Review Buku Wabi Sabi (Japanese Wisdom for A Perfectly Imperfect Life) - Beth Kempton
Judul : Wabi Sabi
Japanese Wisdom for a Perfectly Imperfect Life
Penulis : Beth Kempton
Jenis Buku : Philosophy – Self Improvement
Penerbit : Harper Design
Tahun Terbit : Desember 2018
Jumlah Halaman : 256 halaman
Dimensi Buku : 18.03 x 12.95 x 3.05 cm
Harga : Rp. 316.000*harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780062905154
Hardcover
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2) and
PERIPLUS YOGYA (ig @periplus-malioboro, @periplus_hartonomall, @periplus_bandara_adisucipto_periplusbas3)
Sekelumit Tentang Isi
Buku ini adalah sebuah panduan yang mengajarkan kepada kita bagaimana menggunakan konsep filosofi estetika-kebijaksanaan Jepang "wabi sabi" untuk membentuk kembali setiap bidang kehidupan yang kita jalani dan menemukan kebahagiaan tepat di momen kita berada saat ini.
Tantangan yang melelahkan dari kehidupan kita yang serba cepat dan konsumtif membuat kita jenuh, lelah, bahkan muak. Di sinilah Beth Kempton memperkenalkan kita pada wabi sabi ("wah-bi sah-bi"), sebuah konsep Jepang yang menawarkan cara baru dalam memandang dunia. Berakar dari ajaran Zen dan Way of Tea, wabi sabi mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan, menghargai kesederhanaan, dan menerima sifat sementara dari semua hal. Wabi sabi menginspirasi kita untuk menyederhanakan segala sesuatu dan berkonsentrasi pada apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Dipenuhi dengan kebijaksanaan sederhana namun mendalam, Wabi Sabi akan membantu kita untuk melambatkan ritme kehidupan, terhubung kembali dengan alam, dan bersikap lebih lembut pada diri kita sendiri.
Dari menghormati ritme musim hingga menciptakan rumah yang ramah, dari membingkai kembali kegagalan hingga menua dengan rahmat, Wabi Sabi mengajarkan kita menemukan lebih banyak sukacita dan inspirasi sepanjang hidup kita yang sempurna dalam ketidaksempurnaannya.
Yuk kita intip daftar isinya:
About the Author
Foreword by Hidetoshi Nakata
Introduction
Chapter 1: Originis, characteristics, and relevance of wabi sabi today
Chapter 2: Simplifying + beautifying
Chapter 3: Living with nature
Chapter 4: Acceptance +letting go
Chapter 5: Reframing Failure
Chapter 6: Nurturing Relationship
Chapter 7: Enjoying the career journey
Chapter 8: Cherishing the moments
Afterword: Trying it all together
Acknowledgements
Notes
Notes on visiting Japan
Bibliography
Index
Untuk memahami kedalaman dan kekayaan wabi sabi, buku ini dimulai dengan penjabaran sejarah singkat wabi sabi dan gambaran ajarannya. Walaupun buku ini bukan wacana terperinci tentang estetika, sejarah, budaya, filsafat, atau agama Jepang, tapi semua faktor tersebut dipaparkan cukup menyeluruh sehingga memberikan seperti apa jalinan kehidupan orang Jepang yang sesungguhnya. Untuk mendapatkan informasi yang lebih menyeluruh atau inspirasi yang lebih mendalam, baca bab bibliography dan notes on visiting Japan di bagian akhir buku.
Di bab 1 asal usul wabi sabi akan dijabarkan dan dieksplorasi karakteristiknya, serta dijelaskan mengapa kebijaksanaan kuno ini sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Di bab 2 dan seterusnya, akan ada kisah-kisah, inspirasi, dan saran dari Beth Kempton untuk menerapkan konsep ini ke setiap bidang kehidupan kita. Bab-bab seperti ini bisa dibaca berurutan atau disesuaikan dengan kebutuhan kita. Ambil apa yang kita butuhkan dan temukan wabi sabi kita sendiri.
