Review Buku Amba - Laksmi Pamuntjak
Judul : Amba
Penulis : Laksmi Pamuntjak
Disain Sampul : Orkha Creative
Jenis Buku : Fiksi Sejarah, Sastra Fiksi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan Ketujuh Januari 2018
Jumlah Halaman : 580 halaman
Dimensi Buku : 14 x 21 cm
Harga : Rp. 128.000
ISBN : 9786020350219
Pemenang LiBeraturpreis 2016
Kusala Sastra Khatulistiwa Nominee for Prosa - shortlist (2013)
Sekelumit Tentang Isi
"Karya ini merupakan karya fiksi berlatar belakang sejarah. Sejumlah tempat seperti Kadipura, Rumah Sakit Waepo, dan Rumah Sakit Sono Walujo di Kediri adalah fiktif. Adegan-adegan Srimulat dan adegan-adegan di Sanggar Bumi Tarung juga merupakan buah imajinasi pengarang. Dan meskipun serbuan ke Universitas Res Publica, Yogyakarta, pada 19 Oktober 1965 terjadi di siang hari, pengarang “memindahkannya” ke malam hari."
Tahun 2006: Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari orang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali.
Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. “Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua.” Tapi ia meninggalkan kotanya. Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.
“Sebuah karya sastra besar bagaikan sinar yang menerangi jalan dan membantu kita membuka dunia; buku-buku terbaik menjadikan kita bagian dari dunia tersebut—dengan segala horor berikut keindahan dan kecerdasannya.” - Jose Eduardo Agualusa Kandidat shortlist Man Booker International Prize 2016 untuk A General Theory of Oblivion, pemenang Independent Foreign Fiction Prize 2007 versi harian Independent untuk The Book of Chameleons.
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Ini sebenarnya buku yang dicetak ulang dengan disain sampul yang berbeda. Saya suka sekali disain ini karena begitu elok dan permainan warnanya yang cerah juga menarik untuk dilihat. Dibandingkan dengan disain sebelumnya yang bernuansa sendu, saya jelas lebih suka buku Amba edisi yang ini. Ada satu lagi disain lainnya yang juga menggunakan warna cerah, ini juga saya suka, tapi cover terbarunya yang ada gambar ilustrasi tokoh Ambanya menurut saya tetap jauh lebih menarik.
Picture : cover lainnya
Tokoh dan Karakter
Amba Kinanti perempuan yang cantik, berprinsip, cerdas, setia, tegas, tapi seperti perempuan pada umumnya, ia jatuh juga pada yang namanya cinta dan lupa pada logika.
Bhisma Rashad, tampan luar biasa, berwibawa, memiliki semacam aura, idealis, baik hati, disukai wanita, dokter lulusan luar negeri, kesetiaannya diragukan oleh Amba.
Ambika, adik perempuan Amba yang sangat cantik, lebih cantik dari Amba tapi tidak secerdas Amba. Saudara terdekat dalam hati Amba.
Samuel Lawerissa, laki-laki yang membantu Amba melacak keberadaan Bhisma di Pulau Buru, terpikat karena keanggunan dan kharisma Amba.
Lalu masih ada beberapa tokoh lainnya seperti, Zulfikar Hamsa, Adalhard Eilers, Srikandi Eilers, Nuniek, dan lain-lain. Novel ini termasuk cukup banyak jumlah tokohnya selayaknya sebuah novel berlatar sejarah yang memiliki rentang alur cerita bertahun lamanya.
Alur dan Latar
Novel ini sebenarnya beralur maju, kecuali kita memperhitungkan prolognya. Cerita disampaikan dari sudut pandang orang ketiga. Konflik romancenya menarik, salah satunya karena berlatar sejarah dan budaya juga. Ending ditutup dengan baik.
Latar cerita mengambil lokasi di Pulau Buru, Kadipura dan Kediri. Deskripsi latar termasuk detail. Misalnya,
Kamar itu mungil, dan Amba suka segala apa yang mungil. Lemari pakaian dengan satu gantunan baju, cermin bundar dengan wastafel sederhana d bawahnya, sebuah meja pendek yang dirapatkan pada sisi luar ranjang, Warna dindingnya biru kesumba, warna yang manis, yang tak terduga, sementara segalanya yang lain sangat mudah diterka, termasuk bekas bocor di loteng dan listrik 25 watt, cahaya persembunyian.
