0

Review Buku The Thursday Murder Club - Richard Osman

Published: Friday, 09 April 2021 Written by Dipidiff

 

Editor's Pick - Best Mystery, Thriller & Suspense on Amazon 

Judul : The Thursday Murder Club

A Thursday Murder Club Mystery Book 1

Penulis : Richard Osman

Jenis Buku : Mystery - Amateur Sleuth Mysteries

Penerbit : Penguin Books Ltd   

Tahun Terbit : September 2020

Jumlah Halaman :  480 halaman

Dimensi Buku :  15.30 x 23.30 x 3.20 cm

Harga : Rp.260.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah

ISBN : 9780241425459

Paperback

Edisi Bahasa Inggris

Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore (ig @Periplus_setiabudhi, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)

 

 

 

Sekelumit Tentang Isi

Thursday Murder Club beranggotakan para pensiunan (tapi masih aktif dalam kehidupan sosial dan bisnis) yang kumpul-kumpul di hari Kamis di Jigsaw Room untuk membahas satu kasus lama yang tak terpecahkan oleh kepolisian. Ini adalah klub penggemar misteri pembunuhan, yang tidak membahas fiksi, tapi dengan serius mengulik kasus kejahatan. Teori-teori penyelesaian mereka awalnya hanya untuk konsumsi mereka saja, hingga suatu ketika, terjadi pembunuhan di kota tempat mereka tinggal. Kali ini klub memutuskan untuk ikut melakukan penyelidikan.

 

Seputar Fisik Buku dan Disainnya

adasd ZEntah kenapa pemilihan jenis huruf dan nuansa disainnya mengingatkan saya pada tema-tema cowboy dengan kuda dan pria memegang pistol. Vintage banget kan ya. Tapi kalo mengingat tokoh-tokoh utama cerita yang memang sudah pensiunan a.k.a senior, ya cocok juga lah dengan disain seperti ini. It is just my opinion.

 

Tokoh dan Karakter

Donna De Freitas

Elizabeth

Joyce

Ron Ritchie

Jason Ritchie

Ibrahim Arif

Tonny Curran

Bogdan

Ian Ventham

Chris Hudson

Joanna

Father Mackie

Bernard

Gerry

Penny

John

 

Para tokoh-tokoh utama di novel ini menurut saya unik eksentrik. Ada Ron yang populer di jamannya, ada Ibrahim Arif yang suka pada detail, ada Elizabeth yang blak-blakan, dan ada Joyce yang lembut dan senang mengamati. Joyce ini sekilas mengingatkan saya pada Miss Marple-nya Agatha Christie. 

Tentu saja ada sisi-sisi kelemahan yang dimiliki oleh para tokoh utama, bahkan mereka punya konflik personal masing-masing yang ditampilkan Osman di dalam cerita. Koflik ini kelak akan memberikan warna dari cerita sehingga ga terasa datar. Misalnya Joyce yang berjarak dengan putrinya, dan Elizabeth dengan kehidupan rumah tangganya. Nuansanya samar-samar terasa duka.

Penokohan saya rasa agak statis di novel ini, tapi herannya saya juga merasa novel ini punya pesan cerita yang cukup dalam selain urusan pembunuhan. So, coba dibaca sendiri ya.

Untuk antagonisnya sendiri ga terlalu berdrama. Mereka menjadi antagonis karena kebutuhan misteri pembunuhannya.

Deskripsi para tokoh mencukupi, misalnya fisik Joyce yang menjadi sentral juga di dalam cerita. Coba di baca di bawah ini. Paragraf inilah yang menyebabkan saya teringat akan Miss Marple di bukunya Agatha Christie (minus rajutannya).

"And what's your story, Joyce?' asks Donna to the fourth member of the group, a small, white-haired woman in a lavender blouse and mauve cardigan. She is sitting very happily, taking it all in. Mouth closed, but eyes bright. Like a quiet bird, constantly on the lookout for something sparkling in the sunshine.

Page 11 

 

Alur dan Latar

 

casda Ada semacam permainan alur di sini yang tidak bisa dengan mudah kita tentukan ini mundur lalu maju atau bagaimana, belum lagi ketambahan chapter diary tokoh Joyce. Tidak ada penanda juga di chapternya berkaitan dengan waktu. Jadi cara kita untuk memahami konteks waktu dan alurnya memang harus dengan memahami bacaan. Kita simpulkan saja, alurnya kombinasi.

Dari sisi progress misteri, alurnya cenderung lambat-sedang. Tapi personally, saya tidak keberatan karena saya menyukai narasi dan dialog tokoh-tokohnya yang unik-unik itu.