Wabi sabi sangat terkait dengan jenis keindahan yang mengingatkan kita pada sifat kehidupan sementara. Ini berasal dari tiga tanda keberadaan Buddha. Pelajaran hidup yang bisa diajarkan wabi sabi kepada kita, dan yang akan kita gali dalam buku ini, berakar pada gagasan berikut:
- Dunia terlihat sangat berbeda ketika kita belajar untuk melihat dan mengalaminya dari hati kita.
- Semua hal, termasuk kehidupan itu sendiri, tidak kekal, tidak lengkap, dan tidak sempurna. Di sana kesempurnaan adalah hal yang tidak mungkin, dan ketidaksempurnaan adalah keadaan alami setiap orang, termasuk kita.
- Ada keindahan, nilai, dan kenyamanan yang bisa ditemukan dalam kesederhanaan.
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Buku hard cover model seperti ini lebih saya sukai ketimbang yang sampulnya bisa dilepas sebab jadi lebih mudah dirawat dan tak terlalu khawatir saat dibawa kemana-mana. Fisiknya kokoh dan mantap dalam pegangan. Kertasnya yang art paper berkualitas, jelas lebih tebal dari paperback, membuat sensasi menyenangkan saat disentuh. Hanya "jilid"nya yang kaku ini membuat halaman-halamannya agak rapat sehingga tidak bisa dibuka lebar saat dibaca (mungkin juga karena saya yang terlalu khawatir merusak buku). Soal disainnya, saya anggap sangat sesuai dengan isi dan genre bukunya. Pilihan warna biru muda yang tenang sejalan dengan konsep filosofi wabi sabi yang damai dan tentram. Ilustrasi gambar burung di ranting pohon juga mengingatkan kita pada alam yang merupakan salah satu ajaran wabi sabi juga. Sedangkan huruf khas Jepang (mungkin itu Kanji ?), buat saya segera mengingatkan pada asal filosofi Wabi Sabi ini.
Opini - Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Membaca wabi sabi sudah pasti berarti menyimak banyak hal tentang budaya Jepang juga. Meski di bab pengantar, Beth Kempton sudah menekankan bahwa bukunya tidak berisi detail sejarah, budaya, filsafat, dan agama Jepang, tapi menurut saya, Wabi Sabi ini punya banyak informasi tentang hal-hal tersebut. Dan ini segera terlihat di halaman paling awal yang ada di buku, yakni A Note on The Use of Japanese in This Book.
A Note on The Use of Japanese in This Book
Japanese personal names have been written in standard English name order for ease of reference (first name followed by surname), except for historical figures most commonly known by the traditional Japanese name order (family name first), such as Matsuo Basho (family name of Matsuo).
The modified Hepburn system has been used to romanize the Japanese language. ...
Page 1
The origin of wabi
Although Rikyu did not invent the tea ceremony, in the last year of his life he brought it back to the philosophy of simplicity and natural beauty that remains important in Japanese culture today. Rikyu’s tea came to known as “wabi tea”.
...
Page 14
Kata pengantar buku yang 'disampaikan' oleh Hidetoshi Nakata juga menarik perhatian saya. Mereka yang menyukai sepakbola pasti mengenal tokoh yang satu ini. Bisa juga dicek profilnya di wikipedia. Nakata adalah pemain bola asal Jepang yang berhasil berkarir di internasional. Tak hanya pemain bola yang handal, tampak bahwa Nakata pun memiliki beberapa ketertarikan dan bakat serta bisnis di bidang lainnya, sebut saja, 'peracik' sake, pemilik usaha kuliner, editor majalah, dan menggeluti bidang fashion. Di bab pengantar buku ini, Nakata dalam karir profesionalnya sebagai pesepak bola menjumpai bahwa bepergian dan tinggal di negara lain benar-benar membuka matanya pada realita yang berbeda. Sering pula saat Nakata dalam perjalanan ke berbagai negera, orang-orang menanyakan banyak hal tentang Jepang termasuk filosofinya, yang ia pada saat itu tidak bisa memberikan jawaban yang memadai. Di titik itulah Nakata kembali ke negaranya, termasuk di antaranya mengenal dan mendalami kembali wabi sabi sebagai filosofi kuno Jepang. Apa hubungan Nakata dengan Beth Kempton bisa teman-teman baca sediri di buku ini ya.