Halaman 190
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Bab Kata Pengantar adalah bagian pertama yng saya baca berhubung biasa di dalam bab ini ada cerita-cerita dari dari penulis langsung tentang buku yang bersangkutan. Tak terkecuali buku Amba. Menarik sekali bahwa Amba awalnya adalah buku yang ditulis bukan dalam bahasa Indonesia, meski sang penulis jelas kelahiran negara kita. Sejenak mengingatkan saya pada Clarissa Goenawan – Rainbirds, yang juga menulis bukunya tidak dalam bahasa Indonesia di awalnya.
Bagian menarik lainnya juga justru ada pada bab kata pengantar, karena dengan menyimak bab ini kita jadi tahu latar belakang dan cerita-cerita di balik penulisan novel Amba. Bab ini ditulis langsung oleh Laksmi Pamuntjak.
Tiap bab diawali dengan kutipan yang berisi kisah-kisah pewayangan. Misalnya pada Buku 1 Samuel & Amba.
“Mendengar itu, Amba mendekat, dan menemui api yang berkobar. Lalu ia melihat sosok Yang Kekal itu. Ia pun menundukkan kepalanya sambil menyembah kaki yang bersinar-sinar itu, menyentuhnya dengan kedua tangannya yang mendadak menyerupai sepasang teratai. Ia duduk di hadapan Rama yang Abadi itu, dengan wajah yang dibasuh air mata.”
Udayoga Parva, CLXXIX
Bahasanya yang puitis jadi ciri khas novel Amba,
Luka pada pohon dan bebatuan seolah lenyap di balik cadar siluman, dan hal-hal kecil, seperti lumut ganggang tanah dan kerikil., tergulung arus menuju desa lain, bungkam, seperti kisah murung orang-orang tak bernama. Segalanya terasa berat dan sedikit bengis. Aneh, memang: selalu ada yang membuat terlena dan tak berdaya pada hujan, pada rintik dan aromanya, pada bunyi dna melankolinya, pada caranya yang pekan sekaligus brutal.
Halaman 27
Karenanya jadi banyak kalimat yang bisa dikutip untuk quotes buku. Contohnya
Kesetiaan selalu dikhianati, atau ia menanti selamanya untuk sesuatu yang tak pernah dimiliki.
Halaman 35
...ngga ada yang lebih menyedihkandi dunia ini, daripada permintaan maaf yang ngga pada tempatnya.
Halaman 82
... pendidikan yang sesungguhnya berarti kemampuan untuk membuat pilihan yang sulit ketika yang salah dan benar tak selalu jelas.
Halaman 139
Perjalanan: melatih diri untuk tetap menjaga jarak seraya berbagi begitu banyak.
Halaman 181
Beri manusia kegelapan, dan mereka akan lihat cahaya itu.
Halaman 493
Ada banyak paragraf yang menyebutkan tentang makanan. Tak heran juga sih karena Laksmi Pamuntjak memang seorang penikmat kuliner, bahkan bisa dibilang pemerhati juga.
Tak terduga, makanannya enak. Bumbu-bumbunya campuran Jawa dan Makassar, manis dan pekat. Yang diandalkan di sni hasil laut yang segar, tak begitu berbeda dari sebuah restoran di Ambon yang pernah mereka kunjungi. Semua orang memuji-muji ikan bakarnya, meski yang memikat Amba adalah sentuhan jahe yang halus dan tak terduga di dalam sebuah hidangan udang rebus.
Halaman 80
Ada suatu opini tokoh yang menggugah saya karena saya sependapat dengan hal tersebut.
Bagi Amba jelas: kecantikan bukan jalan menuju bahagia. Ia sekaligus beban dan kutukan. Ia menjunjung dan mengurung. Maka tak perlu ingin jadi cantik.
Amba memilih menjalin persahabatan dengan buku.
Halaman 87
Banyak latar sejarah yang dijadikan bagian dari cerita. Misalnya,
Ia dengar orangtuanya, terutama ayahnya, pengurus Muhammadiyah itu, makin merasa terdesak dalam kehdupan sosial. “Bukan aku menyalahkan Bung Karno,” tulisnya, “Kamu tahu aku mencintai dia. Tapi aku ngga ngerti apa yang direncanakannya. Dia membuat segalanya semakin rumit. Kehidupan semakin susah sekarang. Orang hanya peduli bagaimana membeli, beras, minyak tanah, obat. Tapi dia malah berpidato tentang dekadensi Barat, dari the Beatles sampai Keynes. Apa yang dimauinya dengan Revolusi, aku ingin tahu.