Sudut pandang penceritaannya kombinasi, berganti-ganti antara pov 1 dan 3.

 

Konflik cerita menurut saya tidak sederhana alias bervariasi. Di sini ada konflik misteri pembunuhan, dan ada konflik personal tokoh juga yang membuat penokohan cerita terasa mendalam. 

Latar lokasi dan situasi terdeskripsi dengan baik, sebuah kota kecil bernama Coopers Chase yang damai sebelum ada kasus pembunuhan,.ini adalah sebuah kota tempat orang-orang menghabiskan masa pensiunnya. Tergambar di benak saya kota ini pasti tenang dan kehidupan seolah berjalan lebih lambat. Di bawah ini saya kutipkan sebagian deskripsi latar kota Cooper Chase, kutipan saya sedikit saja karena pada kenyataannya versi di bukunya lebih panjang lebar.

If you are ever minded to take the A21 out of Fairhaven, and head into the heart of the Kentish Weald, you will eventually pass on old phone box, still working, on a sharp left-hand bend. Continue for around a hundred yards until you see the sign for 'Whitechurch, Abbots Hatch and Lents Hill', and then take a right. Head through Lents Hill, past the Blue Dragon and the little farm shop with the big egg outside, until you reach the small stone bridge over the Robertsmere. Officially the Robertsmere is a river, but don't get confused and expect anything grand.

Take the single-track right turn just past the bridge. You will think you are headed the wrong way, but this is quicker than the way the official brochure takes you, and also picturesque if you like dappled hedgerows. Eventually the road widens out and, peeking between tall trees, you will begin to see sign of life rising on the hilly land up to your left. Up ahead you will see a tiny, wood-clad bus stop, also still working, if one bus in either direction a day counts as working. Just before you reach the bus stop you will see the entrance sign for Coopers Chase on your left.

The began work on Coopers Chase about ten years ago, when the Catholic Church sold the land. The first residents, Ron, for one, had moved in three years later. It was billed as 'Britain s First Luxury Retirement Villages', though according to Ibrahim, who has checked, it was actually the seventh. There are currently around 300 residents. You cant move here until you re over sixty-five, and the Waitrose delivery ...

Page 13

 

Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini

Saya suka ide cerita buku ini yang mengangkat klub misteri pembunuhan yang sebenarnya, tapi hanya sebatas klub, sebelum kasus pembunuhan terjadi di depan mata. Seru ya kayaknya ketika diimajinasikan ^^

But this morning there are different priorities, he understand that. this morning the Thursday Murder Club has a real-life case. Not just yellowing page of smudged type from another rage. A real case, a real corpse, and somewhere out there, a real killer.

This morning Ibrahim is needed. Which is what he lives for.

Page 44

 

Lagi cari novel misteri pembunuhan yang ada humornya? Yes, boleh coba The Thursday Murder Club. Terus terang saja selama membaca buku ini, seringkali senyum saya terkembang. Ada aja bagian dari narasi atau percakapan yang terasa lucu. Ga sampai bikin terbahak-bahak sih kalo saya, tapi humornya halus, dan saya pun hanya bisa menangkap sisi lucunya kalau saya berhasil mengimajinasikannya dari perspektif tertentu. Misalnya pemikiran Ian Ventham yang mau menulis buku seperti Richard Branson yang dia bilang dia hanya butuh rima aja buat judulnya, trus pasti bakal populer :D, atau kelucuan ketika membayangkan Elizabeth mengambil foto-foto tkp secara sembunyi-sembunyi dengan berpura-pura memanggil ambulan.

Ian Ventham is on his treadmill, listening to the audiobook of Richard Branson s Screww It, Let s Do It: Lessons in Life and Business. Ian doesn't agree with Branson s politics, far from it, but you have to admire the guy. Admire what he's achieved. One day Ian will write a book. He just needs a title that rhymes and then he ll get to work.

Page 145

 

Fifteen winding miles away, the Thursday Murder Club is in extraordinary session. Elizabeth is laying out a series of full-colour photos of the corpse of Ian Ventham, alongside every conceivable angle of the scene. She had taken them on her phone while pretending she was calling for an ambulance. She then had them privately printed by a chemist in Robertsbridge who owed her a favour, due to her keeping quiet about a criminal conviction from the 1970s that she had managed to uncover.

Page 178



Kekocakan adegan memang diwakili oleh dialog dan tingkah laku tokoh-tokohnya yang berkarakter unik, yakni para member klub hari Kamis itu.