Di chapter 1 Origins, characteristics, and relevance of wabi sabi today, kita akan menemukan pemaparan yang panjang dan cukup lengkap tentang budaya jepang, sejarah wabi sabi, dan pemaknaan wabi sabi dari berbagai sudut pandang. Selain itu ada pula penjelasan tentang mengapa wabi sabi itu relevan di kehidupan masa kini.
Discovering wabi sabi
Wabi sabi is fundamental to the aesthetic sense and gentle nature of the Japanese people. It is a worldview that guides the way they experience life, although it is rarely discussed. Its influence is everywhere, and yet it is nowhere to be seen. People instinctively know what the concept of wabi sabi represents, but few can articulate it. Wabi sabi is a fascinating enigma, which promises to whisper potent wisdom to those who slow down enough to investigate and approach with an open heart.
...
Page 2
The wabi sabi secret
In slowly peeling back the layers of mystery, this is what I have come to understand: the true beauty of wabi sabi lies not in things but in the very nature of life itself.
Wabi sabi is an intuitive response to beauty that
Reflects the true nature of life.
Wabi sabi is an acceptance and appreciation of the impermanent, imperfect, and incomplete nature of everything.
Wabi sabi is a recognition of the gifts of simple, slow, and natural living.
Wabi sabi it a state of the heart. ...
Page 5
Alasan tersebut tak jauh beda dengan mengapa filosofi Stoicisme dianggap penting dan relevan di kehidupan modern masa kini. Semua berawal dari tekanan kehidupan akibat kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat. Arus informasi, media sosial, karir, penampilan, uang, dan masih banyak hal lainnya mendistraksi kita dari nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya lebih mendasar dan utama. Baca juga review buku "How to Be A Stoic - Massimo Pigliucci"
Why wabi sabi?
In recent years, society has gathered pace, our stress levels have gone through the roof, and we have become increasingly obsessed with money, job titles, appearances, and the endless accumulation of stuff. There is a growing sense of discontent as we push ourselves harder and juggle more. We are overworked, overstretched, and overwhelmed.
..
Page 3
How is wabi sabi relevant today?
We are living in a time of brain-hacking algorithms, pop-up propaganda, and information everywhere. From the moment we wake up to the time we stumble into bed, we are fed messages about what we should look like, wear, eat, and buy, how much we should be earning, who we should love, and how we should parent. Many of us probably spend more time thinking about other people’s lives than investing in our own. At to this the pace at which we are encouraged to function, and it's no wonder so many of us are feeling overwhelmed, insecure, untethered, and worn out.
What’s more, we are surrounded by bright, artificial light, in our homes, stores, and offices, and an our phones and laptops. We are overstimulated and obsessed with productivity. It's playing havoc with our nervous systems and ability to sleep. We are paying the price of having banished the calming shadows and rich texture from our lives, in favor of speed and efficiency. Our eyes and hearts are weary.
While powerful and valuable in many ways, social media is turning us into comparison addicts and validation junkies. ...
Page 21
Semua penjelasan tersebut membuat saya makin tertarik dengan filosofi yang satu ini. Apalagi ketika membaca kalimat-kalimat di buku yang saya kutipkan di bawah ini,
Wabi sabi teaches us to be content with less, in a way that feels like more:
Less stuff, more soul. Less hustle, more ease. Less chaos, more calm.
Less mass consumption, more unique creation.
Less complexity, more clarity. Less judgement, more forgiveness. Less bravado, more truth.
Less resistance, more resilience. Less control, more surrender.
Less head, more heart.
