A SUNDAY TIMES BESTSELLER
Judul : I Wish I Knew This Earlier
Penulis : Toni Tone
Jenis Buku : Teen & Young Adult Non Fiction on Dating & Intimacy,
Dating Books, Love & Romance Books
Tahun Terbit : January 2022
Jumlah Halaman : 160 halaman
Dimensi Buku : 16.26 x 10.67 x 1.27 cm
Harga : Rp. 160.000 *harga sewaktu-waktu dapat berubah
ISBN : 9780008458249
Paperback
Edisi Bahasa Inggris
Available at PERIPLUS BANDUNG Bookstore
(ig @Periplusbandung, @Periplus_husein1 , @Periplus_husein2)
Sekelumit Tentang Isi
Kita semua pernah punya hubungan cinta yang dalam jangka panjang membuat kita merasa lebih buruk, menderita karena salah penanganan saat putus cinta, atau bertahan dalam hubungan yang seharusnya berhasil tetapi malah berujung perpisahan.
Melalui bukunya Toni Tone memberikan nasihat yang kita butuhkan: menemukan apa yang kita inginkan dari sebuah hubungan, bangkit dan tumbuh dari patah hati, serta mempelajari pentingnya percakapan yang sulit dalam memelihara relationship.
Seputar Fisik Buku dan Disainnya
Ukuran bukunya kecil dan tipis, warnanya manis, kok rasanya cocok sekali buat sampul buku bertema hubungan cinta. Asumsi saya di awal memang sangat berkaitan dengan tipisnya si buku. Tapi ternyata dugaan saya itu keliru, in a good way.
Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini
Ada banyak hal yang 'disesali' memang dari masa lalu percintaan yang berliku itu. Masa-masa pdkt yang berantakan, atau hubungan yang terjalin tanpa kedekatan, atau patah hati berulam jantung, atau bangkit dari puing-puing kehancuran cinta #tssaahhh, semua yang pake hati itu berat, makin pake perasaan makin berdarah-darah. Tapi konon itulah episode kehidupan, meski kalo boleh milih, pastinya berharap andai saja tau prinsip-prinsip penting seputar relationship, untuk meminimalkan konflik, memuluskan hubungan, dan menemukan orang yang tepat.
Jutaan orang mengenal Toni Tone karena saran-sarannya yang tepat dan praktis tentang kencan dan hubungan, tentang gaya hidup dan pemberdayaan. Kalimat-kalimatnya begitu relate dan mudah dipahami sehingga mampu menjangkau banyak kalangan dan menjadi solusi dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Selebriti internasional papan atas, dari Khloe Kadarsian hingga Hailey Bieber telah membagikan kutipan Toni yang menyentuh hati banyak orang. Media seperti MTV, Mail Online, BBC, dan Elle juga menampilkan Toni sebagai profil utama. Toni memiliki podcast sendiri di BBC Radio 1Xtra.
Toni Tone menulis buku ini karena ia memang menyukai topik cinta. Di sisi lain ia juga mengalami kurangnya pengalaman dulu itu di saat membina hubungan, dia tidak punya kakak perempuan tempat bercerita, makanya Toni menulis buku ini dengan harapan menjadi kakak perempuan buat para pembaca yang memberikan saran dan menguatkan hati kita semua dalam menjalani sebuah hubungan cinta. Buku ini juga bisa dibaca sekehendak kita, boleh dari awal atau dari bagian tengah buku sesuai kebutuhan dan keinginan pembaca. Dalam satu wawancaranya di media, Toni menceritakan pengalaman putus cinta yang dia alami. Saat itu dia diliputi oleh begitu banyak pikiran dan perasaan, sehingga mulai menuliskannya di Twitter untuk mengeksplorasi emosi dan opininya. Tak lama kemudian banyak orang mulai merespon cuitan Toni yang akhirnya membuat ia mengambil keputusan untuk membagikan pengalamannya lebih banyak. Twitter sangat tepat untuk sebuah pesan singkat yang cepat, tapi buku memberikan kesempatan baginya untuk menyampaikan sesuatu yang lebih pribadi dan rumit.
