeliling, Cawan ini persis di jantung katedral meski berada di sudut yang tak menarik bagi peziarah. Butiran emasnya sejenak mengerlip dan membuat mataku menoleh balik padanya. Namun lagi-lagi rentetan batu mulai yang megnelilingi cawan menjadi tidak berharga dibandingkan dengan goresan ini.
"Apa arti tulisan itu, Senor Jimenez? " Suaraku memecah keheningan kapel.
Halaman 96
Selain itu ada kalimat 'misterius' juga, sebuah tulisan di bawah nisan. Ada yang tahu apa artinya?
Mahometice secte prostratores et heretice pervicacie extinctores.
Ada pula tentang palindrome.
"Palindrome?" celetuk Hanum
"Pake 'e" di belakang. Palindrome adalah keajaiban bahasa di mana terjadi simetrisme dalam kalimat. Dibaca dari depan dan belakang akan berbunyi sama, karena hurufnya yang simetris dengan penengah maupun tidak.
..
"Dikatakan sebagai salah satu keajaiban linguistik Al Qur'an. Palindrome pertama kali ditulis 1500 tahun lalu lewat firman Allah pada Muhammad SAW. Bahasa lain baru mengembangkan palindrome baru-baru ini. Tapi biasanya nggak bermakna. Seperti racecar, was it a car or a cat I saw, don't nod, dan lain sebagainya. Eh, bahasa Indonesia juga ada sih. Kasur ini rusak, harum semar kayak rames murah, lucu, kan?"
Di sini diceritakan juga tentang sejarah kekalahan Islam lewat sebuah festival bernama Festival Moros I Cristians. Di dalam adegan, Hanum sangat penasaran dengan festival ini, dan ternyata dia sangat marah begitu tahu seperti apa Festival Moros I Cristian yang diadakan di Porta de Cartagena. Setelah saya googling, penjelasan terkait festival ini bisa diakses salah satunya di situs wikipedia.
Selamat datang di Porta de Cartagena
Baru saja aku membaca plang besar bertuliskan nama lokasi festival itu, suara tembakan mendesing keras. Petasan melenting ke udara dan memercikkan cahaya warna-warni di bawah mega. Bagaikan perayaan pergantian tahun di tempat-tempat seluruh dunia. Lautan nun jauh disesaki dengan kapal perang kayu, galleon berbagai ukuran. Tiupan terompet memekakkan telinga. Di atas galleon, para bajak laut mengibarkan bendera warna merah bergambar bulan sabit. Di daratan, orang-orang berbaju perang dengan salib menembakkan meriam. Lalu suara dentuman menggelegar.
Semua orang terlihat riang. Tak ada yang terluka. Tak ada darah yang mengucur. Suara tawa meggelegak di sana-sini. Setiap bajak laut tertembak mesiu, semua tertawa berteriak hore. Para bajak lalu kemudian hidup kembali, dan mati berkali-kali di tengah lautan. Bajak laut itu digambarkan konyol dan tolol. Kostum bajak laut itu - semua orang berakalpun sadar menggambarkan kostum dari latar belakang mana-dianekai dengan tulisan Arab yang tak berbentuk. Semua turis yang berdatangan mengabadikan lewat foto dan video. Mereka tertawa sama girangnya. Udara cukup sejuk, tak mempan meredam suasana hatiku yang mulai mendidih. Aku melirik Jimenez. Ini rupanya 'hawa' festival yang sangat panas yang dia maksud.
...
Benarkah Islam digambarkan begitu konyol di festival Moros I Cristians? Lewat para bajak laut yang digambarkan kejam, wajah berlumuran cat hitam membawa pedang besar-besar, sembari membawa kibaran bendera bulan sabit? Mereka tamak, kasar, dan ganas. Menyerang dengan garang orang-orang di daratan. Dan ketika para bajak laut ini berhasil dikalahkan, semua orang bersorak dan bertepuk tangan.
"Tidak hanya di sini," celetuk Jimenez.
"Eh?"
"Festival ini. Diperingati di penjuru Spanyol pada tanggal yang berbeda-beda," tukas Jimenez lesu.
Halaman 155-156
Kira-kira teman-teman merasakan hal yang sama seperti Hanum kah setelah tahu tentang Festival ini?
Satu perspektif tentang sejarah saya rasa "nampar" sekali. Bahwa kita, muslim yang hidup di jaman sekarang, seharusnya tidak malas mempelajari histori. Jangan sampai kita tidak tahu apa-apa, dan tidak punya pegangan, karena sejarah adalah sebuah narasi yang dibuat oleh mereka yang menang. Sebagai muslim kita harus tahu Islam di Andalusia itu seperti apa, juga di tempat-tempat lainnya. Aduh tertohok sekali rasanya.