Page 24
Ada tokoh-tokoh yang diangkat ceritanya oleh Beth Kempton di buku ini, biasanya mereka yang berkaitan erat dengan seni khas Jepang, entah itu seniman pembuat barang-barang tembikar, pelukis, hingga disainer interior rumah Jepang. Cerita tokoh-tokoh ini menarik untuk disimak karena menginspirasi, dan dengan membacanya kita jadi mengetahui apa makna dan peran wabi sabi dalam kehidupan mereka. Bagian ini juga mengingatkan saya pada buku Ikigai yang juga mengangkat kisah beberapa tokoh tertentu misalnya pemilik restoran sushi terkenal dan atlet sumo yang kesuksesan mereka salah satunya berkat ikigai yang mereka miliki. Baca juga review buku "Ikigai - Ken Mogi"
If you were to put your nose against the glass and peer through the window of the old shed studio, you might see Makiko Hastings at her potter’s wheel, sitting on a wooden chair flecked with slip and marked with the ghostly fingerprints of an artisan at work. You’d notice her shoulders rise and fall in gentle rhythm as she ushers the clay into shape. On the shelves behind her, you’d see rows of drying pieces, each handcrafted with love and her innate sense of beauty.
Page 31
One Japanese lifestyle brand I have admired for years is Fog Linen Work, founded by designer and entrepreneur Yumiko Sekine more than two decades ago. Her store, tucked away on a small street in the trendy Shimo – Kitazawa district of Tokyo, is a serene oasis in the bustling capital. ...
Page 42
Hanya ada sedikit gambar di buku ini. Sebenarnya saya berharap ada dokumentasi dari Beth Kempton, semacam visualisasi di bagian-bagian tertentu yang menguatkan cerita-cerita yang ia sampaikan, misal foto kuil yang ia kunjungi. Atau mungkin memang tidak boleh mengambil foto di kuil kah? Di bawah ini contoh dua gambar yang ada di buku.
Picture: Gambar yang ada di dalam buku
Cakupan topik yang ada di wabi sabi menurut saya cukup luas. Dari hal sederhana seperti konsep 'mengelola' rumah dan kembali ke alam, hingga 'mengelola' karir dan keuangan. Topik 'mengurus' rumah ini akan bersinggungan dengan teorinya Marie Kondo yang populer tersebut. Bedanya pasti ada, mengingat Wabi Sabi mengedepankan semua yang bermakna dan punya sejarah untuk dipertahankan. Untuk detailnya, nanti bisa dibaca di buku.
A wabi sabi – inspired home is a restful space that welcomes guests and nourishes family life. It's a place for treasured things that carry love and evoke memories, not just new things bought on impulse. There is no right or wrong. It's unpretentious styling, done in a perfectly imperfect way.
Page 30
Top tips for decluttering
It is well documented that decluttering our spaces can help declutter our mind, not to mention save us time and money. Try it in your own home with these simple tips:
- First, taking inspiration from the household-organization guru marie Kondo, make a list of the main chategories of “stuff” in your home, such as books or toys. The pick a category and gather like things together from all around the house. ...
- Consider what you can replace or eliminate with technology – for example, using music apps instead of buying physical recordings,..
- Consider what you can store in your memory instead of in your closets. ...
- ...
- ..
Page 44
Look beneath the surface of your current career
Not long ago, I was in an external meeting where the icebreaker was: “If we take away your work, what else do we find?” One of the women there froze. You could see the dawning of a realization moving like a wave through her body. “Nothing, I am my work. And i didn't realize that until this moment. Oh wow, I wasn't expecting that. Something needs to change.”
That woman is one of the most brilliant, inspiring, funny, and warm people I know. And yet she couldn't come up with anything to say about her life...
Page 153
Question for looking at the long view
- What difference would it make if you know you would be likely to be working well into your seventies or even your eighties?
- Do you want to be doing what you are doing now until then, presuming that kind of work still exists?
- If not, what kind of work it make if you knew that your current career would have its moment and then fade, to make way for another?
- ..
- ..
Page 165
DECLUTTERING FINANCE
To declutter your finances in a soulfully simply way, ask yourself these questions:
Clarity
- What exactly is coming in?
- What exactly is going out? Where is it going?
- What are your net assets? ...
- ..
- ...
Whatever you discover, remember, you are where you are. Use your self-acceptance tools from chapter 4 (page 104) to respond to any feelings of regret or anxiety that arise based on how you have been spending money....
Priority
- What do you really value?
- What are you actively prioritizing in the way you are using your money? ...
- ...
- ...
Practice
- What do you need to change to make this happen?
- How can you make this part of your daily, weekly, ...