Isi buku ini tentang hal-hal utama, fundamental, yang harus dipahami tiap orang dalam membina hubungan. Isi buku terbagi ke dalam 3 bagian, yakni (1) The Dating Stage, yang berisi prinsip-prinsip masa pendekatan, tentang mengenal orang secara romantis, (2) The Loving Stage mengeksplorasi jatuh cinta dengan seseorang dan pelajaran tentang mengembangkan hubungan yang sehat dan bahagia, (3) The Healing Stage, menyentuh bagian paling pedih saat duka patah hati dan putusnya hubungan. Meski bukunya tipis dan mungil, ternyata insightnya paket komplit. Semua pelajaran yang dibagikan merupakan pengalaman Toni Tone sendiri, hasil mengobservasi pengalaman orang lain, dan mempelajari buku-buku. Melalui buku ini Toni ingin para pembaca bisa merefleksikan hubungan cinta yang dijalani, memperbaiki yang salah, dan membantu membuat keputusan yang lebih baik.
Selama membaca buku ini saya banyak menemukan hal-hal menarik, misalnya tentang di masa pendekatan dimana kita seharusnya pacaran dengan orang yang menginginkan hal yang sama dengan kita karena ketidaksamaan keinginan hanya akan berujung pada hubungan yang tidak produktif. Rings true ya :)
Prior to dating a person, it's helpful to have a good understanding of what exactly it is you're trying to get out of it. Do you want something casual? Are you looking for a monogamous relationship? Would you prefer an open relationship? Do you want to date someone who is ready to find a life partner? Do you want to get married and have children? Knowing what you want will help to guide your dating style, and accepting what you want will also help you to communicate your wants to romantic interests.
What happens when people don't know what they want? They may find themselves stuck in unproductive relationships.
Page 8
Ada pula disampaikan sebuah warning yang berkaitan dengan zona nyaman, bahwa zona yang kita anggap nyaman belum tentu sehat. Toni menyarankan untuk menanyakan ke diri sendiri benarkah zona nyaman kita sehat, jika merasa ada sesuatu yang salah ambil tindakan terapi jika perlu, dan keluarlah dari zona nyaman tidak sehat ini dengan melakukan hal yang kebalikan. Misalnya, pacaran dengan orang yang karakternya positif meski rasanya ga menarik.
Just because a person or situation feels familiar and you feel comfortable, doesn't necessarily mean it's right for you. Chaos and emotional unavailability can feel familiar to a person who grew up around both. People can feel comfortable in high stress environments. If absence of peace is all someone has ever known, peace can generate discomfort.
Page 11
Kalimat "intimacy tells you more about a relationship than intensity" juga terasa kebenarannya. Debar-debar cinta ga mutlak berarti si dia orang yang tepat, justru yang dicari adalah keselarasan dan harmonisasi.
Sometimes, what we 'think' we should feel in relationships can cloud our judgement. When this happens, people end up chasing 'feelings' instead of chasing someone with positive qualities. They value butterflies and passion instead of consistency, commitment and care. People can also wrongly associate butterflies and passion with certain negative behaviours (for example: someone controlling or jealous), so when they meet a person who is calm and rational, they tell themselves there is no 'passion', when in reality, there is no emotional turmoil.
Genuine compatibility is also more important than intensity. Do you gel well together? Do you have complementary communication styles? Do you have similar interests? Can you easily hold a conversation with them? Do you get on as friends? Do you hold similar values? It's very possible to feel intense emotions with people we re not truly compatible with. Sometimes, we may also find ourselves assuming we are compatible with people based on sexual compatibility alone. While sexual satisfaction is important in many relationships, ...
Page 20
Saya juga sepakat bahwa orang yang benar-benar menyukai kita akan menghormati kita, menghormati waktu kita, opini kita, batasan-batasan kita, keputusan kita, dll.
Kita tidak perlu mengkhianati diri, menjadi orang lain, demi mendapatkan cinta. Dalam hal ini mencintai diri sendiri harus tetap ada di dalam diri kita, dan kita harus terus berusaha menjadi versi terbaik demi diri kita sendiri. Yakinlah bahwa kita berhak bahagia, dan kita ga bisa bikin orang lain bahagia ketika kitanya sendiri broken dan punya pe er kehidupan.
Self-love is being able to be compassionate with yourself, appreciate yourself and recognise your value in a way that encourages you to prioritise your wellbeing and embark on experiences that contribute to your happiness.
Page 30
Saran-saran dari Toni seputar cara mencintai diri sendiri juga menjadi catatan saya. Self-love diwujudkan dengan membuat tujuan-tujuan kecil dalam hidup lalu melacak keberhasilannya. Hal tersebut bisa mengingatkan dan menguatkan bahwa kita bisa meraih apa yang kita mau. Lalu rayakan keberhasilan yang kita capai. Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang positif dan tulus peduli sama kita, dll.
* I set small and achievable goals in my life, and I kept track of my wins. This helped to remind me that I am capable of achieving the things I want.
