Review Buku How to Stay Sane in an Age of Division - Elif Shafak
From the Booker shortlisted author of 10 Minutes 38 Seconds in This Strange World
Judul : How to Stay Sane in an Age of Division
Penulis : Elif Shafak
Jenis Buku : Non Fiction - Essays
Penerbit : Profile Books Ltd
Tahun Terbit : 2020
Jumlah Halaman : 96 halaman
Dimensi Buku : 11.00 x 17.70 x 1.10 cm
Harga : Rp. 100.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9781788165723
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Ours is the age of contagious anxiety. We feel overwhelmed by the events around us, by injustice, by suffering, by an endless feeling of crisis. So, how can we nurture the parts of ourselves that hope, trust and believe in something better? And how can we stay sane in this age of division?
In this powerful, uplifting plea for conscious optimism, Booker Prize-nominated novelist and activist Elfi Shafak draws on her own memories and delves into the power of stories to bring us together. In the process, she reveals how listening to each other can nurture democracy, empathy and our faith in a kinder and wiser future.
Source: Book - How to Stay Sane in an Age of Division
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Simple dan langsung ke tujuannya. Menonjolkan judul dan nama penulisnya yang sudah beken dengan karya-karya sebelumnya. Ini memang tipe disain sampul buku saku dengan model penulisan essay. Sebelumnya saya pernah juga baca beberapa buku berformat mirip seperti ini, contohnya Money - Yuval Noah Harari.
Opini - Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Buku tipis yang mendapatkan rating bagus di Amazon ini bikin saya penasaran. Dalam sinopsisnya tertulis tentang jaman kita saat ini yang merupakan era 'contagious anxiety'. Kita tenggelam dalam banyak sekali peristiwa di sekeliling kita, ketidakadilan, penderitaan, dan krisis tiada habis. Lalu bagaimana kita bisa untuk tetap memiliki harapan dan rasa percaya pada sesuatu yang bernilai kebaikan (?) bagaimana kita bisa bertahan waras di era perpecahan (?).
Buat saya dua pernyataan di bawah ini cukup menarik untuk dibahas lebih lanjut, mengapa di jaman komunikasi canggih dan di era perkembangan media sosial yang begitu terbuka, Shafak justru mendeteksi fenomena yang rada kontradiktif, yakni makin banyaknya orang yang justru merasa tidak didengarkan.
Even if they were to shout their grievance from the rooftops of Westmister - or Brussels of Washington or New Delhi - they doubt it would have the slightest impact on public policy. Not only management and authority, power and wealth, but also data and knowledge are increasingly concentrated in the hands of a few - and a growing number of citizens feel left out, not so much forgotten as never noticed in the first place. As their disillusionment deepens, so does distrust even in the most basic institutions. More than half of the people living in democracies today say their voice is 'never' or 'rarely' heard.*
*Survey conducted by Dalia Research, Alliance of Democracies and Rasmussen Global, 2018.
Page 7
"How is it possible then that in an era when social media was expected to give everyone an equal voice, so many continue to feel voiceless?"
Page 7-8
Hal ini makin asik disimak ketika Elif Shafak membahasnya dengan pendekatan elaborasi topik yang unik, yakni dengan menggunakan Facebook dan Likes sebagai persona. Untuk jawabannya, silakan teman-teman baca sendiri bukunya ya :)
Pembahasan yang sebenarnya concern pada 'anger, apathy, anxiety' ini mungkin juga akan membuat kita linglung sejenak karena Shafak bercerita penuh perasaan soal ibu gurunya dulu yang memaksanya menulis dengan tangan kanan, membujuknya dengan beragam cara termasuk menggunakan beragam alasan mulai dari norma sosial hingga ketuhanan. *yes, tangan kanan itu good hands, tangan kiri itu bad hands, demikian kata bu guru.
The year I started primary school in Turkey. I had difficulty learning how to write. Part of the reason might have been due to my own introversion and my inability to adapt quickly to the new environment. But a larger part was because I was left-handed. Back then, left-handedness was socially and culturally considered to be a problem that could nevertheless be fixed with rigorous attention and discipline. Unfortunately, among those who shared this view was classroom teacher. Every day, she would remind me, with a disappointed smile that was worse than if shedd simply yelled at me, to please stop using my 'bad hand' and switch to my 'good hand'. There was another student for a while we shared a sense of camaraderie but somehow he managed to make the transition in the space of no more than a few weeks. I couldn't. If anything. I felt paralysed.
Page 10
Dibahas pula sebuah huruf dalam alfabet Turki, soft g, yang ada tapi tiada. Sering digunakan dalam penyusunan kata, tapi tidak pernah diucapkan lantang, melainkan melebur dengan huruf lainnya, atau di-skip begitu saja.
It was called the soft g - a 'g' with a little squiggle on top, like this: g. Always it had to be preceded by a vowel, and even though it sometimes lengthened the sound of the vowel, it did not have a voice of its own. Every other letter made a distinctive sound, expressed itself loud and clear, except this one. The soft g did not talk. It did not complain or articulate opinions or demand anything. With its puzzling silence and slightly distracted manners it immediately stood out amid the gushing, garrulous letters. It must be a foreigner, I thought. An outsider. An alphabetical outcast. no word in my mother tongue started with it, which I found rather unfair. It was almost as if it was..
Page 12
Essay Shafak itu adalah sebuah tulisan yang berbelit, tapi indah dengan caranya sendiri. Unik, justru karena berbeda. Hanya 90 halaman saja buku ini tebalnya, ukuran bukunya pun sekecil buku saku, tapi mendapatkan ulasan khusus di media theguardian. com dan media-media lainnya.