Page 188
Yang saya sukai dari buku Wabi Sabi adalah adanya tips trik untuk setiap topik yang dipaparkan. Tips trik ini di-layout khusus sehingga nyaman dibaca, dibuat dalam poin-poin dengan kalimat-kalimat yang singkat padat, sehingga mudah dicerna. Tak hanya berupa penjabaran langkah-langkah, bagian ini juga sering disertai atau berupa pertanyaan yang harus kita renungkan jawabannya sendiri. Hal ini saya rasa sesuai, karena ini buku filosofi. Semuanya pada akhirnya berakar pada pola pikir kita. Ada juga kalimat-kalimat penting yang dilayout di sisi pinggir halaman buku, dan kalimat seperti ini tersebar di sepanjang buku.
MAKING SPACE, ONE ROOM AT A TIME
The satisfaction of early results breeds enthusiasm, so I'm a big believer in first tackling what you most often see. First, declutter main items (book, clothes, toys, files, etc.), using the tips in this chapter. Then try some of these ideas in one room at a time, in your home or workspace.
- Clear everything from the floor.
- Clear everything from the surface.
- Clear everything from the walls.
- Now add things back in slowly, asking yourself the following questions:
- How do I want to feel when I am in this room? What color palette will help me feel that way? ...
- What do I like about this emptier space? Which aspects of it would I like to keep clear? ...
Page 46
Picture: Model layout tips trik dan kalimat penting di dalam buku
SIX STRESS-FREE STEPS TO LEARNING FROM FAILURE
Use the six steps below to process any particular event or situation that you are hanging on to as a “failure”
- State the facts about what happened.
- Get clear on who you have been blaming and what role you played.
- ...
- ...
- ..
- ...
Page 118
Tentu saja di buku ini banyak cerita-cerita pribadi pengalaman Beth Kempton saat di Jepang. Cerita-cerita ini menarik juga untuk disimak. Misalnya cerita tentang pertemuan Kempton dengan seorang biksu Zen yang ketika mereka sedang asyik berbincang ada sepasang turis yang tampak lelah dan disorientasi yang kemudian disapa oleh biksu ini. Dari perkenalan awal itu diketahui bahwa salah satu turis itu bekerja di bidang penjualan. Dari cerita itu kita mendapatkan gambaran tentang kehidupan yang lebih dekat pada alam, ketenangan yang sering tidak bisa kita dapatkan dari hiruk pikuknya dunia dan tekanan karir pekerjaan. Cerita lainnya bisa sangat sederhana, seperti suasana dan perasaan Kempton saat hendak bepergian. Apa yang ia pikirkan dan rasakan tergambar dalam tulisan-tulisannya.
The nature connection
I’m shuffling along in my socks, trailing a Zen monk wearing samue (temple work clothes) and a small cloth cap. This monk from Zuiho-in Temple is a man of deep wisdom and scrolls of stories. I think I'm asking too many questions for such a quiet place, but he s so fascinating I can't help myself. I have booked an appointment to sit inside Taian, a replica of Sen no Rikyu’s original teahouse, built in honor of the four-hundredth anniversary of his death. ...
Page 61
I’m writing this at my kitchen counter, glass of wine in hand, dinner dishes stacked high in the sink, waiting for some attention. A voice in my head keeps reminding me that my large travel bag is still lying on my bedroom floor, in the exact spot I left it there on Sunday after my latest trip away. At my feet are strewn children’s toys – an open jewelry box with a sleepy ballerina done with pirouetting for the day, a little teapot ready to serve a teddy bear’s picnic, a balloon from a long-forgotten party slowly wrinkling up...
Page 100
Selain pengalaman pribadi Kempton yang umum kategorinya, ada pula yang sengaja diberi subjudul tertentu karena penekanan maksud cerita. Beberapa di antaranya adalah Lessons from the tearoom yang isinya menjabarkan dengan cukup lengkap konsep filosofi upacara teh dan ruangan upacara teh di Jepang, serta Lesson in the airport yang menceritakan godaan yang dialami Kempton ketika mendapatkan penawaran produk kecantikan kulit. Cerita ini memang sederhana, tapi justru karena kesederhanaannya itulah, resonansinya sangat terasa dengan kehidupan sebagian besar pembaca.