Sudah tidak adakah peninggalan Islam yang patut dirayakan di Andalusia? Kenangan indah telah disirnakan pelaku sejarah. Bukan karena apa-apa. Tapi semua karena takdir Allah agar muslim belajar mengapa semua harus terjadi.
Aku urungkan menyesali telah menempuh perjalanan sejauh ini bersama seorang guide bernama Jimenez. Aku melewati perjalanan 2 jam ini untuk menyaksikan bahwa Islam pernah melentikkan jari-jari manisnya di sini.
Harga yang begitu mahal untuk sebuah pemahaman. Pemahaman yang dalam tak serta-merta hadir. Membutuhkan proses yang menekuk ruang, melibas waktu, menguras energi, dan meluka rasa. Semuanya merangkum monumen berjuluk sejarah.
Sejarah. Sekali lagi adalah sebuah narasi yang dibuat oleh mereka yang menang. Yang kalah? Alih-alih melawannya. Mereka malas mempelajarinya. Celaka tiga belas. Sebagian besar berakhir menghamba pada pemenang, bagaikan daun kering yang tertiup angin ke mana pun pergi. Hanya sebagian kecil yang tegap berdiri, berteriak lantang dan menatap lapang.
Halaman 158
Di Timeline 1 ada penjelasan Istana Alcazar yang detail dan menarik. Rasanya saya dibawa ikut berkunjung ke sana. Sarat informasi tapi juga tidak terasa dipaksakan.
Dengan bermodal guide elektrik alias panduan dari headphone yang kami sewa dari layanan wisata Alcazar, komunikasi kami kali ini searah. Aku hanya bisa mendengarkan informasi satu demi satu tentang Alcazar - atau Al Qasr yang artinya benteng - tanpa bisa bertanya lebih jauh apalagi mendebat. Cukup dengan memencet nomor yang tertera di keterangan gawai, mengalirlah suara wanita dalam berbagai bahasa. Mungkin Rangga lebih damai melihat keadaanku sekarang. Jauh lebih anteng ditemani pemandu digital dibanding guide sewaan seperti Jimenez kemarin.
Kami memasuki sebuah patio dalam kompleks istana dengan taman dan pilar-pilar gading yang asri. Pilar dengan mosaik dan ukiran yang njelimet. Mengingatkanku pada ukiran kayu Jepara, namun ini berbentuk simetris sempurna. Kutekan nomor dalam gawai bertuliskan Patio De Las Doncellas.
"Lihatlah ke kanan dan kiri Anda. mosaik dinding berwujud pola-pola tak beraturan namun ternyata simetris dari semua sisi. Tiada ketimpangan, Tak ada kecondongan, Inilah dualisme yang seimbang. Sebagaimana Almohad sangat menjunjung keseimbangan dan kesimetrisan. Kesempurnaan dalam meletakkan rasa adil. Keseimbangan dan kesetaraan berpasang-pasangan yang diagung-agungkan oleh keturuan Almohad."
...
"Almohad sendiri berarti orang-orang yang bersatu di bawah keesaan Tuhan. Persis di atas kepala Anda ada kubah. Jika Anda pandang terus menerus, maka kubah seakan berputar. dan ketika anda ikut bergerak, putarannya akan semakin cepat. Itu semua adalah trik yang dilakukan oleh para arsitek Almohad yang mempelajari filosofi keseimbangan kosmos. Melihat ornamen di atas kubah itu anda akan menyaksikan kekacauan atau 'chaos', sekaligus keteraturan atau 'order' bersamaan di depan mata. sekilas anda akan melihat pola yang tidak beraturan, namun tak lama kemudian anda akan menyadari bahwa pola itu simetris dari semua sisi. Demikian juga filosofi kehidupan menurut Almohad, seakan acak dan tak terduga, namun sebenarnya telah diatur dengan sempurna. Arsitektur simetrikal ini mengilustrasi semua sifat berpasang-pasangan dalam semua aspek kehidupan. Besar dan kecil. Tua dan muda. Kaya dan miskin. Sehat dan sakit. Hidup dan mati. Ada dan tiada.:
Mataku dimanjakan oleh ornamen kubah yang membuat tubuhku sendiri tak sadar ikut berputar mengikuti polanya yang misterius. Goodness. Kubah dengan mosaik berwarna-warni simetris itu bergerak!.