Elizabeth menurut saya wanita yang eksentrik dengan kemampuan 'mengada-ngada' yang tiba-tiba, mengubah nama atau latar belakang hidupnya demi mendapatkan informasi yang dibutuhkan, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terang-terangan seperti "Kalau kamu diminta membunuhnya, apakah kamu akan melakukannya?" *memangnya ada yang ngaku kalo ditanya begini ya ^^'

Lalu ada Joyce yang disukai banyak orang, kepribadiannya yang cenderung invisible membuatnya menjadi observer yang handal. Ada Ron Ritchie, tokoh populer di jamannya, prinsipnya adalah tidak percaya dengan mudah pada apapun yang dikatakan orang-orang. Dan ada Ibrahim yang senang menjelaskan sesuatu dengan detail dan kronologis, tidak pernah ngebut, dan taat pada hukum-hukum keselamatan.



Sensasi pembunuhan yang kejam tak begitu dimunculkan di sini. Tidak ada adegan pembunuhan yang dielaborasi detail sehingga memunculkan perasaan tegang, ngeri, bahkan ingin muntah. Jadi cerita ini memang cocok untuk mereka yang begitu suka membaca adegan sadis.

Buat teman-teman yang suka ide diary yang ditulis oleh tokoh, di buku ini juga ada buku harian yang ditulis oleh Joyce. Pergantian bab diary dan bab lainnya diatur dengan baik sehingga punya style dan timing yang pas.

Rupanya selain 𝘸𝘪𝘵𝘵𝘺, siapa sangka novel misteri pembunuhan ini juga banyak mengolah emosi duka. Ada duka dalam cinta, menuanya usia, keluarga, dan persahabatan yang setia. Tidak semua duka berujung bahagia di akhir cerita, that's why it is a bittersweet book for me, dan secara pribadi saya suka buku-buku yang punya kedalaman emosi tertentu seperti ini.


Saya suka konflik cerita ini, yang menurut saya tidak sederhana. Misalnya, konflik emosional Joyce dan putrinya, Joanna, yang sempat berjarak, lalu konflik percintaan yang dialami Donna, dimana dia putus dari kekasihnya dan masih teringat-ingat terus pada mantannya ini (yang sudah punya pacar baru). Konflik-konflik ini relate dalam berbagai kisah kehidupan banyak orang.

... she hasn't thought about Carl for a good forty-eight hours, which is a new record. Though she has thought about him now, which spoils it a little. She realizes, though, that soon she wont think about him for ninety-six hours, and then a week, and before you know it Carl just seem like a character from a book she once read. Really, why had she left London? What happens when these murders are solved and she's back in uniform?

Page 184

 

Gaya menulis Osman jelas mengalir, renyah, dan kadang-kadang seolah menembus jarak antara penulis dan pembaca. Misalnya ketika Chris Hudson sedang berada di kantornya, pura-pura bekerja padahal sedang melamun dan merana. Terlintas dalam pikirannya harusnya dia memajang foto keluarga di mejanya, dan dia berpikir untuk meletakkan foto keponakannya.., yang nyatanya dia tidak tau nama dan usianya. Lalu pikirannya kembali ke kasus pembunuhan yang ia hadapi, ia teringat pada klub misteri itu, dan dia tiba-tiba teringat pada wanita menarik yang ia temui... 

Chris Hudson has his own office, a little bolthole where he can pretend to work. There is a space on his desk where a family photograph might ordinarily sit and he feels a prick of shame every time he notes its absence. Perhaps he should have a photo of his niece? How old was she now? Twelve? Or maybe fourteen? His brother would know.

So who killed Ventham? Chris was right there when it happened. One way or another, he actually watched him being killed. Who had he seen? The Thursday Murder Club, they were all there, the priest. The attractive woman in the jumper and trainers. Now who was she? Was she single? Now s not the time, Chris. Concentrate.

Page 188.

 

Ini kejutan yang menyenangkan buat saya ketika mendapati ternyata korban pembunuhannya ada lebih dari dua, dan melibatkan kasus-kasus tak terpecahkan di masa lalu. Ada keunikan pula ketika kita tiba pada penyelesaian kasus dimana pelakunya bukan cuma 'dia', dan ini belum ditambah dengan motifnya yang cukup kompleks. Bagian yang paling saya suka dan ga bisa berhenti baca adalah ketika reveal kasus, dan apa yang dijelaskan di buku diluar ekspektasi saya yang tadinya sempat menduka buku ini simple saja.