Lessons from the tearoom
In the olden days, samurai would remove their swords and hang them on the katana-kake (sword rack) before entering a tearoom through the nijiri-guchi (crawling-in entrance) – a door so small that everyone, regardless of status, would have to stoop and crawl through it. ...
...
The foundation of the tea ceremony is a set of four principles known as wa kei se jaku: harmony, respect, purity, and tranquility.
Wa (harmony)
This is the ideal nature of the interaction between the host and the guests, and the interplay between the season, utensils used, food served, and prevailing mood at a tea gathering. By extention, it can be considered the ideal nature of the interaction nature and others, ...
...
Page 130
Lessons from the airport
I am at the airport, waiting for a flight to Tokyo, holding a jar of expensive face cream in each hand. I'm trying to decide between the two because if I buy one, I'll get something else for free. And then I realize: It's happening. I have caught myself in the act of being dazzled by the shiny thing and lured by the promise of softer skin and fewer wrinkles, while I’m waiting for a flight to Japan to research the concept of beauty in imperfection. ..
Page 178
Di beberapa bagian pemaparan, ada pula data yang ditampilkan. Jumlahnya tak banyak.
According to UNDP, Japan has the highest life expectancy of any country in the world, with 67,824 centenarians alive in 2017. Within Japan, the rural village of Matsukawa in Nagano has the highest life expectancy of anywhere.
When this was announces by the Ministry of Health, Labour and Welfare, the mayor of Matsukawa, Akito Hirabasayshi, said it an interview ...
Page 174
Dan ini dia salah satu topik bahasan wabi sabi yang paling saya sukai, yaitu tentang penuaan dan kematian. Dalam wabi sabi, menua adalah proses yang alami, begitupun mati.
If you look at the wabi sabi concept, you see an aging process. This is connected to the Buddhist concept of mujo, impermanence. I was recently on a panel of global health experts where everyone was discussing how to keep ourselves younger for longer, as if we have forgotten that aging is part of the natural cycle of life. We fear getting older, we fear dying. We want to hold on to our youth and our own existence for as long as possible. But wabi sabi teaches us to enjoy the aging process and to relax into it as the most natural of things. ..
Page 180
Lalu jangan lupa untuk menyimak bab How to Travel in Japan karena di bab ini kita akan mendapatkan wawasan dari Beth Kempton tentang apa saja yang harus kita siapkan jika berkunjung ke Jepang. Beberapa persiapan yang disarankan Kempton adalah go with an open mind and an open heart, praktik menggunakan sumpit Jepang, berbicara dengan local people kapanpun bisa, siapkan hadiah kecil jika hendak berkunjung, dan jangan berisik dan bersikap hormat saat berada di kuil atau taman. Lalu di bab ini juga ada tips perencanaannya, mulai dari lokasi yang disarankan, kuliner, hingga menyewa rumah.
Tanggapan atas buku Wabi Sabi di Amazon rata-rata sangat positif. Satu-satunya kritik yang ada justru terletak pada fisik buku, yang ternyata sama persis yang saya ungkapkan di bagian fisik buku di review ini. Buku ini didisain kokoh, tapi juga sepertinya terlalu kokoh sehingga sulit dibuka kecuali dipegang dengan kedua belah tangan. Pembaca di Goodreads yang memberikan rating rendah menyatakan ketidaksukaan mereka pada banyaknya sudut pandang Beth Kempton di dalam buku, alias berpusat pada penulis. Ada pula kritik soal konten buku yang kurang tersegmentasi, sehingga dianggap membingungkan antara buku filosofi atau self improvement, antara buku yang dikemas seperti buku berilustrasi dengan buku yang murni membahas filosofi.