Halaman 195
Dari deskripsi bangunan-bangunan yang ada, juga tersirat pesan yang kuat tentang keislaman, salah satunya tentang iman tidak akan sempurna jika tidak didasarkan pada akal. Akal menjadi sumber keyakinan utama beriman pada Tuhan. Kebenaran ini tercermin dalam struktur geometris yang menghiasi sudut Alhambra.
Struktur geometris yang menghiasi sudut Alhambra memantik pemikiran. Pola geometrisnya tampak tak teratur tetapi jelas diukir sepenuh hati. Geometri lebih dikenal sebagai ekspresi matematika dan intelektualitas, namun bagi seniman Alhambra, geometri justru dimainkan sebagai ornamen artistik yang ritmik. Bentuk dasar geometris, persegi, segitiga, segi empat, dan seterusnya sampai lingkaran, berpadu dalam sulur ayat Qur'an di setiap ruang Alhambra. Ulir yang bergerak dinamis tak berujung, tak berbatas, tak akan habis, infinite. Demikian sultan memahami simbol keabadian. Ketuhanan.
Seniman dan ahli matematika bagai dua kutub profesi yang sulit dipertemukan di era modern seperti sekarang. Tapi di era kesultanan Islam, kedua kutub itu melebur jadi paket yang tak terpisahkan. Sama halnya, masjid yang selalu bersebelahan dengan madrasah, kebenaran ilahiyah dan ilmiah harus berjalan beriringan.
Iman dan akal, ibarat saudara yang saling mengasihi, tidak mungkin dipertentangkan. Al Qur'an bukan hanya berbicara pada manusia melalui perasaan, namun juga akal. Melalui akal, seseorang bisa menemukan jalan memperoleh iman. Akal adalah karunia Allah untuk manusia agar berbeda dari makhluk lain, menjadi bahan dasar membuatnya mulia. Senjata untuk membedakan benar dan salah.
Iman tidak akan sempurna jika tidak didasarkan akal. Demikian, akal menjadi sumber keyakinan utama beriman pada Tuhan. Kebenaran simetris yang saling melengkapi.
Lewat unggahan arsitektur di Alhambra, para sultan mengatakan bahwa akal adalah tulang punggung peradaban, iman menjadi energi primer penggeraknya.
..
Kebanyakan bangunan bersejarah di Eropa mengandalkan struktur masif dan balutan kemewahan. Bangunan Alhambra justru punya cara berbeda memikat pengunjung. Terlihat sederhana dari luar, menawan dari dalam. Arsitektur Islam di Alhambra punya ciri khas yang mengombinasikan keindahan sekaligus kecerdasan.
Keindahan atau kecantikan dalam arsitektur Islam bukan hanya memiliki komponen lahir, tapi juga batin, yang memercikkan imajinasi luas tanpa batas, sekaligus kontemplasi mendalam. Menuntuk kepada Tuhan sebagai bentuk keindahan transenden yang paling sempurna
...
Halaman 443
Bagian penjelasan makam raja dan Columbus jadi catatan penting, karena bukan wawasan saja yang bisa kita dapatkan tapi juga renungannya.
Keluar dari Alcazar, kami memasuki sebuah patio yang kali ini ditanami pohon jeruk berjajar indah, beberapa di antaranya sudah berbuah dan jatuh karena masak pohon. Aku membayangkan sejuknya suasana masa lalu di pelataran masjid ini, masjid Almohad yang kini sudah berubah namanya menjadi Katedral Santa Maria. Dan, menara Giralda yang perkasa di depanku seakan mengukuhkan identitasnya. Bukan lagi kumandang adzan yang menjadi ruhnya, melainkan lonceng gereja.
Kami segera beranjak meninggalkan patio, Hanum menguntitku dengan sedikit jarak. Ia mengupas jeruk yang berjatuhan sambil mengernyitkan dahi setiap potongan jeruk masuk ke mulut. Konon, jeruk di situ memang super masam sebagai penyembuh penyakit flu yang datang musiman. Sebuah pilar tinggi berukir dengan ornamen kaca mosaik warna-warni dan altar dengan aksen emas menyambut. Bangunan yang dari luar terlihat kuno namun di dalamnya menyimpan kemewahan yang membuat siapa pun yang melongok, takjub.
Jika di Katedral Valencia ada cawan suci Yesus, Katedral Santa Maria menyimpan banyak relik mewah, disimpan di etalase kaca sepanjang dinding katedral. Ada yang berbentuk mahkota, salib, patung Bunda Maria, bahkan patung cetak kematian para santo yang bersepuh emas. katedral ini lebih terlihat seperti galeri museum harta kerajaan dibanding sebuah gereja.