Buku ini juga dipublikasikan berasosiasi dengan Welcome Collection. Artinya, buku ini punya nilai dan misi tertentu. Apa itu Wellcome Collection (?), teman-teman bisa baca informasinya di bawah ini yang juga bisa ditemukan di bagian paling akhir buku.
WELLCOME COLLECTION
Wellcome Collection is a free museum and library that aims to challenge how we think and feel about health. Inspired by the medical objects and curiosities collected by Henry Wellcome, it connects science, medicine, life and art. Wellcome Collection exhibitions, events and books explore a diverse range of subjects, including consciousness, forensic medicine, emotions, sexology, identity and death.
Wellcome Collection is part of Wellcome, a global charitable foundation that exists to improve health for everyone by helping great ideas to thrive, funding over 14,000 researchers and projects in more than 70 countries.
wellcomecollection.org
Bab akhir yang diberi judul Information, Knowledge, Wisdom adalah bagian yang paling saya tunggu karena berisi perspektif yang merupakan jawaban dari semua problema yang dibahas Shafak di bab-bab sebelumnya.
Kalimat-kalimatnya pun tajam, pas mengena di kondisi real saat ini,
"We live in an age in which there is too much information, less knowledge and even less wisdom"
Page 81
dan saya yakin teman-teman akan sepakat dengan kalimat berikut ini,
"Information flows amid our fingers like dry sand. It also gives us the illusions that we know the subject (and if we don't we just 'google' it), when, in truth, we know so little. Paradoxically, too much information is an obstacle in front of true knowledge.
Knowledge requires reading. Books. In-depth analyses. Investigative journalism. Then there is wisdom, which connect the mind and the heart, activates emotional intelligence, expands empathy. For that we need stories and storytelling"
Page 82
Di sini saya menangkap bahwa pesan yang Elif Shafak ingin sampaikan sebenarnya adalah keberanian dalam memilih dan melakukan hal-hal yang baik, dalam belajar, dalam berubah. Tidak perlu takut menghadapi jaman yang kian jauh dari nilai-nilai yang positif, justru kita harus percaya diri bahwa kendali ada di tangan kita, umat manusia. We keep holding knowledge and wisdom to stay sane in an age of division.
Siapa Elif Shafak
Elif Shafak adalah novelis Inggris-Turki pemenang penghargaan. Dia menulis dalam bahasa Turki dan Inggris, dan telah menerbitkan 18 buku, 11 di antaranya adalah novel. Karyanya telah diterjemahkan ke dalam 54 bahasa. Novel terbarunya 10 Minutes 38 Seconds in this Strange World terpilih untuk Booker Prize dan RSL Ondaatje Prize; dan Blackwell's Book of the Year. Novel sebelumnya, The Forty Rules of Love, terpilih oleh BBC di antara 100 Novels that Shaped Our World. Shafak memegang gelar PhD dalam ilmu politik dan dia telah mengajar di berbagai universitas di Turki, AS dan Inggris, termasuk St Anne's College, Universitas Oxford, di mana dia adalah seorang penerima beasiswa.
Shafak adalah Rekan dan Wakil Presiden Royal Society of Literature. Ia adalah anggota Weforum Global Agenda Council on Creative Economy dan anggota pendiri ECFR (European Council on Foreign Relations). Seorang pembela hak-hak perempuan, hak LGBTQ + dan kebebasan berbicara, Shafak adalah pembicara publik yang menginspirasi dan menjadi dua kali pembicara TED Global yang memukau. Shafak berkontribusi pada publikasi besar di seluruh dunia dan dia dianugerahi medali Chevalier de l'Ordre des Arts et des Lettres dan merupakan Anggota dari Royal Society of Literature. Pada tahun 2017 ia dipilih oleh Politico sebagai salah satu dari dua belas orang "who will give you a much needed lift of the heart". Shafak telah menilai di banyak penghargaan sastra, dan mengetuai Wellcome Prize dan saat ini menilai PEN Nabokov Prize. *Sumber: Amazon.
Also by Elif Shafak
Fiction
The Hidden
Mirrors of the City
The Gaze
The Flea Palace
The Saint of Incipient Insanities
The Bastard of Istanbul
The Forty Rules of Love
Honour
The Architect's Apprentice
Three Daughters of Eve
to Minutes 38 Seconds in This Strange World
Non Fiction
Black Milk
Rekomendasi
Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca yang mencari buku essay yang berkualitas, yang membahas fenomena dan kejadian masa kini, mengangkat permasalahan yang seringkali terlewati dan tidak disadari, sebuah buku yang menampar dan membangkitkan kesadaran. Dengan gaya penulisannya yang cerdas, berbelit tapi indah, personal tapi tetap punya dasar pemikiran logis dan ditunjang rujukan ilmiah serta fakta lapangan, buku How to Stay Sane in an Age of Division pantas mendapatkan banyak tanggapan di berbagai media. Dunia kita makin 'gila', dan inilah jawaban Elif Shafak untuk bisa tetap 'waras'.
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial
TERBARU - REVIEW BUKU
Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …
23-08-2023 Dipidiff
National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...
Read moreReview Buku The Only One Left - Riley Sa…
23-07-2023 Dipidiff
Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...
Read moreReview Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…
14-06-2023 Dipidiff
Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman : 246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...
Read moreReview Buku Earthlings - Sayaka Murata
14-02-2023 Dipidiff
A New York Times Book Review Editors' ChoiceNamed a Best Book of the Year by the New York Times, TIME and Literary HubNamed a Most Anticipated Book by the New York Times, TIME, USA Today, Entertainment Weekly, the Guardian, Vulture, Wired, Literary Hub, Bustle, PopSugar, and Refinery29 Judul...
Read more