* I started celebrating my wins (small and large) to get me into the habit of celebrating myself.
* I kept the company of people who made me feel good about myself and who wanted to see me happy.
* I was mindful about the way I spoke to myself and the way I spoke about myself to other people.
* I took time out to do things I enjoy, like travelling. This reminded me that my life is to be lived and loved in a way that suits me.
* I practiced accepting compliments. Instead of sharing a rebuttal, I would simply say 'thank you'.
* I started setting clearer boundaries with people in my life, so I would be better at doing so in my next relationship.
* I started to hold people accountable for their own actions, instead of creating excuses for them or blaming myself for their behaviour
* I started speaking more openly to people close to me about my feelings
* I had to tell myself that I was deserving of good things, and I had to repeat this regurarly, until it became a habit that turned into a belief.
Page 32
Satu perspektif yang menarik saya temukan di topik Compromising and Settling Are Two Different Things. Ternyata dua kata ini memang beda ya. Settling itu berarti kita nurunin standard value dan apa yang kita inginkan, compromising berarti mengubah kriteria ideal namun tetap pada prinsip yang sama. Hati-hati jangan sampai kita melakukan settling. Jangan menurunkan standard kita. Meski sepi tetaplah bertahan.
'Settling' in a relationship isn't about dating a guy who is five foot nine when you'd prefer he was six foot, or dating a girl with straight hair when you prefer curly. Settling is compromising your values and boundaries. It's being in a relationship that doesn't add to your happiness. It's disregarding your needs. It's dismissing your non-negotiables.
Page 35
Mencintai seseorang bukan berarti menjadikan dia universe kita, dont forget to work on being the best version of yourself, jangan sampai kita kehilangan keotentikan diri, tetaplah memiliki kehidupan di luar hubungan cinta dengannya. Pasangan yang baik akan menginginkan kita bertumbuh menjadi versi terbaik diri kita.
Relationships work out better when each person has a productive life outside of their relationship. If your relationship is your life and your life is your relationship. You're in for trouble. A healthy relationship should complement your life, not become it.
Page 50
Hal lain yang menarik dan menawarkan dua perspektif adalah tentang needy. Di satu pihak kita akan selalu keliatan needy di depan seseorang yang ga ngasih kita cukup perhatian. Dalam hal ini kita berada di pihak yang benar dan normal. Tapi di sisi lain bisa jadi keinginan untuk diperhatikan ini begitu besar di luar batas normal. Yang manapun tipenya kita harus sadar dan jujur pada diri sendiri. Bicarakan dengan pasangan dan komunikasikan solusinya.
Teman-teman ada yang sudah baca buku legend The Five Love Language? Toni Tone mengutip insight buku ini, tentang ekspresi dan bahasa cinta yang bisa jadi berbeda antara satu dengan lainnya.
The Five Love Languages is a book published by author, speaker and counselor Dr Gary Chapman. In this world-renowned book, Chapman outlines five ways people typically like to receive love and express it. The five 'love languages' outlined in Dr Chapman's book include quality time, acts of service, physical touch, giving gifts and words of affirmation.
Page 59
Di sini tidak ada pembahasan berdasarkan studi atau survey, sebagai gantinya ada argumentasi logis dari Toni Tone terkait topik yang dibahas. Semua pelajaran yang dibagi, merupakan pengalaman Tone pribadi, atau dari observasinya terhadap pola relationship banyak orang atau dari berbagai buku yang ia baca. Misalnya teori Stephen Covey tentang komunikasi yang kuncinya ada di mendengarkan.
When we are in converstaion with a person and we are planning our response as they are speaking, we can easily end up losing track of what they are saying because we are focusing more on what we want to say. This step is succinctly summarised by author and educator, Stephen R. Covey, in his bestselling book The 7 Habits of Highly Effective People. In Covey's words, 'most people do not listen with the intent to understand; they listen with the intent to reply'. A massive part of being a better listener is worrying less about your reponse and, instead, listening to understand.
Page 69
Atau teori Dr Gary Chapman tentang ekspresi dan bahasa cinta yang bisa jadi berbeda antara satu dengan lainnya.
The Five Love Languages is a book published by author, speaker and counselor Dr Gary Chapman. In this world-renowned book, Chapman outlines five ways people typically like to receive love and express it. The five 'love languages' outlined in Dr Chapman's book include quality time, acts of service, physical touch, giving gifts and words of affirmation.