Gereja boleh jadi adalah bangunan paling penting di abad pertengahan Eropa. Gereja Katolik di Eropa sengaja dibuat tinggi menjulang, badan dalamnya bersepuh dan bertabur aksen logam mulia, membuat siapa pun silau menyaksikan 'kekuasaan' Tuhan. Cara yang efektif untuk memperkenalkan agama bagi manusia Eropa masa itu. Bahkan para imamat di dalamnya berlomba-lomba menghias rumah Tuhan dengan mewah agar jemaat terkesima. Baju kebesaran mereka pun harus menyala agar memikat. Pertanyaan terbersit, dari mana mereka mengumpulkan pundi-pundi membangun deretan gereja yang ambisius? Bagaimana mereka menopang kebutuhan emas berkilo-kilo untuk mengemuli badan gereja?
Mungkin dari upeti jajahannya di seluruh dunia, Atau dari pajak-pajak agama yang diterapkan dengan tangan besi. Sampai-sampai tatapanku tercengang saat melongok altar berbalut emas yang di dalamnya terdapat kotak kaca berisi jasad manusia yang terbujur kaku.
Jasad Raja Fernando III.
...
Terbujurlah sesosok "jasad' yang terbuka. Lebih tepatnya tengkorak dan tulang-belulang yang utuh. Aku bergidik melihat tengkorak yang bentuknya sudah tidak karuan tapi tetap didandani dengan jubah, perhiasan, bahkan mahkota yang melingkar di kepala. Kubaca keterangan di bawah makam: King Fernando III. Inikah Fernando yang dimuliakan di Sevilla atas jasanya merebut Sevilla dari Almohad? Oleh karena keberhasilannya diangkatlah ia menjadi Santo, orang suci. Dan sebagaimana kepercayaan mereka, jenazah Santo tidak akan rusak. Jenazah para Santo dipertontonkan sebagai bukti kesucian. Entahlah kesucian apa yang ditunjukkan. Sebagai manusia biasa, reaksiku adalah takut berujung ngeri. Aku tidak sendirian, para turis merinding berbarengan. Mereka menggosok-gosok tengkuk karena bulu kuduk berdiri, lalu beralih menggosok lengan yang tidak kedinginan, mengelus-elus hidung, seoalh bau busuk tengkorak meruap. Makam seperti ini membuncahkan opini betapa 'kreatif' orang-orang menyimpan jasad. Mengukir pahatan yang elok di cungkupnya, mendandani hingg harta perhiasan melingkupi, hingga menimbunnya dalam bawah tanah dengan jendela ubin kaca. Barangkali inilah yang mengilhami raja-raja kuno hingga modern, membangun kompleks pemakaman mewah dan megah bertabur harta. Berharap pintu surga terbuka lebih lebar untuknya.
..
Tatapanku kini tersedot oleh batu nisan warna gelap dibopong 4 patung manusia yang memakai baju kebesaran militer lampau. Apa dia juga seorang Santo?
Bukan.
"Christobal Colon. Alias Columbus." Rangga membaca nyaring nama yang tertera di keterangan bawah nisan.
Sebelumnya aku tidak membayangkan bentuk makam Columbus seperti itu. Orang yang dianggap paling berjasa dalam dunia navigasi kelautan Spanyol dibiarkan "melayang". Columbus memulai berlayar menemukan dunia baru di Amerika, pada tahun yang sama dengan takluknya dunia Islam di Andalusia.
Aku memperhatikan makam Columbus yang ditandu oleh 4 prajurit. Mereka begitu gagah dengan salah satu pandu membawa tongkat pedang yang menghubus sesuatu di ujung bawah. Setelah kupelototi, ternyata yang tertusuk pedang di dekat kaki patung adalah buah delima.
Tak sulit menebak filosofi dari tusukan pedang ke buah delima. Buah delima - atau pomegranate dalam bahasa Inggris - adalah simbol Kota Granada yang ditaklukkan oleh imperium Katolik.
Buah delima tertusuk pedang di dekat kaki adalah simbol penguasaan atas kota dan benteng terakhir Islam di Andalusia yang berhasil dilumpuhkan.
...