Personally, saya menyukai buku ini. Soal sudut pandang Beth Kempton yang sangat terasa di setiap pemaparan saya anggap "fair" karena di awal buku sudah disampaikan bahwa buku ini adalah sebuah buku yang berisi perjalanan Beth Kempton mengenal wabi sabi saat ia tinggal di Jepang. Untuk gambar saya sependapat buku ini rasanya akan lebih menarik jika diberi foto-foto dokumentasi (karena tulisannya yang memiliki pendekatan personal penulis), atau gambar-gambar ilustrasi menarik seperti yang ada di buku Haemin Sunim, meski memang akan kurang tepat juga karena buku ilustrasi biasanya bagian pemaparannya tidak sebanyak yang Kempton tuliskan di buku ini. Saya menyukai tips trik, budaya Jepang, dan cerita-cerita yang dibagikan oleh Kempton. Buat saya buku ini ringan dibaca tapi banyak kandungan wawasannya.
Siapa Beth Kempton
Beth Kempton telah mendalami filosofi dan estetika Jepang selama lebih dari dua dekade. Dengan gelar master dalam bahasa Jepang, Beth menghabiskan bertahun-tahun tinggal dan bekerja di Jepang, yang dianggapnya sebagai rumah keduanya. Selama bertahun-tahun pula, ia belajar membuat kertas Jepang, merangkai bunga, membuat tembikar, pembuatan noren, kaligrafi, praktik upacara minum teh, dan menenun. Secara kolektif, pengalaman-pengalaman ini kemudian mengarah pada tumbuhnya rasa cinta yang mendalam terhadap negara dan pemahaman yang langka akan nuansa budaya dan bahasa Jepang.
Beth Kempton adalah presenter televisi di NTV di Tokyo. Selepas itu ia lalu menyelenggarakan acaranya sendiri di Yamagata Cable Television di utara negara Jepang. Kempton menulis tentang filsafat Jepang dan Timur dalam berbagai publikasi termasuk Wanderlust, Yoga Magazine, dan Where Women Create.
Beth juga seorang etrepreneur pemenang penghargaan dan penulis self-help, dan salah seorang pendiri majalah desain online MOYO. Bersama dengan suaminya, MR.K, ia menjalankan beberapa situs, yang menawarkan alat, sumber daya, dan kursus online untuk menjalani kehidupan yang terinspirasi. Beth juga membentuk klub anggota online untuk wirausaha perempuan dan membimbing orang-orang per individu dalam melalui periode kehidupan yang berat serta perubahan karier.
Dinamai "Rising Star" oleh majalah Spirit & Destiny, Kempton juga dinominasikan oleh Kindred Spirit magazine sebagai Blogger Mind Body Spirit of the Year 2017, dan baru-baru ini ia dinobatkan sebagai salah satu blog happines terbaik di planet ini. Buku pertamanya, Freedom Seeker: Live More, Worry Less, Do What You Love, diterbitkan oleh Hay House pada tahun 2017. Beth Kempton memimpin workshop terkemuka dan berbicara langsung, juga menjadi pemateri di fakultas di California.
Buku Wabi Sabi mendapatkan rating 4.5 di Amazon dan 3.9 di Goodreads.
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca yang ingin mengetahui filosofi Wabi Sabi Jepang, atau mereka yang mencari ajaran dan prinsip kebijaksanaan hidup yang bisa dijadikan panduan di kehidupan modern masa kini. Topik yang dibahas mulai dari pola hidup sederhana, kembali ke alam, persahabatan, karir, pengelolaan finansial, tentang menua dan mati, konsep kesempurnaan dalam ketidaksempurnaan hidup, menghadapi fase kegagalan dan bangkit dari keterpurukan, dan menyongsong setiap episode kehidupan dalam damai dan penuh rasa syukur. Hanya ada sedikit gambar di buku ini (bagan). Banyak cerita pengalaman pribadi dan ada beberapa kisah tokoh-tokoh tertentu yang dibagikan.Tiap topik dilengkapi tips trik dan pertanyaan 'renungan' yang di-layout khusus. Buku ini merupakan campuran antara genre filosofi dan self improvement. Ini bukan buku kitab 'resmi' Wabi Sabi, tapi lebih menyerupai buku tentang wabi sabi dari sudut pandang Beth Kempton menilik dari banyaknya wawasan personal penulis yang dibagikan di buku ini. Ada bab khusus tentang persiapan dan saran perencanaan untuk mereka yang akan berkunjung ke Jepang.
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff
National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff
Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff
A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read more