Page 59
Di Section 2 The Loving Stage banyak juga poin-poin menarik yang Toni Tone bagikan, misalnya bahwa cinta itu sebuah pilihan, seiring waktu berlalu, debar cinta mungkin terlupa, tapi mencintai pasangan dengan penuh kasih dan setia adalah pilihan. Lalu cintailah seseorang bukan karena potensinya tapi sebenar-benarnya dirinya. Pada kenyataannya banyak orang tertipu hal ini dan hubungan akhirnya berakhir berantakan karena alih-alih mencintai orangnya, yang terjadi adalah jatuh cinta pada seseorang yang ada di dalam bayangan. Dalam menjalani hubungan penting sekali untuk menanyakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh pasangan karena emosi dan perasaan itu personal, dont assume, ask. Hubungan yang baik ga harus pula selalu penuh perjuangan, jangan sampai salah persepsikan bahwa berjuang setengah mati adalah bagian esensial dari hubungan cinta.
Di bagian ini saya mencermati poin yang membahas tentang ego karena mengontrol ego rasanya sangat penting dalam hubungan. Tapi yang sering juga membingungkan adalah batas yang pas antara ego dengan pride. Penjelasan Toni Tone terkait hal ini saya rasa bagus untuk disimak. Menurut Toni kita harus bertanya ke diri sendiri apakah orang yang bersangkutan mengkritik kita dengan maksud agar kita menjadi orang yang lebih baik, apakah kita ga setuju dengan apa yang disampaikan atau kita hanya merasa sakit hati karena dianggap melakukan sesuatu yang salah, apakah yang disampaikan itu feedback dan penilaian yang akurat terhadap tingkah laku kita, apakah percakapan ini bisa memperkuat ikatan hubungan, dan apakah sikap menyerang yang kita lakukan karena kita ga suka membicarakan kesalahan kita. Pertanyaan-pertanyaan ini memang harus direnungkan dan dijawab dengan jujur.
Di Section 3 The Healing Stage ada beberapa pola pikir yang harus kita miliki selama melalui patah hati. Supaya bisa segera healing jangan ingat masa lalu bisa menyebabkan kita makin terpuruk secara emosi dan mental. Menangis saja tak apa, refleksikan situasi juga oke, tapi beri ruang bagi diri kita untuk pulih dan move on.
Ada satu hal menarik di bagian ini yang saya tandai tentang perasaan rindu setelah hubungan usai. Kangen dengan mantan itu ternyata normal saja, dan itu tidak selalu berarti kita cinta atau bahkan rindu dengan orang yang bersangkutan. Yang bikin kita kangen sebenarnya rutinitas yang dilakukan bersamanya dulu. Kehadiran seseorang yang sudah sedemikian lama atau biasa. Coba diganti dengan melakukan rutinitas itu bersama orang lain, kalo ternyata kehadiran mantan bisa diganti dengan mudah, berarti memang rutinitas lah yang membuat kita merasa kehilangan. Rindu pada mantan bukan berarti kita lemah, justru kalo kita bisa mengendalikan emosi itu, kita adalah pribadi yang kuat.
In fact, to miss someone and still assert that you are better off without them is powerful. There's so much power in allowing yourself to feel and process your emotions without your emotions completely controlling you. The self-awareness coupled with the self-regulation is a sign of emotional intelligence. You manage your emotions. They don't manage you.
Page 145
Ironis juga waktu membaca ternyata beberapa mantan itu punya niat balikan karena kita terluka egonya, saat melihat kita ternyata bisa melanjutkan hidup tanpa mereka. Di situasi ini kita harus menetapkan batasan buat mantan yang kelakuannya seperti ini.
Sometimes peope re-enter your life not because they genuinely miss you and want to add value, but because you don't miss them, and their ego wants confirmation that they still have access to you.
Page 126
Pernah merasa sulit move on? Saya pernah :). Di sini saya setuju dengan poin-poin yang disampaikan Toni soal batasan. Kadang setelah berpisah kita lupa membangun dinding di antara kita dan mantan. Padahal ini elemen yang sangat penting untuk bisa segera move on. Buatlah dinding pembatas di social media, ga harus unfoll bisa di mute, jangan sering ketemu dan putuskan komunikasi. Ini mungkin sulit ya untuk perceraian yang ada anak di dalam hubungannya. Tapi jarak selalu bisa diupayakan, setidaknya temporary, to cooling down.
Implementing boundaries during a breakup is just as important as implementing boundaries during a relationship. Have you recently broken up with someone? Moving on from them will require the implementation of some boundaries on your part. Assert who won't have access to you anymore. Assert what you will and won't expose yourself to. Assert what you will and won't accept.