"setelah sekian tahun mati, katanya tulang-tulang Columbus berserakan di mana-mana? Banyak pihak memperebutkan. Pertama, tulang utuhnya ada di Ekuador. Aku sendiri pernah melihat nisan lain di sana. lalu orang Latin di Kuba mencurinya dan menjualnya ke negara lain di Amerika Selatan. Sisanya diberikan ke Eropa. Kudengar, makam yang ada di Saint Mary ini - hm, hanya tengkorak kepalanya saja. Lainnya di bagi-bagi ke penjuru dunia. Apa itu benar?
Ya Tuhan! Separah itukah orang-orang mengagumi Columbus hingga mereka tak dapat menghormati jasadnya? Malah memaketkan bagian tubuhnya ke mana-mana demi uang?
...
Melihat dua tokoh yang riwayatnya terpampang di hadapanku, menyisakan hanya sedikit dari bagian tubuh aslinya, aku tercenung menatap diriku sendiri. Tubuhku. Dari jari-jari tangan hingga tulang yang membuatku berdiri tegap, serta otot dan daging yang melingkupinya. Termasuk otak dan seluruh saraf-sarafnya.
Sesungguhnya semua itu hanyalah bungkus. Amalan yang kulakukan di dunia inilah yang menjadi isi. Dan Allah tak peduli dengan 'bungkus'. Karena Ia hanya melihat apa yang telah dilakukan kedua tanganku, ke mana kedua kakiku melangkah, apa yang mulutku cakapkan, hingga bagaimana otakku memproduksi pikiran. Mereka adalah saksi hidup kita saat di Padang Mahsyar.
Meskipun kini tangan, kaki, dan semua bagian tubuh kedua sosok itu tak bersatu, malah pun diawetkan dengan gemerlap emas dan berlian, anggota badan mereka takkan pernah bisa disogok untuk berkata bohong di hari akhir. Altar yang mempertontonkan segala kemewahan tak mampu menyamarkan jasad manusia yang pada akhirnya membusuk.
Aku teringat dengan kita Ar-Ruh karya Ibnu Qayyim al Jauziyah. Malaikat Munkar dan Nakir tak pernah kehabisan akal untuk mencecar ruh manusia yang telah mati. Meski tubuh mereka tak menyatu dalam tanah. tak perlu juga menunggu tujuh langkah meninggalkan makam usai mengubuhkan jenazah. Pertanyaan yang jika kita tak kuasa menjawabnya, anggota tubuh kita yang mewakilinya. Itu sumpah mereka.
halaman 202
... dan bahwa usaha manusia untuk memperindah makam dan jenazah hanyalah sia-sia, karena dengan mudah Tuhan membalikkannya hingga padam. Orang yang berkunjung ke makam Isabella dan Ferdinand tiada sekuku jari lautan manusia yang menyemut di samping manusia istimewa yang mereka sebut sesat.
Sungguh, kalau dipikir-pikir, sepinya pengunjung di makam Isabella dan Ferdinad tadi sudah pantas menjadi jawaban kegelisahan kami.
Sedemikian usaha manusia untuk membungkus keduanya, bahkan denga selimut pualam dan logam, tak mampu menyembunyikan masa lalu yang kelam. Jika memang sedemikian hebat kekuasaan mereka genggam, dengan mudah Tuhan membalikkan hingga padam. Ke manakah para pengikutnya yang dulu loyal? Kini hanya menyisakan segelintir manusia yang ber-selfie di depan makam, menjadi pengabdi media sosia. Tarikh keluarga besarnya pun tak bisa jadi panutan.
Gambaran tadi tiada sekuku jari lautan manusia yang menyemut di samping seorang manusia istimewa yang mereka sebut sesat. Makam Muhammad SAW tidak pernah sedetik pun sepi manusia. 24 jam non stop, sejak seribu empat ratus tahun lalu, hingga akhir zaman. Miliaran manusia sepanjang masa mengirim salam rindu padanya, hingga bersimpuh dan menangis, tanpa embel-embel foto atau jabatan. Keluarga Muhammad SAW, dari kakek, ayah, ibu, istri, anak, dan para sahabatnya menajdi teladan manusia sepanjang masa.
Halaman
Saya juga suka sekali dengan kalimat Rangga tentang perjalanan, bahwa lewat perjalanan, si pelaku tidak hanya berpikir tentang pencapaian, tapi yang terpenting jadi bisa memaknai sekaligus menaikkan maqam iman. Jadi terpikirkan ya teman-teman, bedanya jalan-jalan hura-hura tanpa tujuan dengan perjalanan yang penuh makna seperti yang dilakukan oleh Hanum dan Rangga. Dari sekarang jadi terpikirkan bahwa dalam sebuah perjalanan bukan hanya fisik bangunan atau tempat yang dinikmati oleh mata, bukan hanya pencapaian saja, tapi harus pula mencapai wawasan dan kontemplasi yang jauh lebih dalam. Dari narasi dan dialog Hanum dan Rangga saya juga ikut merasakan senangnya mengilas balik sejarah.