Di tengah semua hal yang menarik di atas, mungkin teman-teman akan merasakan ganjalan tertentu, misalnya harapan akan plot twist yang lebih menggigit, tekstur antiklimaks yang lebih landai dan tidak tiba-tiba selesai, serta peran polisi yang lebih pintar.

𝘗𝘦𝘳𝘩𝘢𝘱𝘴, Osman ingin menampilkan karakter yang lebih manusiawi dengan caranya, juga bahwa tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Pada akhirnya bobot terbesar dalam buku ini menurut saya adalah pesan cerita yang dibawa oleh para tokoh.

Pesan-pesan ini ada dalam kalimat-kalimat yang disampaikan oleh tokoh maupun dalam narasi cerita. Misalnya tentang gratitude yang saya kutipkan di bawah ini.

The village is nearly dark now. In life you have to learn to count the good days. You have to tuck them in your pocket and carry them around with you. So I'm putting today in my pocket and I'm off to bed.

Page 88



Btw, endingnya terbuka, dan jika dicek, The Thursday Murder Club memang buku pertama dari dwilogi. So, we wait for the second book I guess :D. And let's find out what happen next to Elizabeth, Joyce, Ron, and Ibrahim.

 

Siapa Richard Osman

 

Richard Thomas Osman (lahir 28 November 1970) adalah seorang presenter televisi Inggris, produser, komedian, dan penulis. Ia terkenal sebagai pencipta dan salah satu presenter acara kuis televisi BBC One Pointless. Dia juga mempresentasikan acara kuis BBC Two Two Tribes dan Richard Osman House of Games, dan telah menjadi kapten tim di panel komedi acara Insert Name Here dan The Fake News Show. Dia telah mendapatkan pengakuan atas penampilannya di berbagai acara panel Inggris.

Osman bekerja di Hat Trick Productions bersama Ben Smith sebelum menjadi direktur kreatif perusahaan produksi televisi Endemol UK, memproduksi acara termasuk Prize Island untuk ITV dan Deal or No Deal for Channel 4. Dia adalah penulis novel 2020 The Thursday Murder Club.

Osman lahir di Billericay, Essex, dari pasangan Brenda Wright dan David Osman, dan dibesarkan di Haywards Heath, West Sussex. Ibunya adalah seorang guru. Ketika Osman berusia sembilan tahun, ayahnya meninggalkan keluarga, yang menurut Osman menimbulkan kesulitan selama sisa hidupnya. Kakak laki-lakinya adalah musisi Mat Osman, gitaris bass dengan band rock Suede.

Osman bersekolah di Warden Park School di Cuckfield. Saat masih di sekolah, ia mendapatkan pengalaman siaran pertamanya, sebagai kontributor reguler Turn It Up, sebuah acara musik akses terbuka yang ditayangkan pada Minggu malam di Radio BBC Sussex (acara tersebut juga terkenal karena memberikan pengalaman siaran awal kepada berita BBC jurnalis Jane Hill dan radio DJ Jo Whiley). Dari tahun 1989 hingga 1992, dia belajar Politik dan Sosiologi di Trinity College, Cambridge.


Viking Press, anak perusahaan Penguin Random House, memperoleh hak atas novel debut Osman, The Thursday Murder Club, dan satu novel lainnya, dengan harga tujuh digit dalam lelang 10 penerbit pada tahun 2019. Osman mengonfirmasi bahwa Steven Spielberg telah memperoleh hak film dari buku tersebut.

Osman lahir dengan nystagmus, kondisi mata yang secara signifikan mengurangi penglihatannya.

 

Bibliography

  • The 100 Most Pointless Things in the World. Coronet. 2012
  • The 100 Most Pointless Arguments in the World. Coronet. 2013
  • The Very Pointless Quiz Book. Coronet. 2014
  • The A-Z of Pointless. Coronet. 2015
  • A Pointless History of the World. Coronet. 2016
  • The World Cup of Everything: Bringing the Fun Home. Coronet. 2017
  • Richard Osman's House of Games. BBC Books. 2019

Novels

  • The Thursday Murder Club. Viking. 2020

Sumber: Wikipedia 

 

Rekomendasi

Novel ini saya rekomendasikan kepada para pecinta genre misteri pembunuhan yang kasusnya diselesaikan oleh amatir. Ada unsur humor dalam cerita. Alurnya lambat-sedang, pov kombinasi, konflik bervariasi, punya sisi emosi selain urusan misterinya. Endingnya tertutup untuk kasus utama tapi terbuka untuk buku keduanya. Tokoh-tokohnya para pensiunan yang punya karakter unik-menarik. Kekuatan buku ini ada di penyelesaian kasus dan pesan cerita.