Halaman 167
Kita ga akan dapat lagi membaca di Perpustakaan Jefferson. Perpustakaan itu baru-baru ini diduduki massa, ditutup ormas-ormas PKI. Dan kabarnya sebentar lagi program-program beasiswa untuk melanjutkan belajar di Amerika akan dihentikan pemerintah.
Halaman 168
Ribuan anak muda dan tembok-tembok bergrafiti menyambut mereka seperti pahlawan dan mendengarkan Komandan Baret Merah, Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, berpidato dengan berapi-api dengan pakaian tempurnya. Sebelumnya, RPKAD telah menangkap ratusan musuh di Semarang hanya dalam satu malam. Mereka makin meyakinkan Yogyakarta tak perlu cemas lagi bahwa PKI yang perkasa dan batalion-batalionnya yang tersembunyi akan mengambil alih kota kembang. Mereka seperti menegaskan sebentar lagi pasukan musuh, pasukan pemberontak PKI, Gestapu, Pemuda Rakyat, dan sejenis itu akan segera tumpas.
Halaman 339
Atau latar pewayangan, misalnya,
Ia hanya teringat Kumbakarna, yang meskipun tak setuju dengan perang Rahwana melawan Rama, akhirnya tetap maju berperang, bukan untuk kakaknya, tapi untuk tanah airnya, dan akhirnya gugur dengan gagah di tangan Rama.
Halaman 170
Atau cerita-cerita sejarah kerajaan tempo dulu, misalnya
Bulu kuduk Amba berdiri, meskipun ia mencoba tetap tenang. Siapa yang tak teringat nama Ken Arok, setiap kali nama Kediri disebut. Ken Arok yang tak saja merenggut takhta orang, tapi juga permaisuri orang. Ken Dedes yang jelita. Mustahil tak teringat rantaian pengkhianatan dan pembalasan yang berujung pada musnahnya Ken Arok sendiri.
Halaman 184
Juga tentang buku-buku dan puisi,
Tara meminjamkan buku-bukunya pada Amba, karya penyair-penyair komunis, Pablo Neruda dan Paul Eluard, di samping Lorca dan Else Lasker-Schuler. Tapi yang paling berarti bagi Amba adalah perkenalannya dengan sajak-sajak Sylvia Plath, yang dipersembahkan padanya dalam bentuk buku catatan khusus yang dipenuhi tulisan tangan Tara.
Halaman 172
Perempuan muda itu juga tertarik puisi Indonesia, dan Amba memperkenalkannya pada karya-karya Chairil Anwar, Amir Hamzah, dan Subagio Sastrowardjojo. Salahs atu puisi yang berbekas pada Tara adalah karya Subagio Sastrowardjojo, tentang manusia pertama yang dikirim ke angkasa luar, seorang yang terlontar dan memprotes, menuntut, mengharpkan “Satu kata puisi / daripada seribu rumus iilmu yang penuh janji / yang menyebabkan aku terlontar kini jauh dar bumi / yang kukasih.”
Halaman 173
Kalimatnya yang puitis yang ini sangat berkesan bagi saya.
Ia berjalan di bawah tirai air. Ke dalam malam itu, aku meniti turun, seakan-akan melayang, begitulah ia ingin mengenang detik-detik itu. Tirai itu begitu tipis, begitu bukan gerimis, lebih seperti sejuta benang yang merajut cermin.
Halaman 193
Menarik pula untuk menyimak bab Sejumlah Catatan yang berisi penjelasan kalimat-kalimat tertentu yang dikutip Laksmi untuk bukunya.
Sejauh ini saya hanya menyimak komentar para reviewer di Goodreads. Novel ini mendapatkan rata-rata di 4 bintang, meski total ratingnya tidak mencapai 4. Para perievew yang menyukai novel ini menyatakan bahwa Amba memiliki latar cerita yang kaya (Indonesia tahun '60 an, sejarah Pulau Buru, dan lain sebagainya), unsur romance nya juga berbeda, bukan jenis romance yang ringan tapi yang membuat kita berpikir.
Saya secara pribadi menyukai novel Amba. Romancenya berisi, latarnya kaya, alur ceritanya berbeda dengan kebanyakan. Tokoh-tokohnya juga berkarakter. Yang paling saya sukai adalah gaya bahasanya yang elok ke-puisi-puisi-an. Pada dasarnya saya memang suka sastra, dan Amba dalam satu sisi tulisannya sangat nyastra sekali.