Sejak meninggalkan Columbus dan Fernando, Hanum terlihattidak nyaman. Mungkin benar adanya, perjalanan membuat pelakunya tak hanya berpikir tentang pencapaian, namun refleksi tentang kehidupan dan kematian. Lewat bingkai-bingkai kehidupan dan kematian pelaku sejarah yang diabadikan. Membuat pelaku perjalanan memaknai sekaligus menaikkan maqam iman.
Halaman 203
Renungan-renungan yang sudah saya sebutkan di atas ditambah pula dengan 'sindiran-pesan' untuk orang-orang Indonesia supaya jangan lupa dengan akar budaya, terutama muslim agar kembali pada ajaran Islam. Secara spesifik disebutkan tentang fenomena fans K-Pop yang banyak ditemui di nusantara jaman ini.
"karena pandai menyanyi dan mendongeng sekaligus gaya pakaian yang tak lazim, ia seketika mencuri panggung. Hingga leluasa keluar masuk pintu istana, rumah-rumah penduduk, menelusup dalam celah-celah kehidupan masyarakat. Kemudian lahirlah generasi ziryab-ziryab. Menancaplah pengaruh budaya baru yang... membuai. Senandung Qur'an kemudian mulai meredup. Sunnah tak hidup. Masyarakat lebih terpesona oleh riwayat bukan hakikat. Akhirnya mereka mulai melupakan syariat," beber Yaseen dengan sekali hela. Aku benar-benar dibuat tercengang degnan cara pikir Yaseen.
Jika tadi ada tempat makan halal lain, Yaseen pasti akan mengajak kita ke sana daripada bistro Ziryab ini. Gelagatnya, ia tak nyaman dengan musik. Dari penjelasannya, pelajaran dari Ziryab lagi-lagi tentang sindiran.
Nama Indonesia sontak menghampiri kesadaran. Empat abad lebih berlalu, roda fenomena itu tiba di negeriku, Indonesia. Budaya tanpa filter dengan kelengkapannya menyelinap di lorong-lorong jiwa anak muda, milenial, pun generasi turun-temurun yang keluar dari rahim mereka. Tanpa syarat, tanpa adat. Yaseen mungkin tak sengaja menyinggung budaya K-Pop, Korea Populer yang sedikit menggeser budaya 'Q-pop', Qur'an Populer Di Nusantara.
Yaseen ingin berkata kita masih bisa menghargai seni budaya, menikmatinya, bahkan menjadikannya senjata berdakwah, tentunya sambil memilah-milah mana yang mengangkat atau justru merendahkan derajat.
Halaman 373
Timeline 2 Sangkakala di Langit Andalusia ada di masa lalu di tahun 1400an-1500an, merupakan kisah Rammar Ibnu Baqar yang berjuang di jalan Allah menegakkan tauhid di atas kedzaliman yang ada. Alurnya kita nikmati seperti membaca sebuah kisah epik fiksi sejarah, dengan unsur-unsur cerita yang komplit dan kompleks seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Ada tokoh cerita yang banyak jumlahnya, ada pov, ada plot, ada latar, konflik, klimaks dan anti klimaks, lalu ending. Mengikuti kisah Hammar sangat membuat saya penasaran. Adrenalin juga berpacu, bumbu percintaannya memperkaya cerita, adegan peperangannya mengguncang, dan plot twist-nya juga bagus.
Ada tiga orang pemuda bernama Baqar, Houda, dan Alriq yang dididik menjadi penghafal Al Qur'an. Di antara mereka akan dipilih dua orang yang mewarisi sebuah cincin dan kotak yang sangat penting karena memuat rahasia besar yang bisa menjatuhkan kezaliman. Lalu datanglah seorang perempuan bernama Fruela yang tertarik untuk mempelajari Islam bersama mereka. Ada debar-debar cinta yang tumbuh diam-diam, ada pernikahan yang dijodohkan, ada kesalahpahaman, ada rasa iri hati dan kecewa, yang semuanya itu membawa pada satu konflik yang besar di kemudian hari. Kini cincin dan kotak entah siapa yang bisa memecahkan rahasianya. Dalam ramalan akan ada seorang pemuda penghafal Al Qur'an yang mampu menguak labirin misteri cincin dalam Al Qur'an. Apakah pemuda itu Rammar? Selamat penasaran, kalau ingin tahu jawabannya mari baca novelnya.