Page129
Isi waktu dengan melakukan hal yang bermanfaat, dengan rutinitas yang baik, lalu kelola pola pikir ke arah yang positif, bahwa hubungan yang gagal memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik ke depannya.
It's very easy to walk away from a relationship and think about the time you 'wasted' or the things you 'lost', but sometimes healing can be facilitated by a change in perspective. What did you gain in that time? A better sense of self? A clearer vision of what you want? What did you learn that will help you in life, and in your next relationship?
Page 136
Semua pesan-pesan Toni Tone ringkas dan mudah dipahami karena relate. Saya ga bisa ga setuju dengan opininya. Tapi sekali lagi, lebih mudah berteori daripada menjalani, namun dengan mempelajari prinsip-prinsip membina hubungan yang ada di buku ini, kita bisa menjadikannya sebagai pengingat dan penguat.
Siapa Toni Tone
Toni adalah pembicara pemenang penghargaan (award winning speaker). Ia juga penulis dan content creator. Toni Tone terkenal karena tulisannya di Twitter, yang rata-rata mendapatkan lebih dari 40 juta tayangan dalam satu bukan. Tulisannya dipublikasikan di berbagai media seperti The Independent, Elle, Cosmopolitan, dan masih banyak lagi. Toni juga merupakan duta pertama untuk yayasan amal Young Women's Trust. I Wish I Knew This Earlier adalah buku pertamanya.
Rekomendasi
Buat yang sedang mencari buku relationship yang isinya bagus, mudah dicerna, komplit topiknya (dari pendekatan, jadian, sampai putus hubungan), sekaligus bisa menguatkan di masa-masa down asmara, give this book a try.
-------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Dipidiff.com adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif.
Diana Fitri, biasa dipanggil Dipi, adalah seorang ibu yang gemar berkebun, dan rutin berolahraga. Gaya hidup sehat dan bervibrasi positif adalah dua hal yang selalu ia upayakan dalam keseharian. Sambil mengasuh putra satu-satunya, ia juga tetap produktif dan berusaha berkembang secara kognitif, sosial, mental dan spiritual.
Lulusan prodi Pemuliaan Tanaman Universitas Padjadjaran, Dipi lalu melanjutkan studi ke magister konsentrasi Pemasaran, namun pekerjaannya justru banyak berada di bidang edukasi, di antaranya guru di Sekolah Tunas Unggul, sekolah kandidat untuk International Baccalaureate (IB), dan kepala bagian Kemahasiswaan di Universitas Indonesia Membangun. Setelah resign tahun 2016, Dipi membangun personal brand Dipidiff hingga saat ini.
Sebagai Certified BNSP Public Speaker dan Certified BNSP Trainer, serta certified IALC coach, Dipi diundang oleh berbagai komunitas dan Lembaga Pendidikan untuk berbagi topik membaca, menulis, mereviu buku, public speaking, dan pengembangan diri, misalnya di Kementrian Keuangan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, BREED, Woman Urban Book Club, Lions Clubs, Bandung Independent School, The Lady Book Club, Buku Berjalan.id, SMAN 24 Bandung, SMAN 22 Bandung, dan lain-lain. Dipi juga pemateri rutin di platform edukasi www.cakap.com . Dipi meng-coaching-mentoring beberapa remaja dan dewasa di Growth Tracker Program, ini adalah program pribadi, yang membantu (terutama) remaja dan dewasa muda untuk menemukan passion dan mengeluarkan potensi mereka.
Berstatus bookblogger, reviu-reviu buku yang ia tulis selalu menempati entry teratas di halaman pertama mesin pencari Google, menyajikan ulasan terbaik untuk ribuan pembaca setia. Saat ini Dipi adalah brand ambassador untuk Periplus Bandung dan berafiliasi dengan Periplus Indonesia di beberapa event literasi. Dipi juga menjadi Official Reviewer untuk Republika Penerbit dan berpartner resmi dengan MCL Publisher. Kolaborasi buku-bukunya, antara lain dengan One Peach Media, Hanum Salsabiela Rais Management, KPG, Penerbit Pop, Penerbit Renebook, dan Penerbit Serambi. Reviu buku Dipi bisa dijumpai di www.dipidiff.com maupun Instagram @dipidiffofficial. Dipi host di program buku di NBS Radio. Dulu sempat menikmati masa dimana menulis drop script acara Indonesia Kemarin di B Radio bersama penyiar kondang Sofia Rubianto (Nata Nadia). Podcast Dipi bisa diakses di Spotify DipidiffTalks.
Let's encourage each other to shape a better future through education and book recommendation.
Contact Dipidiff at DM Instagram @dipidiffofficial