Tapi beberapa hal juga menjadi catatan saya bahwa untuk beberapa pembaca, novel ini akan terasa berat karena latar sejarah di novel ini yang sangat kental, kadang lebih dari satu paragraf hanya membahas soal sejarah, atau membahas suatu paham, komunis misalnya, atau membahas kisah pewayangan. Novel ini juga mungkin tidak akan memenuhi ekspektasi pembaca yang berharap disuguhi latar sejarah yang sebenarnya karena ada bagian dalam novel ini yang memfiksikan sejarah tersebut. Meskipun demikian harus diakui novel Amba membuat pembaca, termasuk saya, mendapatkan banyak wawasan sejarah dari alur cerita yang disampaikan. Kisah cinta Amba dan Bhisma yang serupa takdir tokoh pewayangan mungkin akan menimbulkan ganjalan juga. Tapi toh ini fiksi, bahkan dunia nyata pun kadang lebih fiksi ketimbang kisah-kisah dalam novel.
Siapa Laksmi Pamuntjak
Laksmi Pamuntjak (lahir di Jakarta, 24 Desember 1971; umur 46 tahun) merupakan seorang koki dan penulis
Laksmi mengemas buku panduan memasak secara unik. Dia berburu makanan dari restoran kelas atas, sampai warung kaki lima di seputar Jakarta. Semuanya dilakukan secara independen, komprehensif dan deskriptif. Dia tak ingin dikenali si pemilik, dan mencatat semuanya diam-diam agar tak diketahui para pelayan.
Pengetahuannya luas. Laksmi menulis artikel seputar politik, biografi,
Karya
· The Jakarta Good Food Guide 2008-2009
· The Anagram
· On God and Other Unfinished Things
· Perang, Langit dan Dua Perempuan
· The Diary of R.S.: Musings on Art
· Ellipsis: Poems and Prose-Poems by Laksmi Pamuntjak
· Goenawan Mohamad: Selected Poems
· The Jakarta Good Food Guide 2002-2003
· The Jakarta Good Food Guide 2001
Laksmi Pamuntjak menjadi sorotan internasional setelah novelnya 'Amba' terbit dalam bahasa Inggris dan diluncurkan pula dalam edisi bahasa Jerman. Saat tampil membacakan petikan novel Amba di stand Indonesia di Leipzig Book Fair 2015 di Jerman, Laksmi bercerita tentang dirinya.
Laksmi kecil tumbuh di lingkungan buku karena kakeknya, Kasuma Sutan Pamunjak, pemilik penerbit Djambatan. "Saya tahu nasib saya harus berhubungan dengan buku. Entah penerbit atau pemilik," kata Laksmi.
Laksmi mulai membaca pada umur 4 tahun. Sang ibu selalu memberinya buku meski usia Laksmi masih dini. Laksmi lalu mulai menulis setahun kemudian dengan menulis diary dan cerita pendek. Laksmi kemudian menang lomba menulis pada usia 8 tahun.
Sekolah di luar negeri membuat Laksmi akrab dengan literatur sastra dalam bahasa Inggris. Novel 'Amba' pun ditulis Laksmi pertama kali dalam bahasa Inggris baru kemudian bahasa Indonesia. Laksmi menulis dalam bahasa Inggris karena ia ingin masyarakat Barat tahu Indonesia.
Amba mendapatkan rating 3.82 di Goodreads.
Rekomendasi
Saya rekomendasikan buku ini untuk pembaca dewasa yang menyukai novel romance sastra berlatar sejarah (Indonesia tahun '65, Pulau Buru dan tahanan politiknya, kisah pewayangan dan filosofinya, serta beberapa cerita kerajaan di Indonesia), sebagian besar latar sejarahnya sesuai fakta, sisanya difiksikan oleh penulis. Latar sejarah ini mengambil porsi yang besar dalam cerita. Tokoh-tokohnya berkarakter sekaligus -beberapa di antaranya- kontradiktif. Cerita yang 'intrik' beralur maju dengan ending yang tertutup. Gaya bahasa terasa sastra - puitis.
Catatan : hanya untuk pembaca dewasa.
Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.
Donasi dapat ditransfer ke:
BCA 740 509 5645
Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku Fourth Wing - Rebecca Yarros
14-09-2023 Dipidiff

An Instant New York Times BestsellerA Goodreads Most Anticipated Book Judul : Fourth Wing (The Empyrean, 1) Penulis : Rebecca Yarros Jenis Buku : Epic Fantasy, Romantic Fantasy, Sword & Sorcery Fantasy Penerbit : Piatkus, an...
Read moreReview Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff

National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff

Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff

Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read more