Banyak bagian menarik yang saya temui di Timeline 2 ini. Penokohannya bagus, emosinya kuat, yang protagonis maupun antagonis. Latarnya juga cukup, meski jauh lebih detail di latar-latar Timeline 1 kisah Hanum dan Rangga. Saya sangat tertarik ketika tiba pada bagian terpecahnya misteri cincin dan kotak karena melibatkan surat Al Qur'an, penafsiran, hitungan-hitungan, dan lain-lain. Sayangnya saya khawatir pemahaman saya di sini tidak mencukupi untuk bisa beropini dari sisi logikanya, tapi dari idenya, ini saja sudah luar biasa.
Lewat kisah Rammar ada pesan-pesan dan hikmah yang bisa kita ambil, tentang ihsan, ketulusan, keimanan, kesetiaaan, cinta kasih, persahabatan, pasangan, orangtua anak, perjuangan Islam, dan lain-lain. Salah satu yang saya ingat rinciannya adalah nasihat yang berkaitan dengan figur pemimpin. Bahwa pemimpin itu harus bijak menggunakan keuangan negara, harus mendahulukan belanja untuk rakyat, harus bisa mendapatkan kepercayaan. Pemimpin itu berada di dua jalan yang pasti, surga menanti, atau neraka.
"Istana yang sederhana. Tak semegah dan seluar biasa kisah penaklukan Anda terhadap Bizantium. Aku menaruh hormat kepada Anda, Sultan Mehmet," ujar Mansoor sungkan. Sambil membenahi duduknya, matanya mengedar ke penjuru ruangan, ikon-ikon Kristen Bizantium bertengger di dinding istana. Mosaik-mosaik khas gerejawi mewarnai situasi. Seketika dirinya merasa tak nyaman dikungkungi dekorasi yang tak sesuai keyakinannya. Namun pemimpin di hadapannya yang separuh lebih muda usianya merasa baik-baik saja.
"Membangun istana baru bukan prioritas. Membangun kepercayaan masyarakat kepadaku adalah wajib. Dan itu membutuhkan logam-logam yang lebih banyak. Sayang jika logam-logam itu kupakai untuk menanggalkan mosaik-mosaik itu," tukas Mehmet simpul.
Mansoor manggut-manggut. Logam-logam itu kini telah berubah menjadi kompleks jalan setapak halus. Jalan utama itu akan menjadi sarana penting untuk menggeliatkan ekonomi Ustmaniya. Mehmet bisa menebak apa yang dipikirkan lawan bicaranya karena mereka sama-sama pemeluk tauhid. Menjadi pemimpin sebenarnya melapangkan jalan untuk diri sendiri. Jalan ke surga atau justru ke neraka. Menggelontorkan uang rakyatnya yang tengah tercekik pasca keruntuhan Bizantium untuk membangun istana baru sama saja mengantarkan kepalanya ke jilatan jahanam. Tanpa perantara. Tanpa hisab.
"Andai saja kata-kata Anda ini langsung disampaikan pada sultan-sultan kecil di Andalusia, tentu pekerjaanku jauh lebih ringan. Mereka pasti lebih percaya pemuda yang berhasil daripada penasihat yang tua," tanggap Mansoor. Keduanya mengangguk saling memikat perasaan yang sama. Keprihatinan. Kegelisahan. Juga ketiadaan cara mengatasi.
Halaman292
Buku ini ditutup dengan muhasabah Hanum dan Rangga penuh dengan renungan Islam tentang amalan yang terpenting, karena jasad akan membusuk pada akhirnya, harta jabatan akan ditinggalkan pula. Sebuah refleksi kehidupan dan kematian ada di buku ini.
.. siapa di antara kalian yang paling baik amalannya, Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Aku bergetar membaca penggalan surat itu. Ayat itu menjadi jawaban atas segala keresahan selama bermuhibah di Andalusia. Mati dan hidup, jatuh bangunnya peradaban, kejayaan dan kehancuran dipergilirkan, sejatinya telah diatur dengan masak dan sempurna. Menjadi ujian bagi orang-orang beriman.
Alhambra yang telah menjadi saksi kelamnya sejarah Islam di Andalusia, kini justru mewujud menjadi bukti keindahan Islam yang memikat perhatian dunia.
Without the darkness there will be no light. Tanpa kegelapan kita tidak akan mengenal cahaya.
..