 

Jika Anda suka dan merasa mendapatkan manfaat dari konten di blog Dipidiff.com, sekarang Anda bisa mendukung pengembangan blog ini dengan mendonasikan uang mulai dari seribu rupiah atau mempertimbangkan untuk mendukung rutin per bulannya. Terimakasih.

Donasi dapat ditransfer ke:

BCA 740 509 5645

Konfirmasi transfer ke DM Instagram @dipidiffofficial

 

-------------------------------------------------------------------------


 

Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.

Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.

Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.

Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainerserta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka. 

Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.

Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.

Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial

 

 

 

TERBARU - REVIEW BUKU

Review Buku The Quiet Tenant - Clémence …

23-08-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  National Best Seller One of The Most Anticipated Novels of 2023 GMA Buzz Pick A LibraryReads #1 Pick One of The Washington Post’s Notable Summer Books 2023One of Vogue’s Best Books of 2023One of Goodreads’s Most Anticipated Books...

Read more

Review Buku The Only One Left - Riley Sa…

23-07-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

    Editor's Pick Best Mystery, Thriller & Suspense The Instant New York Times Bestseller Named a summer book to watch by The Washington Post, Boston Globe, USA Today, Oprah, Paste, Country Living, Good Housekeeping, and Nerd Daily Judul...

Read more

Review Buku Helium Mengelilingi Kita - Q…

14-06-2023 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Judul : Helium Mengelilingi Kita Penulis : Qomichi Jenis Buku : Sastra Fiksi, Coming of Age Penerbit : MCL Publisher Tahun Terbit : Maret 2023 Jumlah Halaman :  246 halaman Dimensi Buku : 14 x 20,5...

Read more

TERBARU - REVIEW CAFE & RESTORAN

Kalpa Tree di Ciumbuleuit Bandung (a Sto…

11-08-2022 Dipidiff - avatar Dipidiff

Airy, stylish international restaurant with glass walls, plants & wine, plus a pool & garden.   Baru kemarin, Rabu tanggal 10 Agustus 2022 saya ke Kalpa Tree dalam rangka meeting. Sebenarnya ini...

Read more

Marka Cafe + Kitchen (a Review)

16-10-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Untuk mereka yang biasa ngafe atau duduk-duduk nongkrong sambil menikmati kopi pasti sudah kenal kafe yang satu ini. Saya juga tahu Marka cafe karena diajak partner saya ngobrol-ngobrol tukar pikiran...

Read more

Cafe Nanny's Pavillon (a Review)

27-07-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  "Do what you love, love what you do". Saya masih ingat sekali menggunakan kutipan itu untuk caption instagram saya waktu posting foto Nanny's Pavillon. Tapi benar ya, rasanya hari itu...

Read more

The Warung Kopi by Morning Glory (a Stor…

28-03-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Setengah ga nyangka dan setengah takjub juga begitu nemu kafe asyik kayak begini di wilayah Bandung Timur. Maklum sudah keburu kerekam di memori otak kalau kafe-kafe cozy adanya cuma di...

Read more

TERBARU - PERSONAL GROWTH & DEVELOPMENT

10 Tips Mengatasi Kesepian

05-12-2021 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Apakah kamu akhir-akhir ini merasa kesepian? Rasa sepi ini ga cuma hadir saat sendiri, tapi juga di tengah keramaian, atau bahkan saat bersama orang-orang terdekat. Ada sebuah rasa hampa yang...

Read more

Tentang Caranya Mengelola Waktu

11-08-2021 Jeffrey Pratama - avatar Jeffrey Pratama

  “Seandainya masih ada waktu...” Berani taruhan, diantara kita, pasti pernah berkomentar seperti di atas, atau yang mirip-mirip, minimal sekali seumur hidup. Waktu merupakan satu-satunya sumber daya yang tidak dapat diproduksi ulang. Apa...

Read more

Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rum…

25-09-2020 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Perpustakaan sendiri punya kenangan yang mendalam di benak saya. Saya yakin teman-teman juga punya memori tersendiri ya tentang library. Baca juga "Arti Perpustakaan Bagi Para Pecinta Buku" Baca juga "Perpustakaan Luar...

Read more

The Five Things Your Website Should Incl…

17-08-2019 Dipidiff - avatar Dipidiff

  Website dan blog adalah portal wajib perusahaan masa kini. Penyebabnya tentu saja adalah kemajuan teknologi seperti internet dan gadget. Jaman sekarang memiliki bisnis tak harus memiliki bangunan fisik, cukup dengan...

Read more