Akhir adalah awal. Awal adalah akhir. Seperti juga Kun Faya Kun. Jika harus menjadi maka terjadilah.
Semua telah digariskan, Kullun Fii Fallakin. Membentuk lingkaran sempurna. Kisah ini berawal di Alhambra, dan harus berakhir pula di Alhambra.
Setelah melewati seluruh perjalanan ini, akhirnya aku paham. Islam tidak sepenuhnya mati di bumi Andalusia. Karena kematian hanyalah awal menuju keabadian. Demikian halnya tiupan sangkakala, penanda akhir zaman sekaligus awal kehidupan abadi yang menyertainya.
Halaman 454
Untuk yang ingin tahu kronologis sejarah jangan dilewatkan membaca bab Jejak Kronologis yang menyajikan peristiwa dari tahun 711- 2018.
711: Thariq bin Ziyad memimpin pasukan muslim menyeberangi selat yang menghubungkan benua Afrika dan Eropa. Thariq berhasil menaklukkan Andalusia dari bangsa Visigoth. Selat itu kemudian dikenal dengan sebagai Giblatar atau Jabal Thariq.
... (hingga)
2017-2018: Krisis konstitusi Spanyol yang memicu referendum di Catalunya.
Siapa Hanum Salsabiela Rais
Hanum Salsabiela Rais, adalah putri kedua Amien Rais, lahir dan menempuh pendidikan di Yogyakarta hingga mendapat gelar Dokter Gigi dari Universitas Gadjah Mada, namun justru mengawali kariernya sebagai jurnalis dan reporter-presenter di TransTV.
Tinggal di Austria selama 3,5 tahun bersama suaminya. Pernah bekerja sebagai jurnalis dan video podcaster di Executive Academy Vienna, dan tercatat sebagai koresponden untuk detik.com. Tahun 2013 terpilih sebagai duta perempuan mewakili Indonesia untuk Youth Global Forum di Suzuka, Jepang, oleh Honda Foundation.
Bukunya, Berjalan di Atas Cahaya, mendapatkan apresiasi Buku Non Fiksi Terfavorit 2013 oleh Goodreads Indonesia. Film 99 Cahaya di Langit Eropa 1 dan 2 yang skenario filmnya ditulis sendiri olehnya dan suami, mendapatkan apresiasi dari 1,9 juta penonton versi filmindonesia. or. id. 99 Cahaya di Langit Eropa meraih Book of The Year 2014 IKAPI dan Bulan Terbelah di Langit Amerika menjadi best seller Gramedia tahun 2015, serta meraih penghargaan dari Goodreads Indonesia sebagai Fiksi Terfavorit.
Buku-buku yang telah diterbitkan antara lain: Menapak Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta (2000), 99 Cahaya di Langit Eropa (2011), Berjalan di Atas Cahaya (2013), Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014), Faith and The City: Hanum & Rangga (2015) juga telah difilmkan tahun 2018, serta, I am Sarahza (2018). Sangkakala di Langit Andalusia (2022) adalah karya terbarunya yang ditulis bersama sang suami.
Kini dirinya menjadi salah satu wakil rakyat di DPRD DIY.
Siapa Rangga Almahendra
Rangga Almahendra adalah suami Hanum Salsabiela, teman perjalanan sekaligus penulis kedua buku ini. Menamatkan pendidikan dasar hingga menengah di Yogyakarta, kemudian berkuliah di Institute Teknologi Bandung, dan S2 di Universitas Gadjah Mada, di keduanya ia lulus dengan predika summa cumlaude. Memenangkan beasiswa dari pemerintah Austria untuk studi S3 di WU Vienna, Rangga berkesempatan berpetualang bersama istrinya menjelajah Eropa dan Amerika.
Pada tahun 2010, ia menyelesaikan studinya dan meraih gelar doktor di bidang International Business & Management. Saat ini ia tercatat sebagai dosen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. Rangga sebelumnya pernah bekerja di PT Astra Honda Motor dan ABN AMRO Jakarta.
Saat ini Rangga juga menjabat sebagai Direktur Utama ADiTV (www.aditv. co. id) dan membuat channel video kuliah gratis KHSB (Kuliah Hak Segala Bangsa).
Bersama istrinya, Rangga juga ikut menjadi penulis naskah dan Associate Producer film 99 Cahaya di Langit Eropa (2013) dan Bulan Terbelah di Langit Amerika (2015) dan Hanum Rangga/ Faith and The City (2018).
--------------------------
Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.
Donasi dapat ditransfer ke:
BCA 740 509 5645
Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial
-------------------------------------------------------------------------

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial